Google Translate

English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Senin, 01 Desember 2014

ibu dan tanteku bugil

Cerita Dewasa Kegilaan aku ibuku dan tanteku ini sengaja aku posting karna hanya ingin berbagi, tidak lebih, mungkin orang menganggap gila tapi cerita ini memang benar adanya, apa anda sudah membaca cerita yang kemarin, Cerita Pengalaman Lesbian dengan tante Kost, jika sudah mari kita baca sama2 cerita dewasa kali ini :
Aku orang yang mungkin punya kelainan, menyukai orang dari keluargaku sendiri. Aku anak tunggal, mungkin karena aku tidak pernah bertemu wanita lainlah yang membuatku demikian. Sudah semenjak SMP aku mengenal yang namanya bokep, semenjak itu pula aku selalu membayangkan ibuku sambil mengocok penis di kamar mandi. Ya, onani adalah kebiasaanku ketika pagi hari, akibat itulah aku mulai tumbuh kumis tipis. Tapi aku rajin mencukurnya. Dan aku pun tak jarang beronani ke celana dalam kotor ibuku, sambil sperma kutumpahkan di sana. Ya, kelainan inilah yang ada pada diriku. Ibu dan ayah sudah bercerai semenjak aku masih SD. Ibuku sebagai single fighter mampu menghidupi kami berdua. Ayah telah menikah lagi dengan wanita lain, setahun sekali mengunjungiku. Saat umur 16 tahun aku sekolah di SMA X. Awalnya ibuku ndak setuju karena bakal jauh dari rumah. Namun karena dekat dengan rumah Tante Nisa, akhirnya ibuku mengijinkanku.
Cerita Sex
Cerita Sex
Tante Nisa adalah tanteku, kakak dari ibuku. Umurnya sekarang sih 40-an. Seorang ibu berjilbab besar. Ia ditinggal mati suaminya 3 tahun lalu. Dan sekarang hidup sendiri dengan dua orang anaknya, cewek semua. Nama anaknya Irma dan Yulita. Tante Nisalah yang menganjurkan agar aku menginap saja di rumahnya, jadi kalau hari sabtu dan minggu baru pulang. Ibuku bisa mengunjungiku kapan saja. Usaha roti yang dikelolanya pun rasanya tak bisa dilepaskan. Ibuku mempunyai usaha roti. Dan omsetnya cukup lumayan. Tanpa itu aku tak bisa sekolah. Sedangkan Tante Nisa seorang PNS.
Aku sudah tinggal hampir satu semester di rumah Tante Nisa. Ibuku menjengukku setiap 3 hari sekali, kadang juga 1 minggu sekali. Aku pulang setiap Sabtu dan Minggu. Kegiatanku selama di rumah Tante Nisa, tentu saja membantunya mencuci piring, pakaian dan juga membersihkan rumah. Terus terang Tante Nisa sangat menyukai hasil kerjaku. Menjaga Irma dan Yulita yang masih sekolah SD dan SMP juga membuatnya bangga punya ponakan seperti aku. Aku juga mengajari keduanya dalam masalah pelajaran yang sulit di sekolah. Tante Nisa baru pulang jam 16:00. Namun ia sudah sangat senang melihat hasil kerjaku membantunya.
Lalu bagaimana kebiasaanku onani, tidak berhenti juga. Kali ini aku membayangkan tanteku sendiri. Melepas jilbabnya, lalu aku bayangkan ia memperlihatkan seluruh tubuhnya. Aku sebenarnya iseng juga. HPku ada kamera, dan aku gunakan untuk merekamnya ketika ia mandi. Dan selama ini tidak ketahuan, bahkan ketika aku onani aku sambil melihat video tersebut. Biasanya setelah onani aku sangat puas bisa membayangkannya.
Suatu malam Tante Nisa sedang nonton tv. Tampak anak-anaknya sudah tidur. Aku tak ada kerjaan lain, akhirnya ikutan nonton juga. Kebetulan saat itu tv-nya lagi main sinetron. Tante Nisa kali ini seperti biasa memakai daster dan jilbabnya masih terjulur. Namun karena dasternya lengan pendek, aku jadi bisa melihat betapa bersih keteknya. Bahkan sekilas warna branya bisa terlihat ketika ia mengangkat ketiaknya. Warnanya hitam. Wajah Tante Nisa masih mulus, dan ia tampak cantik malam itu.
Di tengah heningnya suasana nonton tv tersebut, ia tiba-tiba menyeletukku, “Kamu sudah punya pacar Nan?”
Aku kaget dengan pertanyaanya, “Belum, tante”
Ia mendesah, “Masa’ belum, biasanya anak-anak SMA seumuran kamu itu sudah punya lho”
“Beneran, suwer”, kataku.
“ohh.. ya udah”, katanya.
“Emang kenapa tanya begitu tante?”, tanyaku.
“Kamu jujur sama tante ya”, katanya.
Aku jadi penasaran.
“Kamu sering onani ke celana dalam tante ya?”, tanyanya.
JDERRR, aku bagai tersamber geledek. Aku pun diam lama.
“Berari bener”, katanya.
“Maaf tante”, kataku.
“Jangan ulangi lagi ya”, katanya.
“Koq tante tahu?”, tanyaku.
“Ya tahulah, habis dicuci masih ada bercak putih. Kan tante ndak keputihan koq bisa ada itu, ya berarti ada pria yang iseng”, katanya sambil tersenyum.
“Maaf tan, habis….”,
“Kenapa?”
“Jujur Kinan suka sama tante, tante orangnya baik, alim, cantik, keibuan, siapa yang tidak suka dengan tante”, kataku.
Mendengar itu tampak Tante Nisa agak tersentak.
“Tapi aku tantemu, mbaknya ibumu, kamu ndak boleh gitu. Lagian masih banyak cewek2 yang ada di luar sana. Aneh2 aja kamu ini, ntar aku pulangin ke ibumu klo kamu nakal seperti ini”, katanya mengancam.
“Terserah tante deh, Kinan sudah jujur. Awalnya Kinan juga merasa aneh punya perasaan ini, tapi sering ketemu tante jadinya begini. Terus terang aku selalu membayangkan tante, kalau hal ini bikin tante marah atau tidak suka, baiklah, Kinan akan nge-kost sendiri saja. Besok Kinan akan pergi”, aku beranjak dari tempat dudukku.
“Kinan!?”, kata tante Nisa.
Aku masuk ke kamarku. Dan menutup pintu. Aku lalu berbaring. Tampak tante Nisa mengejarku. Ia lalu mengetuk pintu.
“Kinan, buka pintunya!”, kata tante Nisa. “Bukan begitu Kinan, kamu harus tahu aku ini bibimu, tantemu, masa’ kamu punya pikiran jorok seperti itu? Kinan….?”
Aku tak peduli. Aku tinggal tidur. Di dalam tidur aku bermimpi bersama tanteku ngentot. Dan aku terbangun dalam keadaan celana basah. Ahh…..sial. Aku segera mandi, karena hari ternyata sudah siang. Selesai mandi tampak Tante Nisa berada di sofa. Ia menatapku. Mungkin ia mau melihat apa aku benar-benar akan pergi dari tempat ini. Aku lalu masuk kamar.
“Kinan, tunggu!”
Aku berjalan mundur lagi.
“Sini! duduk dekat tante!”, katanya.
Aku menurut.
“Maafkan soal tadi malam, aku tak bermaksud kasar kepadamu”, kata tante Nisa. “Terus terang perbuatanmu kemarin itu sungguh keterlaluan. Tapi setelah tante berpikir panjang, mungkin itu karena kamu baru masa puber. Maafkan tante. Kalau sampai ibumu tahu kamu tidak di sini, maka ia akan khawatir dan aku tak mau hal itu terjadi. Baiklah terserah kamu mau onani pake cd tante atau tidak, silakan asal kamu jangan pergi dari rumah ini.”
Aku koq seperti mendapatkan angin. “Serius?”
“Iya, tante serius”, kata Tante Nisa.
“Sebenarnya, bukan onani sih yang Kinan inginkan, tapi tante!”, kataku.
Tante tersenyum. Ia menarik nafas dalam-dalam. Tampaknya ia memikirkan sesuatu.
“Baiklah, kamu boleh mencintai tante seperti pacar, kalau itu maumu. Tapi jangan yang aneh-aneh. Ini aku lakukan agar ibumu tidak sedih”, kata Tante.
“Aneh-aneh gimana tante?”, tanyaku.
“Ya aneh-aneh”, jawabnya.
Aku menggeleng, “Nggak ngerti”
“Kamu sudah onani masa’ ndak tau?”, tanyanya. “Mengajak yang aneh-aneh ama tante, berbuat mesum.”
“ooo…”, kataku. “Siap”
Aku tersenyum senang. Dan ya, hari itu dimulailah petualangan cintaku dengan Tante Nisa.
Kami benar-benar merasa seperti orang pacaran. Aku pun mulai berani mencium pipinya, memegang tangannya, memeluknya. Ia benar-benar alim. Ia melakukan itu hanya kalau tidak kelihatan Irma dan Yulita. Setiap hari aku mengirimkan surat cinta kepadanya. Awalnya ia cuek, tapi lambat laun ada hal yang aneh kurasakan kepadanya. Suatu ketika aku sendirian di rumah, tidak ada siapapun. Iseng aku ke kamarnya. Di sana aku melihat buku harian. Dari situlah aku tahu bahwa ia mulai menyukaiku. Contohnya:
Hari ini tgl 17 April,
Dia mencium keningku lagi, lalu memberikan surat cinta yang indah. Ia keponakanku sendiri, haruskah aku mencintainya? Aku bingung sekarang. Membiarkan diriku masuk ke hatinya, sedangkan aku tak bisa memasukkan dia ke hatiku. Apakah aku telah jatuh cinta? Di saat ia bercerita tentang teman wanitanya yang cerewet di sekolah aku cemburu. Oh tidak, aku jatuh cinta.
Aku tak membaca semuanya, paling tidak aku tahu bahwa tanteku mulai mencintaiku.
Selesailah UAS semester 1. Besoknya libur panjang. Aku ijin ke ibuku untuk beberapa hari di rumah tante Nisa karena ada yang harus dikerjakan. Irma dan Yulita ikut berlibur bersama sekolahnya. Jadi aku dan tante Nisa sendirian di rumah. Dan hari itu hari sabtu, harusnya aku pulang hari itu menengok ibuku. Namun aku urungkan niat.
Tampak Tante Nisa memasak di dapur. Aku peluk dia dari belakang, kucium wangi tubuhnya.
“Masak apa say?”, kataku.
“Masak sayur lodeh”, jawabnya.
“Kayaknya enak?” pujiku.
Kami lalu sarapan. Tak ada obrolan berarti. Setelah sarapan kami beres2 rumah. Setelah itu kami capek, aku bersandar di sofa. Dan tante Nisa juga duduk disitu. Kami menonton tv, aku membiarkan tante Nisa bersandar di dadaku. Aku kali ini agak sedikit “berani”. Perlahan aku meraba payudaranya. Awalnya tanganku ditepis, lalu aku pun merabanya lagi. Kali ini malah dibiarkan. Kugesek-gesek bongkahan empuk itu, dan kurasakan puting mengeras dari branya yang tebal dan daster itu. Berikutnya, aku pelorotkan sedikit celanaku, dan peniskupun muncul.
“Ih, Kinan, apa-apaan sih?”, tanyanya.
“Lho, ndak ngapa-ngapain tante koq”, kataku.
“Itu koq dikeluarin?”, tanyanya.
“Kinan sudah lama ndak onani tante, pingin onani sambil memegang tante”, kataku. “Plis tante, sudah kepalang tanggung nih”
Tanteku menelan ludah melihat penisku yang mengacung dan keras.
“Kalo nggak boleh ya tante saja yang ngocokin”, sebenarnya aku cuma bercanda.
“Baiklah”, katanya mengejutkan.
Mulanya aku nggak percaya, tapi ia amati seksama barang ajaib itu. Perlahan-lahan ia pegang dengan jemarinya yang halus itu. Lalu perlahan-lahan ia kocok dengan lembut sampai helm-ku mengeras. Ndak cuma itu, buah pelerku diremas-remas juga. Ohhh….nikmat sekali. Baru kali ini penisku dipegang cewek. Apalagi tanteku sendiri. Aku mulai meraba toketnya. Ia tak protes. Ia pun mulai gelisah setelah lama mengocok punyaku.
“Tante boleh ya buka bajunya?”, tanyaku.
“Eh…ee…i…iya”, katanya.
Ohh my goossh…
Ia membuka dasternya dan jilbabnya.
“Jilbabnya nanti saja tante”, kataku.
Ia heran, tapi tak peduli. Ia kembali lagi mengurut tongkolku. Aku pun makin bergairah setelah melihat bra-nya dan cd-nya yang berwarna hitam tipis itu. Aku mencium bau harum, lalu mulai mencium bibirnya. Fuck, kami benar-benar berpanggutan, ia masih mengocok penisku dan aku meremas toketnya. Toketnya luar biadab. mungkin ukurannya 35D. Kami benar-benar berciuman, saling menjilat lidah kami. Lalu aku pun membuka pengait bra-nya. Tuing! dada itu menggantung. Ohh…indahnya, putingnya coklat, keras dan kencang. Dadanya putih sekali dan harum. Aku menggigit-gigit toket itu, lalu menyusunya.
“Oh…kinan…ahh….ahhh….terus nak, oh, lupakan aku ini tantemu. Ohh…iya, netek ke tante ya”, katanya merancau. Ia ternyata sudah haus sex.
Ndak butuh lama koq sekarang aku sudah menelanjanginya selama ia menikmati sensasi rangsangan di toketnya. Lalu perlahan aku cium perutnya, ia merebahkan diri ke sofa yang empuk dan panas itu. Kini kulebarkan kedua pahanya. Tampak rambut yang tipis menghiasi vaginanya, ohh. ternyata ia rajin mencukur. Akupun menyapunya, kujilati apa yang bisa dijilat di tempat itu. Ia meremas kepalaku, rambutku dijambaknya, dan kedua pahanya mengapitku erat, aku tak berhenti. bahkan klitorisnya kusapu, kuhisap, kulumat, dan kugigit-gigit gemas. Lidahku menyeruak ke dalam lubangnya, rasa asin pelumasnya tak kuhiraukan lagi. Bau khas wanitanya pun sekarang melekat di bibirku.
“Ahhh…Kinan jangan, aaahhh….geli…aaaarggh….maaf kinan, tapi tante keluar….AAAAHHHHH”, desahan panjang membuatku tersentak. Saat itulah ia terkencing-kencing, aku menghindar. Tampak sofa banjir dengan air orgasmenya. Nafasnya tersengal-sengal. Aku belum disepong nih, pikirku. Segera aku menempatkan pahaku di antara kepalanya. Ia mengerti yang kuinginkan. Dengan mata setengah terbuka karena kenikmatan orgasme ia pun menjilati kepala penisku. OOOHHH….fuck tanteku ini. Ia jago banget. Ia mengurut penisku sampai ke pangkal jadi tampak penisku mengeras hebat dan ia keluar masukkan kepala penisku hingga separuh ke mulutnya. Ia lakukan itu sambil menyedotnya. Sesekali ia menjilati ujung lubang kencing, ia putar-putar lidahnya di sana. Oh….kalau begini aku bisa jebol nih.
“Udah sayang, aku mau masukin ke tempat itu. Masih perjaka nih”, kataku.
Ia mengerti. Dibukanya pahanya. tampak vagina itu sangat basah dan becek, Aku bersiap di atas, gaya misionari. Ia masih pakai kerudungnya, lalu aku lepas kerudung itu, tampaklah rambutnya yang sedikit berombak, yang aku tak pernah melihatnya kecuali dari videoku itu. Kini wanita ini pasrah dan menginginkanku.
“Cepat masukin Kinan, tante udah nggak tahan nih”, katanya.
“baiklah tante, tapi kira-kira kita sekarang ngapain tan?”
“ayolah kinan, fuck me kinan, fuck you! entotin tantemu ini”
“apakah tante ini jadi pelacur sekarang?”
“iya, tante ini sekarang jalang, pingin kontolmu, ayo kontolin tante.”
Aku lega mendengar rancauannya itu. Ia benar-benar haus sex. Jadi SLEEBB! Ouuwwwww…fuck!! Ia mengunci kakinya ke pinggangku. Ia menaikkan pantatnya, otomatis punyaku masuk seluruhnya. Walaupun sudah punya 2 anak, tapi vaginanya sangat rapet, mungkin karena tak pernah dipakai. Perutnya yang rata itu membuatku bernafsu dan…owww…aku goyang akhirnya. Jemari kami saling menyatu. tanteku tak mau lepas dariku, ia mengoyak penisku sepertinya, dan aku menggerakkan maju mundur. Oh tidak, aku mau keluar rasanya, baru 2 menit padahal.
“Tan, ndak kuat nih…ahh….ahh…AHHH”, kataku
“Keluarin nggak apa-apa, aaahh…”, katanya.
Dan CROOOOTTT, entah berapa kali tembakan yang pasti tembakan perjaka yang dhaysat. Keras, dan banyak. Tanteku sampai tersentak merasakannya, ia membelalak, dan melihatku sambil mengerutkan dahinya. Ia melirik ke bawah sana. Ia meraba dengan jemarinya pangkal penisku yang masuk penuh. Lama kami diam, tanteku memejamkan matanya, menikmati setetes-demi-setetes sperma yang membasahi rahimnya setelah 3 tahun tidak pernah dibasahi. Aku tak mencabut punyaku sampai penisku mengecil sendiri. Aku lalu menarik tubuh tanteku dan kupangku. Ia memelukku, dada kami menyatu dan aku menciumi bibirnya.
“Kinan, ….kita tak boleh begini harusnya”, katanya.
“Tapi aku cinta tante”, kataku.
“Oh…kinan, ponakanku ini sekarang jadi suamiku”, katanya.
Aku meremas toketnya lagi, kami berpanggutan. Lama aku begitu, mungkin sepuluh menit, hingga punyaku mengeras lagi. Kali ini aku suruh dia nungging. Dengang doggy style, kami lebih lama lagi bercinta. Hasil akhirnya 4 ronde kami puas, sofa itu basah sekali, oleh keringat, dan pejuh. Total sehari penuh, tidak, 2 hari 3 malam, aku meladeni tante Nisa yang rupanya good in bed.
Hari ini Irma dan Yulita pulang ke rumah. Nanti siang kami akan menjemput mereka di sekolah. Setelah itu aku akan pergi dari rumah tante Nisa tercinta. Hari itu tante sedang berdandan siap untuk pergi.
“Sayang”, kataku.
“Hai, sayang”, katanya. Kami sudah tidak ribut lagi panggilan apapun. Asal di luar rumah sikap kami harus dirahasiakan.
“Hisap dong”, kataku sambil memelorotkan celanaku. Ia tersenyum.
Kini tante Nisa sedikit agak nakal dalam masalah sex. Ia berlutut sambil mengulum penisku. Aku memaju mundurkan pantatku mencari celah lidahnya. rambutnya kuremas-remas. Setelah 10 menit kemudian.
“Ohhh, nisa, ooohh…pejuhku keluar!!”, kataku.
Muncratlah semuanya di dalam mulutnya. Ia menjilati spermaku, dihabiskannya dan ditelannya.
“udah ah, pagi-pagi koq udah ginian. Nanti kamu pulang lho jangan lupa”, katanya.
“Rasanya ndak ingin pulang aku”, kataku.
“Hush ndak boleh gitu. Kan setelah ini kita masih bisa bersama lagi”, katanya.
“Iya sih”,
“Oya ada satu hal yang ingin kusampaikan”, katanya.
“Apa Nisa?”
“Aku masih subur, jadi…kalau nanti hamil bagaimana ya?”, tanyanya.
“Lho? waduh….”, aku terkejut.
Ia tersenyum. “Nggak apa-apa, toh kamu yang jadi bapaknya”
Ia masih mengurut-urut penisku, lalu ia jilati sisa-sisa sperma yang masih melekat di ujung lubangnya.
Hal itulah yang membuatku berpikir keras.
****
Ibuku sangat kangen padaku. Ketika aku datang ia langsung memelukku. Saking kangennya aku mau makan dimanapun ia bakal mentraktirku.
“Kamu mau apa sekarang Kinan? Ibu bakal ngasih deh”, katanya. yang bener?
“Masa’ sih?”, tanyaku.
“Iya, mau makan di restoran mana ibu akan kasih, soalnya ibu kangen sama anak ibu ini”, katanya sambil memelukku. Dadanya yang besar serasa sesak di perutku. Aku lebih tinggi darinya.
“Kalau permintaan yang lain gimana?”, tanyaku.
“Apa?”, tanyanya.
“Semisal kepingin tidur sama ibu telanjang gitu?”, tanyaku sambil tersenyum.
Ibuku tampak sedikit kaget dan mengerutkan dahi.
“Sekarang?”, tanyanya.
“Iyalah”, kataku.
Ia lalu mengunci pintu lalu melepaskan bajunya satu per satu. WTF?
“Ayo, katanya mau tidur ama ibu telanjang?”, tanyanya menantang.
Entah ibuku gila atau nggak, tapi aku nurut saja. Aku juga telanjang sama seperti beliau. Kami pun tidur di kamarku. Ibuku tidur miring dihadapanku. Tatapan mata kami penuh arti, disatu sisi ia kangen, di sisi lain aku berdebar-debar. Aku baru kali ini melihat lagi tubuh moleknya ibuku tanpa sehelai benang pun. Aku menelan ludah sampai ibuku mendengarnya. Dadanya besar, putingnya coklat, rambut di vaginanya tampak lebat. Tapi ketiaknya mulus.
“Boleh Kinan meluk ibu?”, tanyaku.
“Ya bolehlah, kenapa emangnya?”, tanyanya.
“Ah, nggak apa-apa bu”, kataku. Akupun memeluknya. Dadanya menempel di dadaku. dahi kami bersentuhan, penisku menempel di perutnya. Rasa hangat yang kurasakan.
“Kamu sudah dewasa ya Kinan”, katanya. “Ibu kangen sekali”
“Kinan juga”, kataku. Aku perlahan-lahan menempelkan bibirku ke bibirnya. Kami berciuman. Kumulai berani membelai punggungnya, lalu meremas bongkahan pantatnya. Kontolku sudah tegang sekali, kuyakin ibu juga merasakannya. Apa ibu ndak tahu hal ini? Kami berciuman, dan saling berpanggutan.
“Udah kinan, koq kita malah ginian seh?”, tanya ibu.
“Tapi kinan kepingin bu”, kataku.
Ibuku terdiam sesaat, tampaknya ia berpikir keras.
“Ibu lama ndak beginian, Kinan ndak keberatan jadi partner sex ibu? Sudah terlanjur begini”, katanya.
What? “Ya ndaklah, kinan sudah lama juga kepingin ngentotin ibu sendiri”
Ibu tersenyum, tanpa babibu, kami langsung mengulum satu sama lain. Nafas ibu memburu, ia tak ingat siapa aku lagi, aku juga demikian. Aku sudah tak tahan untuk bisa menyusu kepadanya. Bibirku pun menancap di puting susunya. Kuhisap kuat-kuat sambil kumainkan dengan lidahku.
“Ohh….iya nak, begitu seperti kamu bayi dulu….aahhhhh”, kata ibuku.
Aku terus mengulum dan meremas payudaranya bergantian. Aku hisap kuat-kuat seolah-olah di dalam dadanya itu masih ada ASI, entah itu ASI atau tidak, tampaknya aku mengeluarkan sesuatu dari putingnya, rasanya agak manis dan asam. Kemudian beliau tidak tinggal diam begitu saja, punyaku diremas-remas dan diurut-urut. Merasa keenakan dengan hal ini, aku sedikit berani untuk memasukkan jemari tanganku ke lubang memeknya yang jarang ditumbuhi bulu itu. Hangat. Itulah tempatku dulu keluar, dan sekarang ini aku bakal menikmatinya. Tanganku aku masuk dan keluarkan, sehingga seolah-olah malah tampak seperti mengocok sesuatu. Lama sekali aku menyusu sambil mengoyak vaginanya dengan jemariku. Ia pun hanya mengeluh ah dan uh saja.
Aku lalu bangun, lalu duduk di atas dadanya. Buah pelerku menyentuh perutnya bagian atas. Dan punyaku tegak mengacung ke wajahnya. Punyaku panjang, dan menyentuh bibirnya, seolah-olah ia faham maksudku. Ia meremas tokednya, lalu dikempitnya batangku itu. Ohh…nikmatnya. Hangat sekali, apalagi ditambah ia menjilati lubang kencingku. Ia terus memijat-mijat dadanya, sementara kepala penisku dijilati. Aku terangsang sekali, tetesan sedikit mani keluar dari lubang kencingku. Beliau melihat wajahku.
“Waah….kinan jadi anak nakal sekarang ya, gituin ibu”, katanya.
“Habis ibu mau sih”, kataku.
“Minggir dulu sayang”, katanya.
Aku mengerti lalu minggir ke samping. Kini aku berlutut, dan beliau langsung dengan rakusnya mengulum separuh penisku. Kepalanya maju mundur memompa penisku. Ohh…tidak, enak banget. Lidahnya menari-nari di kepala penisku, seolah-olah tak mau lepas dari situ. Aku berkali-kali berkata, “Ohh..mom, fuck mom, fuck! enak banget…ahh….”
“Sudah, sudah bu, Kinan malah keluar nanti klo sampai begini”, kataku.
Ibuku menghentikan aktivitasnya. Sekarang aku serasa lemas, tapi kemudian jadi bersemangat ketika beliau balik badan menungging.
“Kinan, tolong, masukkan ya?! please….masukkan punyamu yang gedhe itu nak”, katanya.
Tanpa babibu langsung, SLEEEBBB! Wah mantab, pas! Aku lalu bergerak maju mundur. Tapi tampaknya ibu tak ingin berlama-lama begini, ia sepertinya sudah mau keluar, tampak ia menggoyang sendiri pinggulnya. Punyaku serasa dikoyak-koyak, ohh…nikmatnya. Gila, klo gini terus aku bakal ngecret di tempat aku dibuat dulu. AHHH….Tuh kan, aku sempat nyemprot sekali, tapi aku tahan sekuat tenaga agar jangan keluar dulu, nunggu beliau keluar dulu.
“Ohh…tidak bu, ahh….nggak tahan…Kinan ndak tahan, terlalu nikmat”, kataku.
“Tenang Kinan, ibu mau keluar nih…aaaaaahh…ahh..ah…ahhh.oh….ohh…aaaaaa AAAHHHH”, jeritan panjang ibuku sambil pantatnya bergetar menandakan ia telah orgasme, punyaku serasa dijepit oleh daging yang kenyal. Aku meremas tokednya, sambil terus maju-mundur, dan akupun tak sanggup lagi.
“Aduh…aduh…aduh…gimana ini, di luar apa di dalem?”, tanyaku.
“Dalam gak papa”, katanya.
“AAAAHHHHH”, CROOOT..CROOOTTT….CROOOTTT….perlu diketahui, aku nyembur banyak sekali. Lebih dari sepuluh tembakan, Ibuku lemas tengkurap, sambil pantatnya masih menungging, membiarkan penisku mendapatkan sensasi kenikmatan. Penisku sangat ngilu, ketika aku cabut dari lubang itu. Cairan kental putih mengalir dari lubang yang aku semproti tadi. Mengalir ke paha, lalu jatuh di sprei. Aku lalu berbaring di sebelah ibuku. Aku KO, dan tertidur
read more “ ”

Ngentot Anak SD

Dari kamarku aku bisa melihat seluruh bagian gudang.
Sambil menunggui gudang aku mengikuti kuliah di sebuah perguruan tinggi swasta.. Umurku sekarang 20 tahun.
Meski aku tidak kaya tetapi dianugerahi badan yang bagus dengan tinggi 175 dan wajah yang tidak terlalu jelek.
Gudang yang kujaga sering digunakan anak-anak di kampung belakang untuk arena bermain. Sepulang sekolah mereka selalu bermain di lantai gudang yang luas.
Aku memperbolehkan saja mereka disitu bermain, itung-itung untuk menemaniku, jika kebetulan hari itu tidak ada kuliah. Aku mensyaratkan mereka sebagai imbalan bermain di gudang adalah membantu menyapu lantai gudang agar tetap dalam keadaan bersih.
Ada sekitar 10 anak yang selalu bermain di gudangku, mereka umumnya cewek-cewek kecil dan tanggung. Kalau pun ada laki-laki adalah adik-adik mereka yang masih kecil. Kelihatannya anak laki-laki kurang suka main bercampur cewek di gudang itu. Mereka memilih main sepeda dan bola di lapangan yang tidak jauh di belakang gudang.
Dari sekian anak yang sering main ke gudangku adalah Leni yang kelihatannya genit. Wajahnya manis rambutnya lebat hitam lurus. Dia selalu mencari perhatianku. Lagaknya seperti cewek dewasa yang menebar pesona ke aku.
Suatu kali aku sedang santai di kamarku menonton TV dia tiba-tiba muncul di depan pintu. “Kak, Leni dan Ami boleh gak main ke kamar kakak ikut nonton TV,” katanya.
Aku mempersilakan mereka masuk. Di kamarku memang ada TV kecil dan di depannya ada selembar tikar. Keduanya duduk di tikar sementara aku tiduran di dipan beralaskan kasur.
Kedua mereka ini bersahabat, cantik dan keturunan Tionghoa, tetapi jarang di rumah karena kedua orang tuanya sibuk berbisnis.
Kedua orang tua mereka seharian menunggui tokonya di Mangga Dua dan Glodok. Biasanya mereka pulang sekolah selalu istirahat di toko tempat ibunya berjualan. Namun sejak mengenal tampat permainan di gudangku, mereka beralasan lebih suka pulang ke rumah. Sebenarnya mereka tidak dirumah, karena hanya berganti baju sekolah sebentar lalu main ke tempatku.
Sejak saat itu mereka sering main dikamarku. Mereka sudah menganggap kamarku sebagai rumah kedua mereka. Kami sering main kartu, main monopoli dan kadang-kadang menonton DVD. Aku tentunya menjaga koleksi DVDku yang porno dari jangkauan mereka.
Suatu hari badanku terasa lelah sekali, aku berpikir kalau aku telungkup di injak-injak mereka berdua rasanya pasti nikmat. Ketika mereka kuminta, sama sekali tidak ada keberatan, malah keduanya senang. Memang nikmat sekali diinjak-injak begini oleh dua gadis kecil.
Beratnya belum terasa menyakitkan, malah mungkin kurang berat, tetapi lumayanlah untuk menghilangkan pegal-pegal.
Acara menginjak-injak badanku jadi kegiatan rutin, malah kadang-kadang mereka sendiri yang berinisiatif menginjak-injak badanku.
Suatu hari mereka bawa DVD .
DVD itu tidak ada bungkusnya, tetapi ketika diputar, ternyata itu adalah film porno. Aku buru-buru mematikannya. Mereka kuingatkan masih terlalu kecil menonton adegan orang dewasa seperti ini. Tapi keduanya merengek-rengek minta diputarkan, karena mereka hanya boleh pinjam sehari dari teman sekolahnya.
Aku tidak bisa bertahan dan terpaksa kuputar kembali DVD bawaan mereka. Adegannya cukup vulgar dari pemain barat. Pemainnya memang cantik dan gagah dengan kemaluan yang besar. Keduanya asyik mengikuti gambar yang ditayangkan. Aku mengingatkan bahwa anak kecil belum pantas nonton yang begituan. “ Emang kenapa,” tanya Ami.
“ Lha nanti kalau terpengaruh gimana, kalian kan masih kecil,” kataku.
“Ah biasa aja kok, “ kata Leni.
“ Kita kan ingin tau juga permainan orang gede, bosan nonton film anak-anak terus,” tambah Leni.
“Ya udah kalau kalian nanti kepengen, oom gak tanggung jawab,” kataku.
“ Kepengen apaan,” tanya Ami.
“Ya kepengen yang kayak di film itu,” kataku.
“Ah gampang kan ada yang ngajarin,” kata Leni.
“Hah siapa yang ngajarin,” tanyaku keheranan.
“Ya kakak lah,” kata keduanya serempak dengan enteng.
Kedua gadis kecil ini sudah gila pikirku, masak dia berani menantangku.
Setelah film pertama itu, mereka kemudian berkali-kali membawa film sejenis ke kamarku.
Sungguh mati jiwa mudaku bergelora juga menonton adegan-adegan syur itu. Tapi masak kulampiaskan ke gadis kecil gini. Badannya saja masih kecil dan kurus. Teteknya belum ada. Mereka kelas 5 SD, kutaksir masih berumur 11 tahun lebih sedikit.
“Kak ajari kita ciuman dong,” kata Leni yang disambung Ami dengan kata “ Iya dong.”
Buset dah anak sekecil ini udah berani minta yang beginian. Diam-diam mereka sudah punya rencana terhadapku rupanya.
“Emang untuk apa belajar yang gituan, “ tanya ku.
“ Kita kan pengen tau rasanya ciuman, kayaknya di film itu kok enak sih,” kata Ami.
“Bener nih,” kataku ingin meyakinkan permintaan mereka.
“Iya suer, ajari dong,” kata Leni.
“Nanti kalau orang tua kalian tau, habis deh gua, “ kataku.
“ Ah kita yang gak bilang ke mama papa dong, suer deh kak, ajari ya,” kata Ami.
“Bener ya jangan bilang ke sapa-sapa ya kalau kakak ngajari kalian ciuman, nanti kalau orang tua kalian tau kakak bisa berabe,” kataku.
“Iya deh janji,” kata mereka serentak.
“Gini deh sebelum belajar kita gosok gigi dulu biar mulut kita baunya enak,” kataku.
Mereka lalu kusuruh menggunakan sikat gigi yang baru ku beli untuk membersihkan mulutnya. Setelah itu aku juga menyikat gigiku.
Rasa mulutku sudah segar.
“Siapa yang duluan,” tanyaku.
Leni maju dengan wajah malu-malu. Leni kupangku, lalu kuciumi pipi, kening rambut dan selanjutnya aku mencium mulutnya . Mulut Leni masih kaku sehingga masih terus terkatup.Dengan lidahku ku buka mulutnya dan lalu aku menciumnya dengan mesra. Nafas Leni terengah-engah. Mungkin dia susah bernafas ketika mulutnya kucium,atau karena dia bernafsu sehingga nafasnya memburu. Sekitar 5 menit aku menuntaskan mencium Leni. Selanjutnya giliran Ami.
Gimana rasanya,” tanyaku.
“Enak juga kok,” kata Leni.
Leni dan Ami kubopong berbaring di kasurku aku lalu menindih keduanya dan kembali menciumi mereka. Tanganku tidak tinggal diam, tetapi merabai kedua dada mereka. Terasa ada daging yang menyembul sedikit di dadanya. Mereka ternyata sudah mulai tumbuh teteknya. Tetapi karena selama ini pakai baju tebal sehingga tidak tampak bahwa teteknya sudah mulai tumbuh..
Tidak puas merabai kedua teteknya tanganku satu persatu ke kedua cewek ini menelusup ke bawah kausnya . Mereka masih dilapisi lagi oleh kaus singlet tipis. Tanganku berhasil merabai tetek kecil keduanya. Aku lalu duduk diantara keduanya dan tanganku menarik kaus dalam mereka. “ Kakak mau ngapain, “ kata Leni.
“ Tenang aja, katanya kalian mau diajari. “ kataku.
Tangan Leni yang tadinya menahan agar kausnya tidak di singkap akhirnya membolehkan tanganku menelusup ke bawah kaus kutangnya. Terasa lembut dan kenyal kedua tetek mereka. Ami terasa lebih gemuk dibanding Leni, tetapi keduanya masih kecil pentilnya. Mereka kuminta duduk dan satu persatu aku bukai bagian atas pakaian mereka, sehingga keduanya telanjang dada. Ami dan Leni langsung otomatis menutup kedua teteknya dengan kedua tangan mereka. Mereka aku rebahkan lagi dan kini aku menciumi dada mereka yang baru tumbuh.Meski pentilnya masih kecil, tetapi sudah bereaksi atas rangsangan lidahku. Terasa ujung pentilnya mengeras kaku.
“Gimana rasanya,” tanyaku.
“Geli-geli gimana, gitu,” kata Ami.
Sambil kuciumi kedua tetek mereka sembari menjilat-jilat mereka mulai melenguh. Kesempatan birahi mereka mulai bangkit, tanganku langsung membekap selangkangan keduanya. Mereka tidak bereaksi ketika tanganku meremas-remas selangkangan mereka.
Merasa mereka tidak ada penolakan, pelan pelan tanganku menelusup ke dalam langsung ke celana dalam . Pertama tangan aku telusupkan ke memek Leni. Tangan Leni otomatis seperti mencegah tanganku mencapai memeknya, tetapi dia tidak bersungguh-sungguh menahan tanganku, karena ketika jari tengahku menemukan kelentitnya Leni langsung bergelinjang. Tanganku yang satunya giliran menelusup ke dalam celana dalam Ami. Dia tidak menyadari tanganku sudah mendekati memeknya, karena putingnya sedang aku rangsang dengan jilatan lidahku. Ketika ujung jariku menyentuh clitorisnya, tangannya berusaha menarik tanganku, tetapi dari tenaganya kuketahui dia tidak sungguh-sungguh.
Aku bangkit dan berbalik duduk ke arah kaki mereka diantara mereka yang sedang berbaring setengah telanjang. Tanganku kembali kususupkan dan menstimulasi kedua clitoris mereka. Keduanya bergelinjang gelinjang nikmat dan cairan mulai membasahi celah memeknya. Aku jadi penasaran bagaimana bentuk memek mereka. Dari rabaanku memek mereka masih gundul dan menggunduk. Satu persatu celana mereka aku pelroti. Mereka pasrah saja sambil menutup mata. Terpampanglah dua gundukan dengan masing-masing belahan yang masih rapat. Ketika satu persatu aku kuak, terlihat warna merah jambu di dalamnya dan ujung lipatan bibir dalam yang mencuat.
Kukatakan kepada mereka bahwa aku akan memberi kenikmatan yang tinggi, tetapi harus bergantian satu persatu. Mereka pasrah saja, aku memulai dengan mengoral memek Ami. Baunya memang rada-rada pesing karena dia belum sempat cebok. Tapi bagiku tidak masalah, karena birahiku sudah menyingkirkan rasa jijik. Ketika lidahku menyentuh clitoris Ami dia menggelinjang. Menurut dia rasanya geli, tapi enak juga. Aku terus menyerang kelentit Ami sampai dia melonjak-lonjak. Cukup lama juga dia baru bisa mencapai orgasmenya sekitar 15 menit. Memek Ami berkedut-kedut dan ada sedikit cairan meleleh diantara belahan memeknya.
Ami tak kuasa membuka matanya dia terbujur. Sementara itu Leni yang penasaran bertanya ke Ami, “ Gimana Mi sakit nggak,”
Ami hanya menjawab singkat, “ enaaaaaak banget,” katanya dengan mata tetap tertutup. Badannya kututup sarung. Sebelum Leni mendapat giliran dia kuminta mencuci dulu memeknya. Leni mengikuti anjuranku dan kembali langsung kusuruh berbaring dengan posisi mengangkang dan kaki ditekuk. Memeknya sama sekali tidak berbau dan berwarna merah di dalamnya. Aku segera menyerang clitorisnya. Leni terkejut dan melonjak ketika clitorisnya tersentuh lidahku. Reaksi Leni lebih rame, dia mengerang-erang sambil berucap, “ aduh…..aduuuuh enaaaak,,,,,,,”
Aku terus menyerang clitorisnya . dia juga cukup lama mencapai orgasmenya sama seperti Ami mungkin sekitar 15 menit dia akhirnya mencapai orgasme dan kedua kakinya menjepit kepalaku dan rambutku dijambak-jambaknya dan ditekan ke arah memeknya. Mulutku merasa permukaan lubang vaginanya berkedut-kedut seperti pria sedang menyemprotkan sperma.
Leni berkeringat dan tidur terbujur. Keduanya langsung tidur terlelap. Sementara itu aku ngaceng berat. Ketika mereka tidur aku menonton TV duduk di bawah. Lama-lama aku merasa ngantuk juga.
Aku terbangun ketika merasa celanaku ada yang membuka, Kuintip kedua anak kecil itu berusaha membuka celana ku. Dengan agak bersusah payah mereka membuka semua celanaku. Kontolku tentu tidak bisa tinggal diam, dia langsung tegang mengacung. Apa kira-kira yang akan dilakukan kedua anak ini, batinku.
Ami meremas-remas batangku, sementara Leni menekan-nekan bijiku. Remasan Leni terlalu keras sehingga aku tidak bisa terus berpura-pura tidur. “ Kalian ngapain sih, kok nelanjangi kakak,” tanyaku.
“Gak adil dong masak kita aja yang telanjang, kita kan pengen juga ngliat barangnya kakak,” kata Leni.
Aku kembali berbaring dan dengan santai tanpa basa-basi kusuruh mereka menciumi kontolku. Mulanya kata mereka “jijik ah,”
“Gak adil dong memek kalian sudah kakak jilatin sampai kalian kelojotan, sekarang giliran kakak dong yang di senengi,” kataku.
Ami mulai menunduk menciumi ujung penisku lalu dijilati. Leni lebih fokus ke bijiku. Dia menciumi dan juga menjilati. “ Isep,” kataku.
Leni melahap kantong menyan sementara Ami melahap kepala kontolku. Aku seperti melayang kelangit ke tujuh merasakan nikmatnya hisapan mereka.
Tiba-tiba Ami bicara, “ Kak boleh gak kita nyoba kayak yang di film itu,”
“ Yang mana,” tanyaku.
“Itu yang barangnya laki dimasukin ke barangnya cewek,” kata Leni menyambung.
“Ah kalian belum bisa karena masih kecil, barang kakak kan besar, memek kalian masih kecil mana muat,” kataku.
“Ala dicoba aja kan gak apa-apa,” kata Leni ngotot.
“Ya udah tapi kalau sakit, kakak gak tanggung ya,” kataku.
Leni naik ke atas tubuhku di pegangnya penisku lalu diarahkannya ke lubang memeknya. Dia berusaha berkali-kali, tetapi selalu meleset.
“ Kok susah banget ya, di filim keliatannya gampang, “kata Leni.
“ Sini coba gua,” kata Ami.
Sebelum Ami mencoba, aku menyuruh mereka melumasi kepala penisku dengan body lotion biar licin. Ami mengambil body lotion dan melumuri seluruh kontolku sampai licin. Dia lalu ngangkang dan mengarahkan penisku ke lubang memeknya yang masih kecil. Kepala penisku terasa tepat berada di lubang memeknya.
Ami menekan badannya kebawah sambil meringis. “ Sakit ya, tapi di film kok enak keliatannya,”
“Masak sih coba sekarang gua kata Leni mengambil alih posisi.
Leni pun merasa memeknya sakit ketika kepala penisku masuk ke belahan memeknya.
Sementara penisku dijadikan eksprimen, kepalaku sudah nyut-nyutan karena nafsu sudah diubun-ubun.
“ Sekarang coba kakak yang masukin,” kataku sambil memerintahkan mereka berbaring.
Ami kukangkangkan dan kakinya kutekuk. Kepala penisku aku arahkan ke lubang kecil memeknya dan pelan-pelan kutekan. Kepala penisku bisa masuk, tapi masih terlalu ketat lubangnya. Aku tarik lagi sedikit lalu ku dorong. Begitu berkali-kali sampai penisku bisa masuk sekitar 5 cm. Terasa di dalam ada yang menghalangi. Aku berhenti tidak memaksa memecahkan selaput perawannya, karena khawatir mereka akan terluka.
Giliran Leni juga begitu, kepala kontolku bisa masuk, tapi juga mentok di selaput perawannya. Aku mengocoknya pelan-pelan sampai akahirnya aku mencapai orgasme dan kutarik keluar kontolku sebelum menyembur. Spermaku aku tampung di telapak tanganku sendiri.
“ Ih apaan itu kak, kok kentel-kentel kayak lem,” kata Ami.
Kujelaskan bahwa itulah sperma laki-laki yang bisa membuat cewek bunting kalau masuk kedalam memek.
Mereka merasa ngeri. Namun setelah kujelaskan bahwa mereka belum bisa bunting sebelum mereka mendapat mensturasi. Jadi seandainya spermaku masuk ke dalam memek mereka, tetap aman . akhirnya mereka mengerti.
“Gimana rasanya disodok ****** kakak,” tanyaku.
“Sakit sih tapi rasanya penasaran aja gitu,” kata Amy.
Ya udah lain kali kita coba lagi, kalau dicoba berkali-kali baru tidak sakit, dan akhirnya enak.
“ Emang enaknya kayak apa sih,” kata Leni.
“Ya lebih enak dari yang kalian rasakan ketika kakak jilatin memek kalian tadi.”
“ Ah masak sih ada yang lebih enak dari yang tadi itu, rasanya jadi kepengen deh,” kata Ami.
“ Ya besok-besoklah kalau kalian sudah tidak sakit lagi, sekarang bekasnya masih sakit,” tanyaku.
“Iya dikit,” kata Leni.
“ Coba kalian jalan, sakit nggak,” pintaku.
Leni dan Ami mondar mandir dikamarku. Kelihatannya jalannya tidak aneh, jadi aku tidak perlu khawatir ketahuan orang tuanya bahwa memek mereka sudah aku sodok.
Dua atau tiga hari kemudian mereka datang lagi.
“ Kak kita kepengen enak yang kayak hari itu dong,” kata mereka berdua.
“Emangnya memek kalian sudah gak sakit lagi,” tanyaku.
“Udah enggak kok,” kata Leni..
Gila emang dua cewek ini, sex maniak atau apa sih, batinku.
“Ya udah sana ke kamar mandi bersih-bersih sekalian gosok gigi,” kataku.
Mereka kembali mendatangiku setelah dari kamar mandi.
“Sekarang kakak menggarapnya satu-satu, siapa mau duluan,” tanyaku.
Leni maju. Aku duduk di dipanku dn Leni kupangku. Aku mulai melakukan foreplay dan menciuminya. Selanjutnya bajunya kubuka satu persatu. Teteknya aku kemot kiri dan kanan lalu celananya ku pelorotkan. Gila juga Leni tidak pakai celana dalam. Anak ini udah siap banget keliatannya.
Aku kangkangkan kaki Leni dan aku mulai mengoralnya. Leni menggelinjang-gelinjang sambil terus melenguh melampiaskan kenikmatan yang diarasakan. Kali ini dia lebih cepat mencapai orgasme. Belum 10 menit, kakinya sudah menjepit kepalaku dan memeknya berkedut-kedut.
Ami yang mendapat giliran berikutnya sudah siap. Dia hanya mengenakan celana dalam dan berkaus kutang. Ami aku pangku dan mulai melancarkan foreplay. Pertama dengan ciuman berikutnya membuka kausnya dan menghisap kedua putting susunya. Selanjutnya kupelorotkan celana dalamnya dan aku segera menyerbu memeknya dengan oral. Ami menggelinjang liar sehingga aku harus menahan badannya agar jilatanku tidak kepeleset ke mana-mana.
Ami rupanya juga melenguh-lenguh keras melampiaskan rasa nikmatnya. Dia juga cepat mencapai orgasme.
Aku selanjutnya membuka baju dan celanaku lalu berusaha menyodokkan kontolku ke memek Ami yang kecil dan gundul. Dengan bantuan body lotion kali ini kepala kontolku lebih mudah masuk. Aku mengocoknya pelan sampai Ami tidak merasa sakit karena memeknya disumpal kontolku. Pada garis terakhir dimana terdapat portal perawan, aku bertahan pada posisi mentok. Aku mengejan mengeraskan tegangan penisku.
Ami meringis katanya agak sakit. Ku kendorkan lagi lalu kutegangkan kembali. Begitu berkali-kali, sampai Ami terbiasa oleh ritmenya. Seterusnya sambil ku tekan sedikit, aku lalu menegangkan penisku. Terasa seperti bunyi kreek. Amy menjerit. Aku mengendorkan lagi. Dan istirahat sebentar. Setelah dia mengusai dirinya dan tidak terlalu merasa sakit aku mulai lagi dengan menegangkan penisku.
Rasanya sih ada kemajuan. Ketika kudorong sedikit kontolku bisa maju sedikit. Aku terus menengangkan dan melemaskan sambil terus sedikit mendorong sampai akhirnya terasa separuh penisku sudah terbenam di memek Ami. Aku mencoba menarik dan mendorong penisku pelan-pelan. Ami meringis, katanya agak perih. Aku minta dia menahannya sebentar, karena lubang memeknya belum terbuka seluruhnya. Setelah gerakan maju mundur berlangsung 10 kali, rasa sakit dan perih yang dirasakan Ami agak berkurang. Aku mencoba lagi mendorong pelan-pelan lebih jauh. Penisku bisa masuk terus pelan-pelan sampai akhirnya tenggelam seluruhnya.
Terasa liang vagina ami hangat dan ketat sekali. Aku mulai melakukan gerakan bersetubuh secara normal namun dengan gerakan hati-hati. Ami masih merasakan sakit, tetapi tidak terlalu mengganggu karena lubang vaginanya sudah licin. Ketatnya cengkeraman memek Amy membuat aku tidak mampu bertahan sehingga kusemprotkan sepermaku di dalam memeknya. “ Apaan kak kok anget-anget,” kata Ami.
“Spermaku keluar di dalam,” kataku
Ketika kucabut pelan-pelan setelah penisku agak mengendor, terlihat ada sedikit darah. Di permukaan lubang memek Ami mengalir spermaku bercampur juga dengan sedikti darah.
Aku segera melapisi bawah pantatnya dengan handuk kecil agar tidak meleleh ke tempat tidurku. Lalu kulapkan lelehan mani dari memek Ami sampai bersih. Dia kuminta istirahat dulu sebentar.
Ami tertidur sekitar 15 menit. Ketika bangun dia merasakan memeknya agak perih. Aku agak khawatir juga apakah dia bisa jalan dengan memek yang luka itu. Ketika dia jalan ke kamar mandi kelihatannya jalannya normal.
“ Gimana Mi rasanya,” tanya Leni penuh selidik.
“ Sakit sih tapi enak juga kok rasanya di dalam ngeganjal, coba deh lu pasti keenakan, “ kata Ami.
Leni kubopong lalu aku pangku . Aku mulai mencumbuinya dengan penuh perasaan. Leni membalasnya dengan kepasrahan. Nafas Leni mulai memburu ketika lehernya aku ciumi. Leni kubaringkan di sebelah Ami lalu kuciumi kedua susunya yang kecil. Aku agak gemas juga melihat setumpuk daging kecil di dada Leni, tetapi kalau aku remas terlalu kuat dia mengeluh rasanya sakit.
Aku mempersiapkan diri untuk ronde kedua ku. Tugasku kali ini adalah menjebol keperawanan Leni. Seluruh penisku aku lumuri body lotion, demikian juga permukan memek Leni. Kakinya kukangkangkan dan kulipat keatas. Lubang memeknya menganga berwarna merah. Terlihat sedikit celah dan lipatan bibir dalam yang mencuat keluar di bagian atasnya. Sambil bersimpuh kuarahkan kepala penisku ke lubang memek Leni secara hati-hati. Setelah terasa pas aku dorong pelan-pelan agar melesat ke dalam. Leni meringis sakit. Kepala kontolku berhasil dibenamkan.
Kucabut lagi sedikit lalu kudorong. Bagitu berulang kali sampai lubang depan memeknya terasa melonggar. Aku menekan lagi perlahan-lahan sampai akhirnya terhenti oleh rintangan selaput keperawanan Leni. Aku mengubah posisiku menindih Leni dan badanku bertopang pada kedua siku. Aku melakukan gerakan maju mundur sedikit demi sedikit, sampai rasanya agak leluasa dan akhirnya terhenti di rintangan itu. Seperti teknik menjebol keperawanan Ami, aku mengeraskan penisku sambil agak menekan. Leni meringis lagi. Kukendorkan lalu kukencangkan sambil sedikit tekanan ke dalam. Saat kutegangkan terasa kepala penisku menembus sesuatu.
Aku terus menekan pelan sambil terus menengangkan dan melemaskan. Penisku yang menegang seolah-olah membuka jalan di dalam liang vagina Leni. Aku merasa penisku maju sedikit demi sedikit ke dalam liangnya. Leni kelihatannya tidak merasa sesakit Ami. Aku pun tidak merasa menembus selaput. Perlahan-lahan dalam waktu cukup lama sekitar 10 menitan barulah akhirnya seluruh penisku terbenam. Ketika kutarik pelan Leni meringis. Aku melakukan gerakan maju mundur dengan ritme yang pelan sekali, sampaia terasa lubang vagina Leni terlumasi. Halangan terhadap gerakanku relatif tidak terlalu sulit, sehingga aku mulai bisa menggenjot dengan gerakan yang makin cepat. Leni masih meringis, ringis, tetapi nafasnya terus memburu. Aku mencoba memcah kosentrasi Leni terhadap rasa sakit di vaginanya dengan menciuminya secara ganas.
Karena pecah kosentrasinya Leni tidak merintih lagi dia malah memelukku erat sekali. Kadang-kadang pinggulnya bergoyang.
Mungkin karena ini ronde keduaku, maka orgasmeku terasa masih jauh. Aku merubah posisi dengan bersimpuh lalu pelan-pelan kutarik badan Leni yang kecil agar bangun merapat ke badanku. Setelah ia berada di posisi pangkuanku aku memutar dan menrunkan kedua kakiku ke bawah tempat tidur. Leni dalam posisi kupangku kuarahkan agar dia menggerakkan pinggulnya maju mundur. Rasanya penisku seperti diremas-remas vagina Leni.
Kakinya kuminta melingkar ke badanku, dan pelan-pelan aku bangkit dan posisi Leni seperti kugendong pinggulnya kupegangi dan kugerakkan maju mundur. Sensasi luar biasa, tetapi terus terang rasanya tidak nyaman dan lama-lama melelahkan juga. Aku kembali ke tempat tidur dan pelan=pelan sambil menjaga agar kontolku tidak terlepas aku berbaring dan Leni berada di atasku menindih. Dia kuajari melakukan gerakan naik turun. Gerakan naik turunnya tidak terkontrol sehingga penisku lepas. Ketika kusodokkan ke dalam memeknya relatif agak mudah masuk.
Untuk mengontrol gerakannya aku terpaksa menahan pantatnya agar tidak menarik terlalu jauh Leni merasa lelah pada posisi itu. Kulepas kontolku dari cengkeraman memek Leni. Dia kuatur pada posisi merangkak dan aku menghunjam penisku dari arah belakang. Penisku agak mudah masuk dan aku menggenjotnya . Kontras sekali besarnya kedua badan kami. Badanku yang besar berhadapan dengan cewek imut yang masih kecil. Aku terus menyodok memeknya sampai terasa agak lelah. Kami kembali keposisi misionaris dan aku berkonsentrasi menyetubuhi Leni.
Orgasmeku mulai meremang dan aku menggenjot makin cepat, sampai akhirnya muncrat juga spermaku ke dalam liang vagina Leni. Terasa sekali lelahnya badanku sehingga aku melepas penisku dari memek Leni dan langsung terkapar di tikar. Kulihat bekas sodokanku di memek Leni meinggalkan celah lubang yang cukup besar. Air maniku meleleh dari celah lubangnya berwarna agak kemerah-merahan. Spermaku bercampur dengan darah keperawanan Leni.
“ Gimana Len, enak apa sakit,” tanya Ami.
“ Enak juga kok, mulanya sih agak sakit, tapi lama-lama gak gitu kerasa,” kata Leni.
Kami mengakhiri sesi itu denganmandi bersama. Setelah segar, kami menonton TV dan tidak lama kemudian mereka pamit pulang. Aku memperhatikan jalannnya kedua gadis kecil itu, apakah terlihat agak aneh. Sebab kalau dia jalan sambil menahan rasa sakit, bisa bisa aku didamprat orang tua mereka berdua.
Seminggu lebih mereka berdua tidak muncul. Aku tentu saja khawatir, bahwa kedua orang tuanya tau bahwa anaknya dientot orang lalu dimarahi dan dihukum tidak boleh keluar rumah. Aku merasa tidak tenang, sehingga aku sering pulang ke gudang tuaku agak malam.
Namun dihari Minggu , pagi-pagi kedua anak itu sudah muncul dengan wajah cerianya. Ketika kutanya kenapa sudahlama nggak muncul. Ternyata jawaban mereka tidak seperti yang kukhawatirkan. Mereka malah minta bermain lagi seharian minggu ini. Keduanya sudah membawa bungkusan makanan untuk persediaan makan siang kami . Dengan demikian kami seharian bisa melakukan sex party sampai sore.
Aku hari itu melakukan sex maraton sampai 5 kali ejakulasi. Leni dan Ami pada persetubuhan kali ini mulai bisa mencapai orgasme. Mereka heboh sekali jika mencapai orgsmenya karena menjerit-jerit. Untung aku mengeraskan suara televisiku. Khawatir juga terdengar oleh anak-anak yang main di bawah sana.
Aku seterusnya seperti budak sex mereka berdua sampai mereka lulus SMP. Paling tidak seminggu dua kali mereka minta jatah. Ketika aku katakan, mengapa tidak pacaran saja. Menurut mereka , teman cowoknya pada culun-culun dan bego. Lagi pula mereka khawatir jika berhubungan badan dengan teman cowonya nanti diceritakan ke temen-temennya. Mereka merasa lebih safe melakukan denganku, karena kami bisa saling menjaga rahasia.

read more “ ”