untuk
kalangan setengah baya semakin melengkapi koleksi di situs ini. Kali
ini datang dari cerita seorang wanita yang kesehariannya memakai jilbab
dan terkenal santun ternyata memiliki nafsu seks yang luar biasa.
“Tadi
malam saya lewat rumah ibu dan mendengar suara menarik jadi saya
mengintip. Ternyata, saya lihat ibu sedang mencolok-colokkan pisang ke
itunya ibu sambil nyetel film BF. Saya sangat terangsang.Kalau ibu
setuju, daripada pakai pisang saya juga mau dan penginbegituan dengan
ibu”.
Itu kalimat yang kutulis dalam HP dan siap dikirimkan dalam bentuk SMS ke sebuah nomor HP milik Bu Ruminah, tetanggku. Namun kendati tinggal memencet tombol agar pesan terkirim, aku sempat ragu. Jangan-jangan nanti Bu Rum (demikian Bu Ruminah biasa dipanggil) ngadu ke ibuku atau ke orang-orang tentang SMS yang kukirim, begitu aku membathin. Tapi, ah nggak mungkin dia berani cerita ke ibuku atau ke orang-orang. Sebab kalau dia cerita, kebiasaannya memuaskan diri dengan buah pisang kan jadi ketahuan. Begitu pikirku lagi. Yakin Bu Rum tidak mungkin menceritakan isi SMS itu ke orang lain, akhirnya kutekan panel tanda OK pada HP-ku dan terkirimlah SMS trsebut.
Itu kalimat yang kutulis dalam HP dan siap dikirimkan dalam bentuk SMS ke sebuah nomor HP milik Bu Ruminah, tetanggku. Namun kendati tinggal memencet tombol agar pesan terkirim, aku sempat ragu. Jangan-jangan nanti Bu Rum (demikian Bu Ruminah biasa dipanggil) ngadu ke ibuku atau ke orang-orang tentang SMS yang kukirim, begitu aku membathin. Tapi, ah nggak mungkin dia berani cerita ke ibuku atau ke orang-orang. Sebab kalau dia cerita, kebiasaannya memuaskan diri dengan buah pisang kan jadi ketahuan. Begitu pikirku lagi. Yakin Bu Rum tidak mungkin menceritakan isi SMS itu ke orang lain, akhirnya kutekan panel tanda OK pada HP-ku dan terkirimlah SMS trsebut.
Hanya
dalam hitungan menit, reaksi dari SMS yang kukirim langsung kudapat.
HP ku berdering dan pada layar terlihat nama Bu Rum memanggil. Tetapi
aku tidak berani mengangkat karena pasti ia mengenali suaraku hingga
kudiamkan saja panggilannya. Setelah beberapa kali telefonnya tidak
diangkat, akhirnya sebuah SMS masuk.
“Tolong jawab. Nomor siapa ini”. Demikian bunyi SMS yang dikirimnya dan memacu niatku untuk kembali mengisenginya.
“Pokoknya ibu sangat mengenal saya. Bener lho Bu, pisang saya jadi pengin banget dimasukkan ke itunya ibu seperti pisang yang ibu pegang tadi malam. Ibu pasti puas. Mau kan Bu?”. Ujarku dalam SMS yang kukirim berikutnya.
“Huussh… jangan ngawur. Saya bukan wanita begituan dan saya kan sudah tua. Tolong kejadian itu jangan diceritakan ke orang lain. Tolong banget”. Ungkapnya dalam SMS berikutnya.
“Tolong jawab. Nomor siapa ini”. Demikian bunyi SMS yang dikirimnya dan memacu niatku untuk kembali mengisenginya.
“Pokoknya ibu sangat mengenal saya. Bener lho Bu, pisang saya jadi pengin banget dimasukkan ke itunya ibu seperti pisang yang ibu pegang tadi malam. Ibu pasti puas. Mau kan Bu?”. Ujarku dalam SMS yang kukirim berikutnya.
“Huussh… jangan ngawur. Saya bukan wanita begituan dan saya kan sudah tua. Tolong kejadian itu jangan diceritakan ke orang lain. Tolong banget”. Ungkapnya dalam SMS berikutnya.
Rupanya dia ketakutan kalau aku menceritakan kejadian yang sempat kupergoki itu hingga niat isengku makin menjadi.
“Beres Bu, Saya tidak akan cerita ke siapa-siapa. Tapi sungguh saya sangat terangsang saat melihat memek ibu dicolok buah pisang. Bahkan lebih merangsang dibanding memek wanita bule yang ada di film BF. Jadi soal saya kepengin begituan dengan ibu memang bener-bener lho.” Kataku lagi dalam SMS yang kukirim selanjutnya. Tetapi balasan SMS dari Bu Rum pendek saja. “Sudah ya. Saya sangat berterima kasih kejadian itu tidak diceritakan ke siapapun,” ujarnya dalam SMS yang kuterima. Setelah itu beberapa kali kukirim SMS dengan kata-kata yang lebih panas. Termasuk kesediaanku untuk menjilati memek dan itilnya bila ia mau melayaniku. Namun Karena tetap tidak dijawab maka malam itu SMS an dengan Bu Rum tidak berlanjut.
“Beres Bu, Saya tidak akan cerita ke siapa-siapa. Tapi sungguh saya sangat terangsang saat melihat memek ibu dicolok buah pisang. Bahkan lebih merangsang dibanding memek wanita bule yang ada di film BF. Jadi soal saya kepengin begituan dengan ibu memang bener-bener lho.” Kataku lagi dalam SMS yang kukirim selanjutnya. Tetapi balasan SMS dari Bu Rum pendek saja. “Sudah ya. Saya sangat berterima kasih kejadian itu tidak diceritakan ke siapapun,” ujarnya dalam SMS yang kuterima. Setelah itu beberapa kali kukirim SMS dengan kata-kata yang lebih panas. Termasuk kesediaanku untuk menjilati memek dan itilnya bila ia mau melayaniku. Namun Karena tetap tidak dijawab maka malam itu SMS an dengan Bu Rum tidak berlanjut.
Bu
Ruminah yang biasa disapa Bu Rum adalah tetanggaku. Rumahnya hanya
terpaut tiga rumah dari rumahku. Suaminya Pak Kirno, adalah pensiunan
TNI dan pernah menjadi Satpam sebuah bank serta menjabat Ketua RW
sebelum terkena stroke dan mengalami kelumpuhan. Sementara Bu Rum di
samping menjadi ketua kelompok pengajian ibu-ibu di lingkungan RW tempat
tinggalku, ia yang pernah mengenyam pendidikan pesantren itu juga
mengajari ibu-ibu mengaji termasuk ibuku yang menjadi teman dekat dan
sekaligus muridnya. Aku yakin orang-orang tidak bakalan percaya kalau
kuceritakan bahwa Bu Rum ternyata suka melampiaskan hasrat seksnya
dengan menggunakan pisang. Betapa tidak, wanita berusia 53 tahun itu,
penampilan kesehariannya sangat santun. Selalu berkerudung dan menutup
rapat auratnya. Hingga orang tidak akan percaya tentang kebiasaannya
yang nyeleneh dalam soal seks terlebih di usianya yang sudah tergolong
tua.
Tetapi
aku benar-benar melihat dengan mata dan kepalaku sendiri tentang apa
yang dilakukan dia yaitu memuasi diri dengan buah pisang. Bahkan saat
itu, terus terang aku sangat terangsang. Terlebih saat ia meremasi
sendiri kedua teteknya yang gede dan melihat memeknya yang dipenuhi
rambut tebal dicolok-colok dengan buah pisang. Karena selalu terbayang
oleh bagian-bagian tubuhnya yang membuatku terangsang, akhirnya aku
iseng mengirim SMS. Karena beberapa SMS ku yang terakhir tidak
dibalasnya, aku nyaris nekad dengan mengancamnya bahwa bila ia tidak mau
melayaniku akan kuceritakan soal masturbasi dengan pisang itu kepada
orang-orang. Hanya setelah kupikir, tindakanku itu bisa membuat dia
kalap atau melapor ke polisi hingga kuurungkan niatku tersebut. Hanya
aku tetap bertekad untuk mengisenginya dengan berkirim SMS kepadanya di
tiap kesempatan. Hampir tiap hari, terkadang pagi, siang maupun malam,
beberapa SMS kukirim kepadanya. Intinya mengungkapkan keinginanku untuk
menjadi patner seksnya karena setelah memergoki dia main dengan pisang
aku menjadi sangat terangsang dan terpaksa sering mengocok sendiri
kontolku sambil membayangkan menyetubuhinya. Tetapi ia tetap tidak mau
membalasnya. Pernah beberapa kali ia mencoba menelepon tetapi aku tidak
berani mengangkatnya.
Oh
ya, dari perkawinannya dengan Pak Kirno, Bu Rum hanya mempunyai satu
anak Mbak Lasmi. Ia sudah berkeluarga dan mempunyai beberapa anak. Mbak
Lasmi tinggal di tempat lain di sebuah kecamatan terpencil karena
suaminya menjadi pegawai kecamatan di sana. Jadi status Bu Rum adalah
nenek dari beberapa cucu. Puncak dari keisenganku mengrim SMS kepada Bu
Rum terjadi ketika pengajian ibu-ibu di kampungku yang dilaksanakan
secara bergiliran jatuh ke giliran ibuku. Karena acaranya berbarengan
dengan halal bi halal setelah lebaran, pengajian yang diadakan di
rumahku terbilang besar. Hidangan yang biasanya cuma snack kali ini
dilengkapi ketupat dan opor ayam. Juga ustazahnya yang biasanya
pembicara lokal, kali ini didatangkan dari luar kota.
Sejak
pagi rumahku ramai oleh ibu-ibu tetangga yang mempersiapkan acara
tersebut termasuk Bu Rum. Adanya wanita itu di rumahku membuatku tidak
berani mengirim SMS iseng padanya. Hanya secara sembunyi-sembunyi aku
sering mencuri pandang menatapinya. Seperti kebiasaannya, saat itu Bu
Rum memakai busana muslim dengan hiasan bordir yang apik. Yakni sebuah
baju terusan warna krem yang longgar yang tidak menampakkan bentuk
tubuhnya dipadu dengan celana panjang warna senada. Dengan kerudung yang
tak pernah lepas menutup kepalanya, wanita bertubuh tinggi besar itu
nampak anggun dan berwibawa.
Acara
pengajian yang dimulai selepas ashar, baru berakhir menjelang maghrib.
Sekira pukul 19.30 WIB, setelah acara beres-beres rumah selesai ibu
memanggilku. “Win tolong ini diantar ke rumah Bu Rum ya.Tadi ia minta
disisihkan lontong dan opornya karena katanya di rumah lagi tidak
masak,” ujar ibuku.
Setelah
beberapa kali berkirim SMS gelap kepadanya, sebenarnya agak grogi
untuk berhadapan langsung dengan Bu Rum. Terlebih mengingat kata-kata
jorok dan porno serta ajakan main seks dalam setiap SMS yang kukirim.
Tetapi aku juga tidak punya alasan untuk menolak perintah ibu hingga
dengan terpaksa kulaksanakannya. Dua buah rantang besar berisi lontong
dan opor kubawa ke rumah Bu Rum. Setelah beberapa kali mengetuk pintu
dan menunggu agak lama, kulihat seseorang mengintip dari balik korden
dan akhirnya membukakan pintu.Ternyata yang mengintip dan membukakan
pintu adalah Bu Rum sendiri. “Ohkamu Win, ibu kira siapa. Ayo masuk,”
ujarnya mempersilahkanku.
Bu
Rum yang kalau berada di luar rumah berpakaian muslimah yang
rapat,ternyata tidak begitu adanya kalau sedang di dalam rumah. Baju
yang dipakainya hanya daster berbahan tipis dan tanpa lengan. Hingga BH
hitam dan celana dalam putih yang dipakainya tampak menerawang. “Saya
disuruh mengantarkan ini untuk Bu Rum,” kataku setelah berada di ruang
tamu rumahnya. Tetapi Bu Rum tidak langsung menerima bingkisan makanan
yang kusodorkan. Ia kembali membuka pintu dan keluar rumah. Setelah
sesaat melihat sekeliling, ia kembali masuk dan mengunci pintu dari
dalam. Ia juga mengajakku ke dalam, ke ruang tengah rumahnya. “Taruh
saja bawaannya di meja Win. Ada yang ingin ibu bicarakan sama kamu,”
katanya pelan.
Deg!
Serasa berhenti detak jantungku. Pasti ia sudah tahu kalau yang
berkirim SMS selama ini adalah aku, pikirku membathin. Gelisah
akudibuatnya. “Duduk sini Win. Tidak ada siapa-siapa kok. Pak Kirno tadi
dijemput Lasmi dan suaminya karena ia ingin banyak menghirup udara
gunung yang segar. Mungkin agar bisa pulih,” ujarnya lagi.
Agak
sedikit plong mendengar bahwa Pak Kirno suaminya sedang tidak dirumah.
Setidaknya kalau Bu Rum marah terkait soal SMS ku itu, suaminya tidak
ikut mendengarnya. Hanya aku tetap tidak bisa membuang kegelisahan yang
kurasakan. Seperti pesakitan yang menunggu vonis hakim, aku hanya
duduk mematung di kursi sofa di ruang tengah rumah Bu Rum. Bu Rum duduk
di kursi lain yang ada, dekat tempat aku duduk. Baru kusadari, daster
yang dipakainya ternyata terlalu pendek. Pahanya yang mulus terlihat
terlihat terbuka. Hanya aku tetap tidak dapat menikmati pemandangan
yang mengundang itu karena suasana tegang yang terjadi.
“Tadi
waktu di pengajian, ibu minta ijin ke ibumu agar kamu mau mengantar
ibu ke rumah Lasmi tiga hari lagi untuk menjemput Pak Kirno.Rencananya
mau pinjam mobil Pak RT dan kamu yang menyetir. Ibumu setuju dan
memberi nomor HP milikmu. Tapi ibu jadi kaget, sebab ternyata nomornya
sama dengan nomor yang suka dipakai SMS ke ibu beberapa hari ini. Jadi
kamu Win yang suka SMS ke ibu,” ujarnya tenang dan disampaikan tanpa
emosi. Namun meskipun begitu, sempat kecut juga nyaliku.
“Eee…ee.. ti…eh… iya Bu,” jawabku terbata.
“Oh syukurlah kalau begitu. Ibu takut banget apa yang kamu sempat lihat diceritakan ke orang-orang lain. Ibu pasti sangat malu. Terima kasih banyak ya Win kamu tidak cerita ke orang-orang,”.
“Eee…ee.. ti…eh… iya Bu,” jawabku terbata.
“Oh syukurlah kalau begitu. Ibu takut banget apa yang kamu sempat lihat diceritakan ke orang-orang lain. Ibu pasti sangat malu. Terima kasih banyak ya Win kamu tidak cerita ke orang-orang,”.
Ah
ternyata ia tidak marah soal itu. Aku jadi merasa plong. Bahkan dengan
terbuka, Bu Rum akhirnya bercerita soal kenapa ia terpaksa menggunakan
pisang untuk memuaskan dorongan seksnya. Diceritakannya, meski sudah
tergolong berumur namun kebutuhan biologisnya belum padam benar. Padahal
sudah lama Pak Kirno tidak bisa menjalankan kewajibannya sebagai
suami. Bahkan jauh sebelum terkena stroke. Makanya setiap keinginan
untuk itu datang ia selalu berusaha memuaskan sendiri termasuk
menggunakan pisang.
“Ibu malu banget lho sama kamu Win. Apalagi kalau kamu sampai cerita ke orang-orang. Mau ditaruh dimana muka ibu?” Kata Bu Rum lagi.
“Tidak Bu, saya janji tidak akan cerita ke siapa pun soal itu,” ujarku meyakinkannya.
“Ibu malu banget lho sama kamu Win. Apalagi kalau kamu sampai cerita ke orang-orang. Mau ditaruh dimana muka ibu?” Kata Bu Rum lagi.
“Tidak Bu, saya janji tidak akan cerita ke siapa pun soal itu,” ujarku meyakinkannya.
Mungkin
saking senangnya rahasianya soal ngeseks dengan pisang tidak akan
terbongkar ia langsung berpindah duduk menjejeriku di sofa yang
kududuki. Digenggam dan diguncang-guncangkannya tanganku.
“Terima kasih win, ibu sangat berterima kasih,” kata Bu Rum.
“Terima kasih win, ibu sangat berterima kasih,” kata Bu Rum.
Beban
yang semula seolah menghimpit dadaku langsung sirna melihat sikap Bu
Rum. Hanya kembali aku sulit menjawab ketika ia menanyakan perihal
kata-kata dalam beberapa SMS yang kukirimkan.
“Kalau ibu boleh tahu, sebenarnya apa yang mendorongmu mengirim SMS itu kepada ibu?”
“Eee… eee… sa… sa.. saya.. ee,” kembali aku terbata.
“Tidak apa-apa Win, jawab saja yang jujur. Ibu cuma ingin tahu,”
“Saya mengirim SMS itu karena sangat terangsang setelah melihat ibu,” kataku akhirnya.
Bu Rum kulihat terpana. Mungkin ia tidak percaya dengan jawaban yang kuberikan. Namun sebuah senyuman terlihat mengembang di wajahnya hingga aku tidak takut lagi.
“Jadi kamu juga benar-benar ingin begituan dengan ibu?”
“Eee… maksud saya.. ee. Iya kalau ibu bersedia,” jawabku mantap.
Mendengar jawabanku Bu Rum langsung meraih dan mendekapku. Dalam kehangatan dekapannya, wajahku tepat berada di busungan buah dadanya yang terbungkus BH hitam. Wajahku membenam di busungan susunya yang memang berukuran besar. Diperlakukan seperti itu kontolku jadi langsung bangkit. Mengeras di balik celana dalam dan jins yang kupakai.
“Kalau ibu boleh tahu, sebenarnya apa yang mendorongmu mengirim SMS itu kepada ibu?”
“Eee… eee… sa… sa.. saya.. ee,” kembali aku terbata.
“Tidak apa-apa Win, jawab saja yang jujur. Ibu cuma ingin tahu,”
“Saya mengirim SMS itu karena sangat terangsang setelah melihat ibu,” kataku akhirnya.
Bu Rum kulihat terpana. Mungkin ia tidak percaya dengan jawaban yang kuberikan. Namun sebuah senyuman terlihat mengembang di wajahnya hingga aku tidak takut lagi.
“Jadi kamu juga benar-benar ingin begituan dengan ibu?”
“Eee… maksud saya.. ee. Iya kalau ibu bersedia,” jawabku mantap.
Mendengar jawabanku Bu Rum langsung meraih dan mendekapku. Dalam kehangatan dekapannya, wajahku tepat berada di busungan buah dadanya yang terbungkus BH hitam. Wajahku membenam di busungan susunya yang memang berukuran besar. Diperlakukan seperti itu kontolku jadi langsung bangkit. Mengeras di balik celana dalam dan jins yang kupakai.
Sesaat
setelah Bu Rum melepaskan pelukan pada tubuhku, kulihat gaya duduknya
makin sembrono. Kedua kakinya terbuka lebar hingga pahanya yang
membulat besar terlihat sampai ke pangkalnya. Bahkan kulihat sesuatu
yang membukit dan terbungkus celana dalam warna hitam. Aku tak berkedip
menatapinya. Untuk ukuran wanita seusia dirinya, kaki dan bagian paha
Bu Rum masih terhitung mulus. Memang ada lipatan-lipatan lemak dan
kerutan mendekati ke pangkal paha. Tetapi tidak mengurangi hasratku
untuk menatapi bagian yang merangsang itu termasuk ke bagian membukit
yang tertutup celana dalam warna krem. Jembut di memeknya itu pasti
sangat lebat karena banyak yang tidak tertampung celana dalam yang
menutupinya hingga terlihat banyak yang keluar dari celana dalam yang
dipakainya.
Rupanya
Bu Rum tahu mataku begitu terpaku menatapi organ kewanitaannya.
Mungkin karena telah yakin aku benar-benar mau menjadi pelepas
dahaganya, ia pelorotkan sendiri celana dalam itu dan melepasnya.
“Bu Rum sudah nenek-nenek lho Win. Tetapi kalau kamu pengin melihat memek ibu bolehlah. Sebenarnya ibu juga sudah lama tidak puas main sendiri dengan tangan dan pisang,” katanya.
“Bu Rum sudah nenek-nenek lho Win. Tetapi kalau kamu pengin melihat memek ibu bolehlah. Sebenarnya ibu juga sudah lama tidak puas main sendiri dengan tangan dan pisang,” katanya.
Bahkan
tanpa sungkan, setelah melepas sendiri celana dalamnya ia duduk
mengangkang membuka lebar-lebar pahanya. Memamerkan memeknya yang
berbulu sangat lebat. Ah tak kusangka akhirnya dapat melihat memek Bu
Rum dalam jarak yang sangat dekat. Memek Bu Rum lebar dan membukit.
Jembutnya sangat lebat dan hitam pekat. Kontras dengan pahanya yang
kuning langsat sampai ke selangkangannya. Puas memandangi bagian paling
merangsang di selangkangan wanita itu, keinginanku untuk menyentuhnya
menjadi tak tertahan. Kujulurkan tanganku untuk menyentuhnya.
Kuusap-usap
jembutnya yang keriting dan tumbuh panjang. Jembut Bu Rum benar-benar
super lebat menutupi memeknya. Hingga meski telah mengangkang, masih
tidak terlihat lubang memeknya karena tertutup rambut lebat itu.
Kuusap-usap dan kusibak jembut yang tumbuh sampai ke atas mendekati
pusar wanita itu dan di bagian bawah mendekati lubang duburnya.
Menimbulkan bunyi kemerisik. Untuk bisa melihat lubang memeknya, aku
memang harus menyibak rambut-rambut yang menutupinya dengan kedua
tanganku. Bibir luar memek Bu Rum tampak tebal dan kasar karena sudah
banyak kerutan dan warnanya coklat kehitaman. Di bagian dalam lubang
memeknya yang berwarna hitam kemerahan, ada lipatan-lipatan daging agak
berlendir dan sebuah tonjolan. Ini rupanya yang disebut itil, pikirku.
Tidak seperti ukuran memeknya yang besar, tebal dan tembem, itil Bu Rum
relatif kecil. Hanya berbentuk tonjolan daging kemerahan di ujung atas
celah bibir luar kemaluannya yang sudah berkerut-kerut. Kutoel-toel
itilnya itu dengan jari telunjukku yang sebelumnya kubasahi dengan
ludah. Ia mendesah dan sedikit menggelinjang.
“Kamu sudah pernah begituan dengan perempuan Win? Ee.. maksud ibu ngentot dengan perempuan?”
“Belum Bu,” jawabku sambil tetap menggerayangi dan mengobok-obok vaginanya.
“Masa!? Kalau melihat memek wanita lain selain punya ibu?”
“Juga belum Bu. Saya hanya melihatnya di film BF yang pernah saya tonton. Memangnya kenapa Bu?” Jawabku lagi.
Sebenarnya aku berbohong.Sebab di rumah aku sering mengintip ibuku sendiri. Saat dia mandi atau berganti pakaian di kamarnya. Mendengar aku belum pernah berhubungan seks dengan perempuan dan belum pernah menyentuh vagina, entah kapan ia melakukannya, tanpa sepengetahuanku ternyata Bu Rum sudah melepas daster dan BH nya. Telanjang bulat tanpa sehelai benang menutupi tubuhnya dan memintaku untuk melepas semua pakaian yang kukenakan.
“Oooww.. punya kamu besar juga ya Win,” kata Bu Rum sambil membelai kontolku yang telah tegak mengacung setelah aku telanjang.
“Belum Bu,” jawabku sambil tetap menggerayangi dan mengobok-obok vaginanya.
“Masa!? Kalau melihat memek wanita lain selain punya ibu?”
“Juga belum Bu. Saya hanya melihatnya di film BF yang pernah saya tonton. Memangnya kenapa Bu?” Jawabku lagi.
Sebenarnya aku berbohong.Sebab di rumah aku sering mengintip ibuku sendiri. Saat dia mandi atau berganti pakaian di kamarnya. Mendengar aku belum pernah berhubungan seks dengan perempuan dan belum pernah menyentuh vagina, entah kapan ia melakukannya, tanpa sepengetahuanku ternyata Bu Rum sudah melepas daster dan BH nya. Telanjang bulat tanpa sehelai benang menutupi tubuhnya dan memintaku untuk melepas semua pakaian yang kukenakan.
“Oooww.. punya kamu besar juga ya Win,” kata Bu Rum sambil membelai kontolku yang telah tegak mengacung setelah aku telanjang.
Bu
Rum tidak hanya membelai dan mengagumi kontolku yang telah keras
terpacak. Setelah menjilat-jilat lubang di bagian ujung kepala penisku,
ia memasukkan batang kontolku ke mulutnya. Aku jadi merinding menahan
kenikmatan yang tak pernah terbayangkan. Tubuhku tergetar hebat.
Sesekali kurasakan mulutnya mengempot dan menghisap batang kotolku yang
kuyakin semakin mengembang. Lalu dikeluarkan dan dikocok-kocoknyanya
perlahan. Ah, teramat sangat nikmat. Sangat berbeda bila aku mengocok
sendiri kontolku. Saking tak tahan, tanpa sadar aku memegang dan
mengusap-usap rambut Bu Rum yang semestinya tidak pantas kulakukan
mengingat usia dan sekaligus statusnya sebagai guru mengaji ibu-ibu di
kampungku termasuk ibuku. Tetapi Bu Rum tak peduli. Ia terus asyik
dengan kontolku. Dikulum,dihisap dan dikocok-kocoknya perlahan dengan
gemas. Seperti wanita yang baru melihat kejantanan milik pasangannya.
Mungkin karena selama ini ia hanya bisa melakukannya dengan pisang
setelah kotol suaminya tidak berfungsi.
Sambil
menikmati kocokan dan kuluman Bu Rum pada kontolku, kuremasi teteknya.
Tetek Bu Rum gede dan sudah menggelayut bentuknya. Namun sangat lembut
dan enak di remas. Bahkan puting-putingnya langsung mengeras setelah
beberapa kali aku memerah dan memilin-milinnya. Tak kusangka wanita yang
dalam keseharian selalu tampil dengan busana muslim yang rapat dan
menjadi guru mengaji ibu-ibu di kampungku ini juga lihai dalam urusan
kulum mengulum kontol. Aku dibuat kelojotan menahan nikmat setiap ia
menghisap dan memainkan lidahnya di ujung kepala kontolku. Bahkan saat
Bu Rum mulai mengalihkan permainannya dengan menjilati kantung pelirku
dan menghisapi biji-biji pelir kontolku, aku tak mampu bertahan lebih
lama. Pertahananku nyaris jebol. Karenanya aku berusaha menarik diri
agar air maniku tidak muncrat ke mulut atau wajah Bu Rum.
Namun
Bu Rum menahan dan menekan pinggangku. “Mau keluar Win ? Muntahkan
saja di mulut ibu,” ujarnya sambil langsung kembali menghisap penisku.
Akhirnya, pertahananku benar-benar ambrol meski telah sekuat tenaga
untuk menahannya karena merasa tidak enak mengeluarkan mani di mulut Bu
Rum. Sambil mendesis dan mengerang nikmat pejuhku muncrat sangat banyak
di rongga mulut Bu Rum. Cairan kental warna putih itu kulihat
berleleran keluar dari mulut wanita itu. Tetapi ia tidak
mempedulikannya. Bahkan menelannya dan dengan lidahnya berusaha
menjilat sisa-sisa maniku yang berleleran keluar. Terpacu oleh
kenikmatan yang baru kurasakan dan banyaknya mani yang keluar membuat
tubuhku lemas seperti dilolosi tulang-tulangku. Aku terduduk menyandar
di si kursi sofa tempat Bu Rum terduduk.
“Gimana Win, enak?”
“Enak banget Bu,”
“Nanti gantian ya punya ibu dibikin enak sama kamu. Ibu ke kamar mandi dulu,” ujarnya berdiri dan melangkah ke kamar mandi.
“Enak banget Bu,”
“Nanti gantian ya punya ibu dibikin enak sama kamu. Ibu ke kamar mandi dulu,” ujarnya berdiri dan melangkah ke kamar mandi.
Saat
kembali dari kamar mandi, Bu Rum menyodorkan segelas besar teh manis
hangat. Sodoran teh manisnya langsung kusambut dan kuteguk.Terasa hangat
dan nikmat setelah tenaga hampir terkuras dan kini kembali segar. Saat
itu baru kusadari Bu Rum masih bugil tanpa sehelai benang menutupi
tubuhnya.Aku kembali terpaku pada tubuh bahenolnya yang masih lumayan
mulus. Wanita berpinggul besar dan berdada montok namun sudah agak
kendur itu,meskipun sudah menjadi nenek masih sangat menggoda. Jembutnya
yang keriting lebat terlihat basah. Mungkin habis dibersihkan di kamar
mandi untuk menghilangkan bekas air maniku.
“Mau
lagi Win?” ujarnya mendekat dan berdiri tepat di tempat aku duduk.
Kini memang giliranku untuk memuaskannya setelah kenikmatan yang
diberikan padaku. Aku bingung harus memulai dari mana dan melakukan apa
pada Bu Rum karena memang belum pernah pengalaman dengan perempuan.
Hanya dari sejumlah film BF yang sering kutonton, wanita kelihatannya
sangat suka kalau memeknya dijilat. Maka aku langsung turun dari kursi
panjang dan berjongkok di depan Bu Rum. Memeknya yang besar membusung
kini tepat di hadapan wajahku. Jembut keriting lebatnya terlihat basah.
Dan Bu Rum, melihat aku hanya terbengong memandangi bukit kemaluannya,
langsung mengangkat kaki kirinya dan di tumpukan pada kursi panjang.
Karena pahanya yang terbuka kini aku bisa melihat lubang memeknya yang
nampak sudah longgar. Lubang memeknya menyerupai lorong panjang. Bahkan
kulihat itilnya yang mencuat di ujung atas belahan memeknya.
Kembali
aku menyentuh dan mengusap memeknya. Bibir luar memeknya yang berwarna
coklat kehitaman penuh kerutan dan terasa lebih tebal. Namun makin ke
dalam lebih lembut dan basah serta warnanya agak memerah.Kudengar Bu
Rum mendesah saat jariku menyelinap masuk menerobos lubang vaginanya.
Rambut kepalaku diusap dan diremas-remasnya. Desahannya mengingatkanku
pada suara wanita yang tengah disetubuhi di adegan film BF. Aku jadi
terangsang. Kontolku kembali menggeliat dan bangkit. Sambil mendesah, Bu
Rum tak hanya meremas dan menjambaki rambut kepalaku. Tetapi ia
berusaha menarik dan mendekatkan wajahku kememeknya. Aku jadi tahu,
nampaknya ia tidak ingin memeknya hanya dicolok-colok dengan jariku, Aku
yang memang sudah kembali terangsang langsung mendekatkan mulutku dan
mulai mengecupi lubang memek Bu Rum.
Ternyata
selain bibir luar vaginanya yang mengeras dan berkerut-kerut, di luar
kelentitnya yang menonjol besar, ada sebentuk daging yang menjulur
keluar dari lubang memeknya. Bentuknya nggedebleh mirip jengger ayam
jantan. Pengetahuanku tentang bagian paling intim milik wanita memang
sangat terbatas dan melihatnya dari jarak sangat dekat baru kali ini
mendapat kesempatan. Satu-satunya memek wanita dewasa yang pernah
kulihat adalah milik ibuku. Aku memang sering mengintipnya saat ibu
mandi. Atau saat berganti baju di kamarnya dan pernah beberapa kali
melihatnya dalam jarak cukup dekat saat dia tidur. Tetapi
sepengetahuanku tidak ada jengger ayam di lubang memek ibuku. Jadi
terasa agak aneh atas apa yang kulihat di lubang memek Bu Rum. Tetapi
aku tak peduli. Hingga selain menjilati bibir vaginanya, jengger ayamnya
juga tak luput dari sentuhan mulut dan lidahku. Bahkan aku langsung
mengulum, menghisap dan menarik -nariknya dengan mulutku.
“Ohhh… sshhh… aahhh… enak Win. Aaauuwww… ya.. ya.. aaahhh.. sshhh.. enak banget,”
Aku
sangat senang karena ternyata Bu Rum menyukai dan keenakan oleh
jilatan lidahku di lubang memeknya. Dari liang sanggamanya mulai keluar
lendir yang terasa asin di lidahku. Tetapi itu pun tidak membuat surut
langkah untuk terus mengobok-ngobok vaginanya dengan mulut dan
lidahku. Aku terus mencerucupi dan menghisapnya hingga lendirnya banyak
yang tertelan masuk ke kerongkonganku.Diperlakukan seperti itu Bu Rum
seperti kesetanan. Tubuhnya tergetar hebat dan kulihat ia merintih,
mendesah sambil meremasi sendiri kedua tetek besarnya.
“Kamu naik dan tiduran di sofa Win. Sshhh aahh jilatanmu di memek ibu enak banget,” katanya.
Seperti
yang dimintanya, aku naik ke sofa dan tiduran telentang dengan kaki
menjuntai. Setelah itu Bu Rum ikutan naik. Tadinya kukira ia akan
menyetubuhiku dengan posisi wanita di atas seperti yang pernah kulihat
dalam adegan film mesum yang menggambarkan hubungan seks antara wanita
dewasa dan bocah ingusan. Tetapi tidak. Ia berdiri dan memposisikan
kedua kakinya diantara tubuhku. Lalu bertumpu di dinding tembok yang ada
di belakang kursi sofa dan sedikit menurunkan tubuhnya. Rupanya, ia
masih ingin mendapatkan jilatan di memeknya dengan posisi yang membuat
dirinya lebih nyaman dan bergerak leluasa. Sebab saat memeknya telah
berada tepat di depan wajahku, ia langsung membekapkannya ke mulutku.
Tak
kusangka, wanita yang sangat dihormati di kampungku karena selalu
berbusana muslimah yang rapat dan menjadi guru mengaji ibu-ibu, di
usianya yang sudah 53 tahun masih sangat menggebu. Pantesan ia suka
menyogok-nyogok memeknya dengan pisang. Mungkin karena tidak tahan
akibat tidak pernah disentuh oleh suaminya yang sudah tidak bisa
melayaninya sama sekali.
Aku
sempat gelagapan karena tidak mengira Bu Rum akan membekapkan memeknya
ke wajahku. Tetapi setelah mengetahui apa yang diinginkannya, aku
langsung menyambutnya meskipun tidak tahu harus bagaimana semestinya
dilakukan. Seperti sebelumnya kembali kujulurkan lidah dan kembali
kujilati lubang memeknya. Namun kali ini dengan lebih semangat. Daging
jengger ayamnya yang keluar dan menggelambir kukulum. Lalu lidahku
menjulur masuk sedalam-dalamnya di lubang vaginanya sampai hidung dan
wajahku ikut belepotan oleh lendir yang keluar dari liang sanggamanya.
Sambil terus mengobeli memeknya dengan lidah dan mulutku, pantat Bu Rum
juga menjadi sasaran remasan tanganku. Meskipun sudah melorot, pantat
Bu Rum yang besar terasa masih lumayan kenyal. Nampaknya ia menjadi
keenakan. Bu Rum melenguh dan mendesah.
“Iya Win…aahhh… sshhhh…aaahhhh… ssshh.. enak banget. Terus colok memek ibu dengan lidahmu sayang. Ahhh.. ya.. ya… oooohhhhh…. ssshhhh,” desahnya tertahan saat aku makin dalam menjulurkan lidah.
“Iya Win…aahhh… sshhhh…aaahhhh… ssshh.. enak banget. Terus colok memek ibu dengan lidahmu sayang. Ahhh.. ya.. ya… oooohhhhh…. ssshhhh,” desahnya tertahan saat aku makin dalam menjulurkan lidah.
Mendengar
rintihan dan desahan Bu Rum, aku jadi makin bersemangat.Hanya karena
tidak punya pengalaman, aku hanya menjilat dan mengisap bagian dalam
memeknya sekena-kenanya. Rupanya karena terlalu menggebu, aku sempat
menghisap itilnya dengan kuat. Bu Rum memekik. Tetapi tidak marah dan
malah makin keenakan.
“Ia Win itu itil ibu.. enak banget…sshhh ..aahhh.. aahhh. Terus Win hisap itil ibu… aaoooohhh …oooohhhh,”
“Ia Win itu itil ibu.. enak banget…sshhh ..aahhh.. aahhh. Terus Win hisap itil ibu… aaoooohhh …oooohhhh,”
Seperti
yang dimintanya, itil Bu Rum yang akhirnya paling sering menjadi
sasaran jilatan dan hisapan mulutku. Bahkan sambil terus mencerucupi
kelentitnya, dua jari tanganku kupakai untuk menyogok-nyogok bagian
dalam memeknya. Saat itulah Bu Rum menjadi kelojotan dan beberapa saat
kemudian ia memintaku berhenti.
“Udah
Win ibu nggak tahan. Bisa KO kalau diteruskan. Sekarang ibu pengin
dientot dengan kontolmu. kamu juga pengin kan ngentot dengan ibu kan?”
“Ii .. iya bu. Saya pengin banget. Ta.. ta.. tapi saya tidak tahu caranya,”
“Nggak apa-apa. Nanti ibu ajarin,” ujarnya seraya menggamit lenganku.
“Ii .. iya bu. Saya pengin banget. Ta.. ta.. tapi saya tidak tahu caranya,”
“Nggak apa-apa. Nanti ibu ajarin,” ujarnya seraya menggamit lenganku.
Ia
membawaku ke kamarnya. Kamar dengan ranjang spring bed berukuran besar
dan tampak rapi tertutup sprei motif garis-garis. Di kamar Bu Rum, ada
meja rias berukuran besar dengan berbagai alat make up di atasnya
serta sebuah almari pakaian model antik di samping gambar Bu Rum dan
suaminya dalam pose berpasangan mengenakan pakaian adat Jawa. Foto itu
sepertinya dibuat saat usianya masih di bawah 40 tahun. Bu Rum terlihat
sangat cantik dan seksi. Suaminya, Pak Kirno juga terlihat kekar dan
tampan. Adanya gambar Pak Kirno suaminya di kamar itu, sebenarnya aku
sempat grogi. Tetapi melihat Bu Rum sudah telentang di ranjang dan
dalam posisi mengangkang, sayang kalau harus melepaskan kesempatan yang
sudah berada di depan mata. Aku sudah sering mengocok sendiri kontolku
sambil membayangkan ngentot dengan Bu Rum. Aku juga ingin mengetahui
dan merasakan seperti apa rasanya ngentot sebenarnya.
Dengan
kontol tegak mengacung aku naik ke ranjang. Hanya aku tetap bingung
bagaimana harus memulai. Di antara kedua pahanya yang membuka lebar,
memek Bu Rum tampak menganga menunggu batang zakar pria yang mau
menyogoknya. Sepasang buah dadanya yang besar, dalam posisi telentang
terlihat jadi nggedebleh dan hanya puting-putingnya yang hitam
kecoklatan terlihat menantang. Melihat aku cuma mematung, rupanya Bu Rum
menjadi tak sabar. Ditariknya tanganku hingga menjadikan tubuhku
ambruk dan menindih tubuh montoknya.Beberapa saat kemudian kurasakan Bu
Rum meraba selangkanganku dan meraih kontolku. Batang penisku yang
sudah mengacung dikocok-kocoknya perlahan hingga makin mengeras dan
membesar.
Oleh
wanita itu, kepala penisku digesek-gesekkannya di sekitar bibir
kemaluannya. Setelah tepat berada di bagian lubangnya, ia
berbisik.”Tekan Win, biar kontol kamu masuk ke memek ibu,” bisiknya
lirih di telingaku. Slessseeppp.. blleeesss. Tanpa banyak hambatan
batang kontolku yang lumayan panjang dan besar seluruhnya masuk
membenam. Mungkin karena lubang memek Bu Rum yang sudah kelewat longgar
dan licin akibat banyaknya lendir yang keluar. Bagian dalam memek Bu
Rum hangat dan basah. Dan tanpa ada yang memerintah, seperti semacam
naluri, aku membuat gerakan naik turun pinggangku hingga kontolku sekan
memompa lubang memek wanita itu.
“Iya
begitu Win, terus entot sayang. Ah.. aahhh….aahhh.. kamu merasa enak
juga kan,” Aku mengangguk dan tersenyum. Kulihat Bu Rum mulai
mendesah-desah.Mungkin ia mulai merasakan enaknya sogokan kontolku. Dan
bagiku,kenikmatan yang kurasakan juga tiada tara. Jauh lebih nikmat
dibanding mengocok sendiri. Gesekan-gesekan batang kontolku pada dinding
memeknya yang basah menghantarkan pada kenikmatan yang sulit
kuucapkan. Aku terus mengaduk-aduk memeknya dengan kontolku. Mata Bu
Rum membeliak-beliak dan meremasi sendiri teteknya. Melihat itu aku
langsung menyosorkan mulutku untuk mengulum dan menghisapi salah satu
putingnya. Pentil susunya yang berwarna coklat kehitaman terasa
mengeras di bibirku.
“Iya Win… terus hisap sayang… aahhh… aahhh,Kamu ternyata sudah pinter,” ujarnya terus mendesah.Makin lama kusogok dan kuaduk-aduk, lubang memek Bu Rum kurasakan makin basah. Rupanya semakin banyak lendir yang keluar. Bunyinya cepok…cepok… cepok… setiap kali batang kontolku masuk menyogok dan kutarik keluar.
“Iya Win… terus hisap sayang… aahhh… aahhh,Kamu ternyata sudah pinter,” ujarnya terus mendesah.Makin lama kusogok dan kuaduk-aduk, lubang memek Bu Rum kurasakan makin basah. Rupanya semakin banyak lendir yang keluar. Bunyinya cepok…cepok… cepok… setiap kali batang kontolku masuk menyogok dan kutarik keluar.
Bosan
ngentotin Bu Rum dengan posisi menindihnya, kuhentikan sogokanku pada
memeknya. Pasti asyik dan tambah merangsang kalau bisa melihat memeknya
yang tengah kusogok-sogok, pikirku membathin. Aku bangkit, turun dari
ranjang. Dan tanpa meminta persetujuannya, kaki Bu Rum kutarik dan
kuposisikan menjuntai di tepi ranjang. Tindakanku itu membuat Bu Rum
agak kaget. Namun tidak marah dan bahkan sepertinya ia menunggu tindakan
yang akan kulakukan selanjutnya. Namun setelah pahanya kembali
kukangkangkan dan kontolku kembali kuarahkan ke lubang vaginanya, Bu Rum
tersenyum. “Kamu pengin ngentot sambil ngelihatin memek ibu Win? Iya
sayang, kamu boleh melakukan apa saja pada ibu,” katanya.
Ternyata
menyetubuhi sambil berdiri dan melihat ketelanjangan lawan mainnya
benar-benar lebih asyik. Lebih merangsang karena bisa melihat keluar
masuknya kontol di lubang memek. Saat kontolku kutekan, bibir memeknya
yang berkerut-kerut seperti ikut melesak masuk. Namun saat kutarik,
seluruh bagian dalam memeknya seakan ikut keluar termasuk jengger
ayamnya yang menggelambir. Pemandangan itu membuat aku kian terangsang
dan kian bersemangat untuk memompanya. Teteknya juga ikut
terguncang-guncang mengikuti hentakan yang kulakukan. Aku makin bernafsu
dan makin cepat irama kocokan dan sodokan kontolku di liang
sanggamanya. Bu Rum tak dapat menyembunyikan kenikmatan yang dirasakan.
Ia merintih dan mendesah dengan mata membeliak-beliak menahan nikmat.
Sesekali ia remasi sendiri susunya sambil mengerang-erang. Aku juga
memperoleh nikmat yang sulit kulukiskan. Meski lubang memek Bu Rum sudah
longgar tetapi tetap memberi kenikmatan tersendiri hingga pertahananku
nyaris kembali jebol.
“sshhh … aahh… sshhh… aaakkhhh… memek ibu enak banget. Saya nggak kuat bu,” ujarku mendesahsambil terus memompanya.
“Tahan sebentar Win. Aaahhh.. sshhh… kontolmu juga enak banget,”Bu Rum bangkit memeluk serta menarik pinggangku hingga tubuhku ambruk menindihnya. Kedua kakinya yang panjang langsung membelit pinggangku dan menekannya dengan kuat. Selanjutnya Bu Rum membuat gerakan memutar pada pinggul dan pantatnya. Memutar dan seperti mengayak. Akibatnya batang kontolku yang berada di kedalaman lubang memeknya serasa diperah. Kenikmatan yang kurasakan kian memuncak. Terlebih ketika dinding- dinding vaginanya tak hanya memerah tetapi juga mengempot dan menghisap. Kenikmatan yang diberikan benar-benar makin tak tertahan.”
Ooohh… aahh… aahhh.. ssshhh… aakkhh enak banget. Saya …aaahhh nggak kuat Bu. Ohhh enakkkhhh bangeet,”
“I..iiya Win, ibu juga mau nyampe. Tahan ya sebentar ya..aaahhh…sshhh.. sshhhh…aahhh….ssshh ….aaaoookkkh,”
“Tahan sebentar Win. Aaahhh.. sshhh… kontolmu juga enak banget,”Bu Rum bangkit memeluk serta menarik pinggangku hingga tubuhku ambruk menindihnya. Kedua kakinya yang panjang langsung membelit pinggangku dan menekannya dengan kuat. Selanjutnya Bu Rum membuat gerakan memutar pada pinggul dan pantatnya. Memutar dan seperti mengayak. Akibatnya batang kontolku yang berada di kedalaman lubang memeknya serasa diperah. Kenikmatan yang kurasakan kian memuncak. Terlebih ketika dinding- dinding vaginanya tak hanya memerah tetapi juga mengempot dan menghisap. Kenikmatan yang diberikan benar-benar makin tak tertahan.”
Ooohh… aahh… aahhh.. ssshhh… aakkhh enak banget. Saya …aaahhh nggak kuat Bu. Ohhh enakkkhhh bangeet,”
“I..iiya Win, ibu juga mau nyampe. Tahan ya sebentar ya..aaahhh…sshhh.. sshhhh…aahhh….ssshh ….aaaoookkkh,”
Goyangan
pantat dan pinggul Bu Rum makin kencang. Dan puncaknya, ia memeluk
erat tubuhku sambil mengangkat pinggangnya tinggi-tinggi. Saat itu, di
antara rintihan dan erangannya yang makin menjadi kurasakan tubuhnya
mengejang dan empotan memeknya pada kontolku kian memeras. Maka
muncratlah spermaku di kehangatan lubang memeknya berbarengan dengan
semburan hangat dari bagian paling dalam vagina guru mengaji
ibuku.Karena kenikmatan yang aku dapatkan, cukup lama aku terkapar di
ranjang Bu Rum.
Saat
aku terbangun, Bu Rum sudah menyiapkan segelas teh panas dan
mengajakku menyantap lontong dan opor ayam bikinan ibuku. Kami
menyantapnya dengan nikmat. Bahkan dua bungkus rokok kegemaranku telah
tersedia di meja makan. Kata Bu Rum, ia menyempatkan membelinya di
warung Lik Karni saat aku tertidur.
Malam
itu Bu Rum benar-benar melampiaskan hasratnya yang tertahan cukup
lama. Sesudah makan aku diajaknya bergumul di karpet di ruang tengah di
depan televisi lalu berlanjut di ranjang kamar tidurnya. Aku bak
seorang murid baru yang cerdas dan cepat pintar menerima pelajaran. Ia
mengaku sangat menikmati dan merasa puas oleh sogokan-sogokan kontolku
di memeknya yang memiliki jengger ayam.
“Ibu
kira udah nggak bakalan merasakan enaknya yang seperti ini lagi.
Karena sudah lima tahun lebih sejak bapak kena stroke tidak pernah
mendapatkannya. Makanya terpaksa pakai pisang dan kadang kontol karet
kalau lagi kepengen,” katanya sambil meremas gemas kontolku setelah
persetubuhan yang keempat kalinya malam itu.Ternyata wanita yang selalu
tampil bak muslimah yang taat itu, juga memiliki beberapa koleksi film
porno. Ia sempat menyetel sejumlah koleksinya untuk ditonton bersamaku
saat istirahat setelah ngentot yang ketiga di depan televisi. Namun
yang mengejutkan, karena “nonton bareng” film porno aku jadi tahu kalau
ibuku juga penggemar film porno.Itu terlontar secara tak disengaja
oleh Bu Rum. Kata Bu Rum yang paling banyak dikoleksi adalah yang
menggambarkan adegan incest atau hubungan seks antar anggota keluarga.
Saat
itu Bu Rum memutar dua film. Film pertama menggambarkan adegan seks
antara pria muda berkulit hitam dengan wanita tua kulit putih. Sang
wanita kulit putih dibuat merintih dan mengerang karena sogokan kontol
pria pasangannya yang perkasa. Cerita sex jilbab stw lainay bisa anda
baca di ceritaserudewasa.info Bahkan akhirnya si wanita merelakan
anusnya dijebol kontol panjang sang negro muda. Film kedua yang
merupakan semi film cerita mengisahkan wanita STW yang bekerja di
perusahaan penebangan hutan. Suaminya selalu pergi cukup lama dan hanya
beberapa hari tinggal di rumah karena pekerjaannya itu.Si ibu yang
sering merasa kesepian saat suaminya pergi, sering mengobel-ngobel
sendiri memek dan itilnya saat hasrat seksnya datang.Ulah si ibu sering
dipergoki secara diam-diam oleh pria remaja yang merupakan anak
sulungnya. Maka di satu kesempatan, saat tengah bermasturbasi dan sang
anak tak tahan menahan nafsu ia mendekati sang ibu. Keduanya larut dalam
permainan panas di dapur, ranjang dan bahkan di kamar mandi tanpa
peduli bahwa sebenarnya mereka pasangan ibu dan anak.
Usai
pemutaran film yang kedua, kukatakan pada Bu Rum bahwa dibanding film
yang pertama, adegan seks ibu dan anak yang paling bagus. Tetapi
komentarku itu membuat Bu Rum keceplosan. Tanpa sadar ia menyebut bahwa
film porno itu dipinjam dari Bu Narsih (nama ibuku). Saat itu ia
berusaha meralat. Ia mungkin baru bahwa yang diajaknya bicara adalah aku
anak Bu Narsih. Tetapi akhirnya Bu Rum tersenyum dan berterusterang.
“Keinginan
manusia akan seks kan manusiwai Win. Seperti ibu dan ibumu,meskipun
sudah berumur tetapi kebutuhan akan itu masih belum padam,”kata Bu Rum.
Ibuku
memang sudah 3,5 tahun menjada setelah ayah meninggal akibat menderita
diabetes cukup lama. Untuk menikah lagi mungkin malu karena cucunya
sudah tiga yang diperoleh dari Mbak Ratri, kakak perempuanku.Bahkan
salah satu cucunya sudah duduk di bangku SLTP. Maka ia memilih memendam
hasratnya dan lebih menyibukkan diri pada usaha jual beli perhiasan
berlian yang menjadi usahanya selama ini.
Menurut
Bu Rum, koleksi film-film porno yang dimiliki ibuku cukup banyak.
Koleksi film seksnya yang berthema hubungan seks sedarah tergolong
lengkap. Bahkan Bu Rum mengaku, ia mengenal penis palsu dari karet yang
dikenal dengan sebutan dildo juga dari ibuku. “Pergaulan ibumu kan luas
terutama dengan ibu-ibu dari kalangan menengah atas. Mungkin dari
ibu-ibu yang menjadi sasaran bisnisnya itu ia jadi mengenal banyak hal,”
ujar Bu Rum menambahkan.
Meskipun
sangat kaget, tetapi aku tidak mencoba memperlihatkannya di hadapan Bu
Rum. Sebab sebagai anaknya aku tidak pernah melihat ibu nonton film
porno atau barang-barang berbau seks yang dimilikinya. Di kamar tidur
ibu memang ada televisi berukuran besar dan perangkat pemutar DVD.
Tetapi kebanyakan film-filmnya adalah film hindustan karena ibu
penggemar berat bintang Shah Ruk Khan. Berarti ia memiliki tempat
penyimpanan khusus, ujarku membathin.
Sekitar
pukul 03.00 dini hari, dengan tubuh lunglai aku meninggalkan rumah Bu
Rum dengan mengendap agar tidak dipergoki warga lainnya. Ibuku
membukakan pintu sambil menggerutu. Katanya mengganggu orang
tidur.Tetapi wajahnya kulihat tidak seperti orang bangun tidur. Bahkan
televisi di kamarnya terdengar masih menyala. Seperti kebiasaanya saat
tidur ia selalu mengenakan daster longgar.Tetapi saat itu dasternya
kelewat tipis hingga terlihat membayang lekuk-liku tubuhnya yang aduhai.
Ternyata ia juga tidak memakai kutang dan celana dalam sampai-sampai
kulihat tonjolan putingnya pada sepasang buah dadanya yang hampir sama
besar dengan punya Bu Rum. Ah bisa jadi ibu bukannya tidur. Tetapi lagi
asyik mengocok-ngocok memeknya dengan kontol karetnya sambil nonton
adegan seorang ibu yang tengah ngentot sama anak lelakinya. Hanya karena
terlalu kecapaian, aku langsung masuk kamar dan tidur.