Google Translate

English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Jumat, 14 Februari 2014

Anak Bawang


Ketika itu umurku 10 tahun. Badanku memang tergolong tidak besar, sehingga di kelas 5 aku termasuk anak yang kecil. Meski begitu muka ku imut dan manis, walau aku cowok. Karena itulah aku dianggap tidak berbahaya oleh teman-teman mainku. Di rumah aku mempunyai kelompok teman bermain, 2 orang cewek yang umurnya lebih tua dari ku. Mereka sudah kelas 1 SMP. Kami bertiga selalu main bertiga. Kebetulan orang tua kami dua-duanya bekerja, sehingga jika pulang sekolah di rumah hanya ada anak-anak. Rumah kami bertetanggaan. Kuperkenalkan teman mainku yang badannya agak bongsor namanya Imelda, biasa dipanggil Imel, umurnya 12 tapi dia sudah seperti anak gadis. Temenku yang satu lagi Sevil, dia lebih tinggi dikit dari aku, kulitnya putih, cantik , karena orang tuanya dari wilayah Utara Sulawesi. Tempat kami ngumpul selalu di rumah Imel, sebabnya rumah dia paling bagus dan di kemarnya semua ada, mulai dari komputer, TV dengan DVDnya , PS. Dia anak tunggal. Di rumah hanya ditemani pembantunya ibu-ibu yang sudah setengah umur. Kami biasanya bermain di kamar Imel. Kamarnya enak, karena ada AC nya. Meski cowok, tetapi tidak ada perbedaan dalam kami bergaul. Aku bahkan sering jadi suruh-suruhan mereka, seperti minta diambilin minum, minta ke warung beli jajanan. Ya apa saja yang mereka inginkan seringnya nyuruh aku. Aku mungkin waktu itu penurut karena badanku paling kecil, jadi dianggap sebagai anak bawang. Tapi kalau aku tidak ngumpul mereka selalu cari-cari aku ke rumah. Biasanya selepas pulang sekolah dan makan kami selalu berkumpul sampai menjelang magrib. Kadang-kadang kalau hari libur, aku dan Sevil selalu diajak kedua orang tua Imel jalan-jalan dan makan ke mall. Mereka menganggap kami sudah seperti anaknya juga. Di kamar Imel, komputernya tersambung internet. Aku paling betah main game online di situ. Tapi ya gitu mereka selalu mengganggu sehingga aku tidak bisa main berlama-lama. Sevil paling senang buka facebooknya dan chating, Imel juga begitu mereka sering cekikikan kalau chating. Aku kurang suka chating, kecuali chatingg di RO. Kalau mereka sudah menguasai komputer, maka aku beralih bermain PS atau WI. Asyik juga sih main gamenya, karena Imel punya PS 3. Akhir-akhir ini Imel dan Sevil sering liat film-film bokep. Kalau mereka sudah memutar monitor agar terhindar dari pandanganku, itu tandanya mereka nonton bokep. Aku pura-pura nggak tau aja, dan asyik main game di PS. Padahal sebenarnya pengen juga sih liat. Beberapa kali sih aku pernah juga liat bokep di warnet. Biasanya kalau habis liat gituan kepalaku jadi pening, dan barangku jadi tegang. Satu hari aku dipanggil mereka berdua yang lagi nonton bokep. Aku sebenarnya malu juga nonton gituan sama cewe-cewe. Tapi aku pura-pura nggak ngerti aja . Mereka bilang biar aku cepet besar jadi harus nonton gituan. Mereka rupanya menguasai banyak alamat situs bokep, Nonton bokep di internet jadi kerjaan kami setiap hari kalau udah bosan ngerjain PR. Terus terang aku tegang juga kalau melihat adegan-adagan bokep, tapi aku pura-pura tenang aja. Lagian Imel dan Sevil jauh lebih tua dan lebih besar dari aku, jadi mana berani aku macam-macam. Kalau habis nonton bokep, sampai tidur pun aku terbayang-bayang adegan –adegannya. Yang diputar selalu film-film barat. Aku kadang-kadang penasaran bagaimana ya barangnya orang Indonesia. Malah sering juga penasaran pengen tau barangnya Imel dan Sevil. Tapi gila, mana aku berani ke mereka, orang mereka terhadapku otoriter banget. Satu hari ketika kami libur sekolah, seharian kami bermain di kamar Imel. Biasanya kalau kami di kamar, pintu selalu tertutup biar ACnya dingin. Pembantunya tidak pernah masuk. Kalau pun ada sesuatu biasanya dia nelpon melalui telepon lokal. Kami udah ngumpul dari jam 11 siang. Si Sevil bikin gara-gara ngajak Imel ngerjain aku. Dia bilang kira-kira gini. Ron, ya namaku Rony. Kita kan sering liat bokep, tapi aku dan Imel belum pernah liat barangnya laki-laki bagaimana aslinya, lu boleh kan kami liat barangnya. Aku tentu saja tidak setuju karena malu banget, barangku ngaceng diliat-liat ama cewek. Gini deh kata Imel, kita sama-sama ngeliatken barang kita, lu kan nggak pernah liat barangnya perempuan juga kan yang asli. Ditantang begitu aku jadi mikir. Selama ini aku penasaran bener pengen liat barangnya perempuan aslinya seperti apa. Pertahananku jadi agak mengendor. Lalu aku tanya gimana caranya. Mereka lalu jawab, ya kita buka bareng-bareng. Tapi rasanya aku masih malu juga. Mereka kecewa dan terus membujuk aku. Mereka bilang aku bisa liat barangnya 2 cewe, masa nggak mau sih. Asyik juga pikirku, sekali liat bisa barangnya 2 cewek. Pintu kamar lalu dikunci sama Imel. Dia buat peraturan, pertama-tama membuka bagian luarnya, celana luar kami masing-masing bersamaan kami buka. Aku memang pakai celana dalam, sejak sunat 6 bulan yang lalu. Celana dalam Imel ada gambarnya. bergambar miki mouse, sedang Sevil warnanya pink. Aku juga memlorotkan celana luarku. Penisku menegang sehingga celana dalamku menggembung. Tanpa menunggu aku menurunkan celana dalam, Sevil dan Imel sudah membuka celana dalamnya. Aku terkesiap melihat memek mereka, yang menggunduk licin. Mereka kelihatannya belum berbulu seperti yang di film, Imel saja yang kelihatannya ada bulu halusnya, sedangkan Sevil masih plontos-tos. Mereka lalu protes agar aku segera menurunkan celana dalamku. Aku tidak bisa bertahan lagi dan pelan-pelan kuturunkan celana dalamku. Begitu celana dalamku turun, penisku langsung ngacung . Sevil dan Imel cekikikan melihat penisku yang berdiri menghadap keatas. Meski badanku kecil, tetapi penisku lumayan besar juga . Sejak aku sunat, penisku rasanya makin besar aja. Apalagi sering kukocok kalau aku lagi nafsu. Biasanya aku kocok sampai datang rasa nikmat. Aku belum mengeluarkan sperma pada waktu itu. Imel dan Sevil mendekat dan menarik kaosku ke atas. Mereka seperti meneliti kontolku. Pada saat itu aku merasa malu banget, tapi apa boleh buat aku tahan saja, karena mereka juga telanjang sih. Mungkin karena berdiri mereka jadi agak susah memperhatikan kontolku. Aku dimintanya berbaring telentang. Kemauan mereka aku turuti saja. Mula mula Sevil memegang kontolku. Aku kaget, barangku disentuh sehingga badanku berjingkat. Sevil nanya, kenapa sakit ya. Nggak, aku kaget saja. Ketika tangannya menekan-nekan penisku, rasa nikmat menjalar ke seluruh tubuhku. Imel akhirnya ikut-ikutan menekan batang penisku. Dia malah menggosok-gosok kepala penisku. Aku tentu saja berjingkat-jingkat karena geli dan ngilu. Mereka aku cegah menggosok-gosok kepala penisku. Iha aneh banget bentuknya ya, kata imel. Iya kaya ada topinya, kata Sevil. Yang ini apaan, katanya sambil meremas kantong zakarku. Dia meremasnya terlalu keras sampai aku menjerit kesakitan. Eh sorry ya sakit. kata Imel. Aku bilang kalau kantong pelirnya diremas begitu rasanya sakit seperti pengin kencing. Diusap-usapnya penisku dan juga kantong pelirku. Waduh rasanya nikmat sekali. Malah rasanya lebih enak dari pada kukocok pakai sabun. Tiba-tiba orgasmeku mendesak dan aku menggelinjang-gelinjang merasakan orgasmeku. Seluruh barangku jadi geli dan ngilu, oleh karena itu mereka aku cegah menyentuh lagi. Barangku aku bekap untuk mencegah mereka menyentuh lagi. Lama aku bekap sampai rasa ngilu dan gelinya hilang baru aku lepas. Kedua mereka heran dan bertanya-tanya, aku kenapa. Tapi aku diam saja karena sedang bingung oleh rasa nikmat yang sedang menjalari tubuhku. Ketika aku lepas, penisku sudah mulai menyusut. Mereka bertanya-tanya lagi, kenapa jadi mengecil. Aku jelaskan kalau sudah tegang dan mencapai kenikmatan, barangku berangsur-angsur akan mengecil kembali. Mereka lalu menekan-nekan penisku yang sudah mulai lembek. Mereka tanya bisa nggak di berdirikan lagi. Aku bilang bisa saja, tapi ya perlu dirangsang. Imel masuk ke kamar mandi membawa handuk kecil yang dibasahi. Kontolku dibersihkan dengan handuk lembab itu, rupanya handuk itu dia lumuri sabun, karena terasa ada wangi sabun. Dia kembali lagi membasuh penisku. Aku sudah pasrah 100 persen. Sel aku mau coba kayak yang difilm itu, rasanya gimana ya. Coba apa, kata Sevil ke Imelda. Itu lho ngemut barangnya cowok. Tiba –tiba Imelda sudah mengendus barangku dan melahapnya. Barangku masih lemas dimasukkannya kemulut lalu mulutnya maju mundur. Aku merasa nikmat sekali, tapi kadang-kadang gigi Imel menggerus penisku. Aku bilang jangan digigit dong, sakit kalau giginya kena kontol, kataku. Imel lalu merapatkan bibirnya agar giginya tidak menyentuh kontolku. Sevil lalu penasaran ingin pula merasakan kontolku. Dia minta gantian ngemut kontolku. Penisku langsung menegang lagi diemut dua cewek ini. Mereka lalu makin semangat ngemut kontolku bergantian. Gimana rasanya Ron, Tanya Imel. Aku bilang enak sekali. Tiba-tiba Sevil bilang sekarang gantian dong, lu jilati barang gua, kayaknya kalau di film itu kok ceweknya kayak keenakan gitu, gimana sih rasanya. Iya nih, timpal Imelda, gantian dong ngrasian enaknya. Mereka lalu menarikku duduk dan gantian keduanya tidur telentang sambil membuka pahanya lebar-lebar. Pertama aku disuruh menjilat memek Sevil. Ketika kudekatkan, terasa baunya rada pesing dan nggak enak. Aku menarik kepalaku menjauh. Aku bilang aku nggak mau ah, memeknya bau. Iya deh gua cuci dulu pakai sabun biar wangi kata Sevil bangkit menuju kamar mandi. Imelda pun kemudian ikut ke kamar mandi. Dari kamar mandi mereka lalu kembali ke posisi telentang. Aku kembali disuruh menciumi memek mereka. Terasa harum sabun mandi, sehingga aku tidak merasa terlalu jijik. Sebenarnya sih masih ada rasa jijik juga, tapi mungkin karena aku penasaran ingin liat lebih dekat dan karena dorongan nafsu juga makanya aku turuti perintah mereka. Terus terang aku tidak tahu harus bagaimana. Kulihat belahan rapat memek Sevil. Aku tidak tau apanya yang harus dijilat, makanya aku menjilati bibir memeknya di kiri dan kanannya. Sevil menggelinjang-gelinjang, geli-geli enak katanya. Aku penasaran ingin liat dalamnya memek gimana. Lalu aku buka bibir memeknya lebar-lebar. Sevil mengeluh sakit kalau aku buka terlalu lebar. Kulihat belahan dalam memeknya berwarna merah muda dengan bentuk yang nggak beraturan. Aku disuruh menjilat bagian dalamnya. Kelihatannya seperti basah-basah gitu di celah-celah memeknya. Ketika aku rasakan dengan lidah cairan itu tidak ada rasanya dan tidak bau pesing juga. Tadinya aku pikir bekas air pipis. Sevil membuka sendiri belahan memeknya dan menunjukkan bagian mana yang mesti aku jilat. Dia menunjuk ada daging kecil di bagian atas memeknya. Ketika aku jilat di bagian itu, Sevil sepertinya terkejut. Dia bilang geli banget. Tapi aku tetap disuruh menjilat sekitar pingggirnya. Lama-lama pegal juga lidahku, menjilat-jilat seperti anjing minum. Kepalaku diarahkan oleh tangan Sevil agar jilatanku mengarah ke daging kecil di lipatan atas belahan memeknya. Ketika aku merasa pegal, dan akan berhenti sebentar , kepalaku malah ditarik sehingga mulutku membekap memeknya. Aku hampir nggak bisa bernafas karena hidungku tertutup. Tapi Sevil tetap menekan kepalaku, akhirnya aku mengatur posisi agar nafasku tidak tersumbat. Rasanya kalau mulutku membekap gini lidahku tidak terlalu pegal menjilat-jilat. Lidahku mencari-cari bagian daging kecil tadi dan terasa di lidah seperti daging mengeras. Aku fokuskan saja jilatanku ke situ. Kelihatannya setiap aku sentuh daging itu, dia merasa enak dan berjingkat-jingkat. Rasanya bosan juga menjilat-jilat terlalu lama, setiap kali aku mau berhenti, Sevil tidak membolehkan, tangannya terus menekan kepalaku dan dia merintih-rintih kayak orang keenakan. Tiba-tiba dia berteriak minta aku berhenti menjilat, tapi tangannya menekan kepalaku kuat sekali ke memeknya. Aku merasa memeknya berdenyut-denyut seperti kontolku kalau mencapai puncak kenikmatan. Aku teruskan menjilat, Sevil menjerit, untuk tidak dijilat, ngilu banget rasanya kata dia begitu. Berarti sama seperti kepala burungku ketika habis mencapai puncak kenikmatan. Setelah denyutannya berhenti, kepalaku diangkatnya. Imel bertanya-tanya ke Sevil mengenai gimana rasanya. Sevil sambil menutup mata mengatakan, gila enak banget. Aku mau dong, kata Imelda. Leherku yang pegal dipaksa menjilat Imelda. Aku tidak kuasa menolak. Berdasarkan pengalaman tadi aku langsung tahu di bagian mana memek yang harus dijilat. Memek Imel lebih gemuk, dan bibirnya agak berwarna ungu. Kayaknya memek Imel bibirnya lebih panjang, sampai-sampai nyembul keluar dari lipatan memeknya. Ketika aku buka memeknya terlihat bibir memeknya agak berkerut. Aku menarik kedua sisi bibir memeknya. Bagian dalamnya juga berwarna merah muda.Sambil kulebarkan bibir memeknya aku mulai membekapkan mulutku ke memek Imel. Lidahku sudah terlatih langsung menemukan sasaran. Imel juga terkejut begitu daging di lipatan atas memeknya ku jilat. Dia menggelinjang, sehingga menyulitkan aku menjilat memeknya. Seluruh mulut dan hidungku jadi belepotan lendir bercampur ludahku sendiri, gara-gara Imel gak bisa diem. Aku lalu berusaha menekan kedua paha Imel agar tidak banyak bergerak. Aku terus-terusan menjilati memek Imel sampai dia kayak si Sevil mengejan-ngejan. Aku sudah tahu kalau dia sedang mengejan-ngejan memeknya tidak boleh terus dijilat. Setelah usai mereka berdua mengatakan bahwa di jilat memeknya rasanya enak banget. Aku puas menjilat dan melihat memek mereka, tetapi aku masih penasaran ingin melihat tetek mereka berdua. Kuberanikan ngomong agar mereka membuka bajunya sekalian biar aku bisa liat teteknya. Mereka rupanya tidak keberatan dan segera menelanjangi diri. Si Imel sudah mengenakan semacam BH tapi BH kecil, sedangkan Sevil hanya pakai kaus dalam. Bentuk tetek cewek bagus banget, menggelembung dan diujungnya lancip ada pentilnya kecil. Aku lalu meraih tetek Imelda yang kelihatannya lebih gemuk dan mancung. Kuremas-remas kuat, Imelda menjerit sakit katanya. Aku akhirnya hanya mengusap-usap saja dan pentilnya ku pelintir pelan-pelan. Imelda mendesis-desis ketika pentilnya kupermainkan. Puas dengan Imelda aku memainkan tetek Sevil yang agak kecil. Dia juga kelihatannya senang teteknya kumainin. Bosan main tetek akhirnya aku minta mereka kembali mengisap penisku sampai aku merasa puncaknya. Permintaan itu segera mereka sanggupi. Imelda memulai mengisap kontolku. Lama sekali sampai akhirnya dia bosan dan gantian Sevil mengisapnya. Aku heran, kenapa kenikmatan itu puncaknya gak ada lagi. Padahal kontolku udah tegang.Sevil pun akhirnya bosan dan berhenti. Kami kembali pakai baju karena hari sudah mulai gelap dan sebentar lagi orang tua kami pulang. Hari itu permainan kami berakhir disitu saja. Kami berjanji bertiga untuk merahasiakan mainan baru kami. Hampir setiap hari jadinya kami selalu main gituan, sampai satu saat Imel minta penisku diadu sama memeknya seperti yang dilihat di film. Aku sebetulnya udah lama pengen niru yang difilm, karena keliatannya enak. Aku mencoba mengadu penisku ke memek Imel, tetapi kayaknya kepeleset terus. Imel akhirnya membantu memegang penisku dan menempatkan di depan lubang memeknya. Rasanya nikmat sekali aku mendorong penisku masuk. Imel mengatakan agar aku jangan terlalu keras mendorong, karena memeknya terasa sakit. Aku mendorong pelan-pelan penisku menorobos masuk. Rasanya enak banget, seperti kejepit daging empuk. Aku dorong terus, tapi tiba-tiba Imel menarik pantatnya sampai penisku lepas. Dia bilang sakit kalau aku dorong masuk terus. Dia minta aku jangan dorong kuat-kuat. Aku mengulangi lagi dan masih tetap kepeleset, tetapi setelah masuk lubang memek Imel rasanya lebih licin dibanding yang pertama tadi agak seret. Aku ikut-ikutan difilm melakukan gerakan memompa. Rasanya nikmat sekali sampai akhirnya aku mencapai puncaknya . Aku berhenti dan penisku mengecil di lubang memek Imel. Sevil bertanya ke imel mengenai rasanya ditusuk penisku. Dia bilang enak, tapi sakit. Sevil penasaran, penisku dikosok-kocoknya sampai akhirnya berdiri lagi. Dia segera mengangkang selebar mungkin dan memegang penisku untuk dimasukkan ke lubang memeknya. Aku menuruti arahannya dan aku tinggal menekan saja. Sevil meringis-ringis seperti menahan sakit ketika penisku menerobos masuk. Tapi rasanya penisku tidak bisa masuk sepenuhnya, seperti juga tadi di memek Imel. Aku melakukan gerakan maju mundur lagi. Tapi rasanya gak seperti yang pertama tadi, aku lama nggak mencapai puncak kenikmatan. Mungkin gerakankku kurang terkontrol aku menekan penisku terlalu kuat sehingga Sevil berteriak, sakit. Lho tapi kok penisku bisa masuk semua ke dalam memek Sevil. Malah rasanya nikmat banget. Aku pelan-pelan-pelan menarik penisku terasa agak sulit. Aku tarik sedikit lalu aku dorong lagi, lama-lama agak lancar. Aku jadi semangat menggenjot, sebab rasanya nikmat banget. Aku akhirnya bisa mencapai puncak kenikmatan. Sampai barangku lemes di dalam memek Sevil dan akhirnya keluar sendiri. Aku bangun , kulihat penisku berdarah dan ku buka memek Sevil juga ada darahnya sedikit. Aku pikir penisku lecet, makanya aku periksa. Tapi kok nggak ada yang terasa perih seperti ada luka. Aku buru-buru ke kamar mandi membersihkan penisku. Setelah bersih baru jelas memang tidak ada lukanya. Sevil yang ikut kekamar mandi jalannya ngangkang. Memeknya katanya sakit dan perih. Dia membersihkan memeknya sambil jongkok. Ketika terkena air rasanya juga masih perih, kata Sevil. Imel menyusul ke kamar mandi menanyakan ke Sevil. Sevil menjawab memeknya perih, tapi waktu main tadi ada enaknya juga, kata Sevil. Mereka kutinggal dan aku kembali memakai baju lalu melanjutkan main game di PS. Entah apa yang mereka bicarakan, tetapi yang aku dengar si Imel besok diminta Sevil untuk mencoba seperti yang dia rasakan. Besoknya Sevil istirahat dia tidak main ke rumah Imelda, katanya memeknya masih sakit. Sementara itu Imel penasaran. Kami berdua main di kamarnya. Mulanya burungku diisapnya sampai aku menggelinjang mencapai puncaknya. Setelah itu ketika barangku berdiri lagi, dia penasaran ingin melakukan seperti yang dilakukan Sevil kemarin. Aku menurut kemauan Imel, karena aku merasa nikmat sekali membenamkan penisku ke dalam memek. Seperti kemarin, penisku tidak bisa masuk semua. Ketika aku paksa Imel manahan dengan menegangkan memeknya. Aku kemudian memompa. Imel senang dengan gerakan pompaku dia menimpali dengan menggerak-gerakkan badannya sambil kedua tangannya memeluk pantatku. Rasanya gerakan penisku makin lancar aku kemudian sekuat tenaga menekan penisku ke memek Imel. Imel terkejut, tetapi dia terlambat menarik pinggulnya. Burungku tenggelam habis ke memeknya. Aku berhenti sebentar, karena kulihat Imel menangis, air matanya meleleh dari kiri kanan matanya. Tapi aku sudah dilanda nafsu maka aku tidak perduli dengan Imel aku mulai lagi memaju mundurkan burungku pelan-pelan sampai terasa lancar. Jepitan memek imelda ini ketat sekali, sepeti Sevil juga. Lama-lama Imel ikut pula menggerak-gerakkan pinggulnya aku merasa makin nikmat sampai akhirnya akupun ambruk setelah aku merasa puncaknya kenikmatan. Kami bertiga akhirnya punya permainan baru. imel dan Sevil menyukainya. Aku juga begitu kalau sampai 2 hari nggak main rasanya pengen banget. Kami meniru semua permainan seperti yang dilihat di film, semua posisi kami coba. Permainan selanjutnya tidak terlalu susah lagi memasukkan penisku ke lubang memek mereka. Aku paling suka kalau cewek ada di tas. Pernah ketika aku ditindih Imel, Sevil menduduki mulutku dan memeknya menghadap ke mulut. Aku sempat gelagapan karena hidungku tertutup. Aku bingung, antara merasakan kenikmatan kontolku dengan konsentrasi menjilati memek Sevil. Aku jadi bisa main lama karena setiap hari kami selalu main. Kami berhenti jika Imel sedang haid. Aku main terus sampai mereka lulus SMP dan aku pun sudah menghasilkan sperma. Sejak aku punya sperma aku tidak berani melepas spermaku di dalam meme k mereka. Kami sudah mengetahui bahwa hal itu bisa menyebabkan hamil.