Google Translate

English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Kamis, 27 Februari 2014

Istri-istri Kami

Triyono (samaran) adalah sahabat lamaku sejak aku SMA. Kini setelah kami sudah mempunyai anak remaja (umurku 46 tahun) dia masih sahabatku, bahkan istrinya yang bernama Atik (samaran) dan istriku sangat akrab, dan kami rutin selalu ketemu kalau tidak dirumahnya, ya dirumahku.

Bahkan jika aku dan Triyono pergi mancing ketengah laut dengan sewa perahu, tak jarang istriku menginap dirumah menemani istrinya atau sebaliknya (karena anak kami sudah remaja dan mereka kuliah dikota lain).
Begitu akrabnya kami sehingga tak jarang kami melakukan yang menurut pandangan orang ketiga adalah hal yang aneh, misalnya ditengah gurauan, kadang kadang Triyono memeluk istriku dan menciumi pipinya berkali kali, didepanku maupun didepan istrinya. Demikian pula sebaliknya ketika kami bercengkarama berempat kadang kadang Atik dengan manja tiduran berbantal pahaku. Tentunya sikap kami ini tidak didepan anak anak yang sudah berangkat remaja.

Bahkan pernah didapur rumahku aku memergoki Triyono mencolek pantat istriku, dan kulihat istriku pura pura marah, aku tahu itu dari raut wajahnya, tentu saja sebagai lelaki normal kadang aku dilanda cemburu. Tetapi kami selalu lebih memegang persahabatan, apalagi akupun sering melakukan hal yang sama terhadap istrinya.

Tentu saja keadaan ini tidak terjadi begitu saja, kami menjalin hubungan kekeluargaan sejak kami menikah. Namun sejauh itu kami tidak pernah melakukan hal hal yang terlalu jauh. Sampai suatu hari terjadilah apa yang belum pernah terbayangkan sebelumnya, setidak tidaknya olehku. Tapi aku yakin ini adalah rencana Triyono dan istrinya yang sudah dipersiapkan (ini kusadari setelah cukup lama peristiwa itu terjadi)

Seperti yang sering kami lakukan, pada hari jumat yang kebetulan hari libur kami berempat ber week end di Villaku didaerah Ciloto. Walaupun tidak terlalu mewah namun villaku ini cukup luas dan cukup nyaman untuk beristirahat di akhir pekan. Kami selalu rutin mengunjunginya paling tidak sebulan sekali, biasanya hanya aku dan istriku, kadang kadang anak anak ikut, atau famili lain.

Kali ini aku mengajak Triyono dan istrinya, tidak ada yang istimewa kami hanya ingin menikmati liburan dan seperti biasanya selesai makan siang dijalan, istriku mampir untuk beli pepes ikan Mas kesukaanku. Sampai di villa sekitar jam jam 2 siang, aku tidur pulas, sampai akhirnya dibangunkan istriku untuk makan malam. Kami makan malam berempat dengan nasi hangat dan pepes ikan.

Selesai makan malam kami menonton TV sambil ngobrol kesana kemari diruang keluarga. Setelah bosan ngobrol, Triyono mengambil inisiatif mengambil kasur dikamarnya dan dihamparkan didepan TV dia dan istrinya menonton TV sambil tiduran, dan akupun berbuat hal yang sama. Atiek masuk kamarnya dan mengganti dasternya dengan baju tidur yang amat tipis tanpa BH dan CD, ini terlihat jelas dari bayangan tubuhnya dibalik gaun tidurnya.

Kulihat dia sangat atraktif mempertontonkan tubuhnya didepanku dan didepan istriku. Kulihat Triyono acuh saja melihat tingkah istrinya. Kamipun menonton TV sambil tiduran, istriku dan Atiek tidur berdampingan ditengah sedangkan aku berada disamping istriku dipinggir. Acara TV terasa membosankan mungkin karena aku tidak bisa konsentrasi, aku lebih terpesona menikmati tubuh yang menggairahkan yang tergolek disamping istriku dan itu membuat adik kecilku dibalik sarung setengah ereksi.

"Pah.., puterin film yang hot.. dong.., aku kedinginan nih.." Atiek menyuruh suaminya memutar film porno.
Aku tahu mereka sering muter film porno karena kami sering tukar menukar film, tapi selama ini kami belum pernah nonton bersama sama.
Sebelum beranjak mengambil film, Triyono basa basi minta ijin istriku "Rin..muter film blue ya.."
"Terserah aja " jawab istriku.

Filmnya cukup bagus dengan latar belakang jaman kekaisaran romawi, adegan sexnya tidak vulgar, dan ini membuat gairahku cepat bangkit. Sarungku sudah terdongkrak keatas sementara kulihat Atiek sering mencuri padang kearah sarungku yang memang sengaja tidak kusembunyikan. Sementara itu istriku sudah memindahkan kepalanya diatas lenganku dan jari tangannya meremas remas jari tanganku. Aku sudah hapal sekali, istriku pasti sudah terangsang.

Triyono menonton film itu dengan memeluk istrinya secara ketat dan tangannya mengusap usap payudara Atiek dari luar baju tidurnya, sesekali diciumnya bibir istrinya dalam dalam. Sementara itu kaki kanan Atiek ditekuk dan pahanya menindih paha istriku, sehingga tak terhindarkan baju tidurnya yang memang pendek makin tersingkap sehingga akupun makin leluasa melahap pahanya yang putih mulus, dan sebagian rambut dipangkal pahanya dengan sudut mataku.

"Mbak Rin,.. Aku jadi pengen nih.." Atiek bicara kepada istriku.
"Ya nggak apa apa, wong Mas nya nyanding koq." Istriku menyahut sambil senyum penuh arti.

Aku makin terangsang, kumiringkan tubuhku menghadap istriku sehingga aku bisa melihat paha mulus Atiek, dan kuselusupkan tanganku dibalik blouse istriku yang tidak ber BH untuk meremas remas buah dadanya, sementara tangannya sudah masuk kesarungku untuk mengelus elus penisku yang sudah berdiri keras. Ia menutup tanganku dengan bantal sehingga gerilya yang kulakukan tidak terlihat oleh Triyono dan Atiek. Walaupun itu sebenarnya hal itu tidak perlu dilakukan, karena mereka sudah tidak memperhatikan kami lagi, keduanya sudah mulai tenggelam dalam percintaan.

Ketika Atiek melepaskan seluruh pakaiannya dan mencopoti pakaian suaminya, Triyono menggeser posisinya merapat keistriku, sedangkan Atiek menindihkan tubuhnya yang bugil dari sebelah kanan, sehingga Triyono berdampingan dengan istriku.
Mereka berciuman sambil saling saling mengelus penuh nafsu, kulihat istriku sering melirik mereka dengan gairah, ikut terhanyut dengan adegan panas persis satu jengkal disampingnya.

Tiba tiba Atiek menghentikan pergulatan dengan suaminya dan tangannya meraih blouse depan istriku dan melepas kancingnya.
"Biar adil dong Mbak.." sambil tangannya terus melolosi seluruh pakaian istriku.
Walaupun wajah istriku protes, tapi usaha mencegah tangan Atiek yang nakal, tidak serius sehingga dengan mudah Atiek melucuti pakaian istriku. Sekelebat kulihat mata Triyono melahap seluruh tubuh indah istriku, bahkan ia segera mengeser posisinya merapat ketubuh istriku, sehingga lengannya menempel pada pinggir payudara istriku.

Aku tak sempat berfikir macam macam, nafsuku mendominasi pikiranku, kucopot seluruh pakaianku sehingga kami berempat sudah bugil, kuciumi istriku, sambil jariku mengelus vaginanya yang sudah basah. Istriku mendesis desis keenakan tangan kanannya mendekap punggungku erat erat, sedangkan tangan kirinya tertindih tangan Triyono.

Kurasakan elusan lembut sebuah tangan halus menelusuri bokongku, bahkan kemudian mengarah keselangkangan dan mengelus buah zakarku. Aku sudah menduga pemilik tangan itu, dan hatiku berdesir ketika kulihat tangan Atiek lah yang sedang mengelus batang penisku, sambil mulutnya menciumi dada suaminya. Aku yakin Triyono melihat tangan istrinya yang sedang beroperasi di batangku yang keras seperti kayu, tapi dia tampak acuh saja, bahkan kini lengan kanannya telah mendidih susu istriku.
Istriku tidak menyadari atau pura pura tidak tahu bahwa tangan Triyono sudah menindih payudaranya, dan wajahnya dipalingkan kearah yang berlawanan.

Atiek sambil berubah posisi dengan setengah duduk dipaha suaminya dengan selangkangan yang terbuka lebar memperlihatkan vagina merah basah yang sangat indah, sementara tangan kanannya menggosokan gosokkan kemaluan suaminya ke klitorisnya, sementara buahdadanya menggantung diremas remas suaminya.

Posisinya tersebut membuat tubuh Triyono merenggang dari tubuh istriku sehingga tangan kiri istriku yang tertidih menjadi bebas. Dari padangan matanya yang sayu dan pahanya sudah direntangkan, aku tahu baha istriku sudah memberi lampu hijau. Dituntunnya penisku kearah lubang vaginanya, dan dalam tempo singkat aku sudah melayang menikmati jepitan lobang kemaluan istriku. Sementara aku mengocoknya perlahan lahan, istriku mendesis desis keenakan, kini wajah istriku menghadap kearah Triyono bahkan hanya berjarak sejengkal dengan wajah Triyono namun matanya terpejam.

Atiek sudah terlengkup ditubuh suaminya, sementara pinggulnya naik turun, mengocok batang suaminya yang sudah melesak ditelan liang kenikmatannya. Sekali kali tangannya meremas bokongku dan istriku melihat aktifitas tangan Atiek ini, tapi rupanya diapun tak ambil peduli. bahkan beberapa kali Triyono mencium mulut istriku yang tengah mendesis, istriku diam saja, walaupun tidak meresponnya. Entah kenapa aku tidak cemburu melihat istriku diciumi oleh Triyono saat sedang kusetubuhi, bahkan aku makin terangsang. Karena kulihat ciuman itu membuat istriku makin bergolak gairahnya. Ini kurasakan dari gerakan dan nafasnya mendengus tidak seperti adat biasanya.

Dalam waktu yang tidak terlalu lama gerakan istriku tak terkendali, bahkan ia membalas menyedot ciuman Triyono, dan pada saat itulah istriku menghentak hentakkan pinggulnya keatas, mulutnya menghisap mulut Triyono dalam dalam sambil merintih. Dia telah orgasme. Ini diluar kebiasaan, istriku biasanya cukup tahan lama, tapi kali ini dia cepat selesai, padahal aku merasa masih tahan lama.

Kuhentikan kocokanku, kucabut penisku, aku masih tanggung tetapi aku memang tidak ingin selesai sekarang, aku masih berharap istriku bangkit lagi setelah istirahat. Kutatap wajah istriku yang penuh kepuasan. Disampingnya kulihat Triyono menggengam tangan istriku.

Melihat aku tegeletak disamping istriku, dengan kemaluan yang masih tegar, Atiek segera tahu bahwa aku belum ejakulasi. Tiba tiba Atiek menghentikan goyangan pinggul, dicopotnya penis suaminya dari vaginanya. Dengan melangkahi tubuh istriku, Atiek segera menghampiriku, kemudian dengan dasternya yang diambil dari sisi kasur dibersihkannya penisku yang penuh lendir istriku.

Dia menindihku dan menciumku. Aku sempat kaget, aku tak menduga kejadian itu, kulirik Triyono tetapi dia hanya melihat tingkah istrinya tanpa reaksi. Istriku juga hanya melirikku sebentar kemudian memejamkan mata kembali, menikmati sisa orgasme yang ia dapat dariku.

Kubalas ciuman Atiek dengan nafsu, tangan kiriku mengelus bokongnya sedangkan tangan kanan meremas buah dadanya. Atiek menjulurkan lidahnya menyambut lidahku, sementara vaginanya yang basah digesek gesekan ke diatas kemaluanku. Tampak Atiek sudah sangat terangsang, sehingga ciuman kami hanya berlangsung sebentar, segera dia menghentikan ciumannya, ditariknya badannya sehingga sekarang posisinya duduk diatas pahaku, sementara belahan kemaluannya menidih pada batang penisku yang rebah diatas perut.

Kulihat belahan kemaluannya yang merah penuh lendir, aku sudah tidak sabar lagi, kuangkat pinggangnya dengan kedua tanganku, Atiek cepat tanggap, sambil mengangkat pantatnya, diambilnya penisku dan diarahkan kelobang vaginanya. Dalam hitungan detik, kemaluanku sudah menyelusup kedalam vagina Atiek. Atiek melenguh pelan, badannya ambruk kedadaku dan wajahnya menempel disamping kepalaku sambil mendesis desis. Kuangkat pinggulku berusaha mengocok kemaluan Atiek, dan diapun mengikuti gerakanku tetapi pinggulnya digoyang memutar sedangkan otot vaginanya menjepit kemaluanku, jepitan dan putaran pinggulnya tidak akalh dengan istriku, kenikmatan menjalar keseluruh penisku.

Sepuluh menit telah berlalu dan kurasakan Atiek mulai mempercepat goyangannya, mulutnya menciumku dan lidahnya menerobos masuk ke mulutku. Nafasnya tersengal, aku segera mengerti bahwa sedang mulai masuk kemasa orgasme. Tanpa menunggu waktu lagi kupercepat kocokanku, karena kemaluankupun sudah berdenyut denyut enak, dan segera akan keluar.

Ketika kurengkuh bokongnya, Atiek merengkuh pundakku makin kencang, dari mulutnya keluar erangan kenikmatan yang panjang dan kemaluannya ditekan keras ke kemaluanku, dia sedang orgasme. Dan segera kulepas pula air maniku menyemprot didalam vaginanya. Kenikmatan yang luar biasa.

Walaupun permainanku sudah berakhir tetapi Atiek tidak mau mencopot kemaluanku dari vaginanya, dia hanya mengeser tubuhnya dari dadaku untuk meringakan tindihan tubuhnya diatas tubuhku. Kesadaranku mulai pulih, kulihat istriku sedang bergumul dengan Triyono. Dengan tubuh yang bugil dia menindih tubuh istriku, mereka berciuman dengan pelan dan dalam, tangan meremas remas buah dada istriku yang tergolong besar dan montok, sementara tangan istriku mengelus bokong Triyono, dan kudengar desahan halus dari mulutnya itu pertanda istriku sudah mulai terangsang lagi.

Melihat istriku terangsang, tiba tiba akupun terangsang kembali. Aku sangat senang istriku menikmati sexnya, Kuhadapkan tubuhku kearah istriku, dan Atiek segera merangkul pinggangku dengan kakinya dari belakang, sambil menikmati sisa orgasme yang kuberikan padanya.

Triyono sedikit mengeser tubuhnya dan tangan yang tadinya meremas tetek istriku turus kebawah, kearah kemaluan istriku, dan istriku mengangkat pinggulnya ketika jari tengan Triyono memutar mutar clitorisnya. Desahan dari mulutnya makin keras.. Triyono mengangkat tubuhnya dan dibukanya lebar lebar paha istriku.

Istriku menoleh kearahku, matanya sayu memandangku seolah minta ijin padaku. Kupandangi dia, dia sangat cantik tak kuasa aku menghalanginya. Kukecup bibirnya kuusap rambutnya tanda bahwa aku menyetujuinya. Dan ketika penis priyono melesak kedalam vaginanya, istriku memejamkan mata keenakan, dan tangannya mengelus elus penisku seirama dengan kocokan yang diberikan Triyono.

Kuciumi bibirnya, pipinya lehernya, atau mana saja yang kudapat karena istriku dalam kenikmatan, selalu kepalanya tidak bisa diam, menoleh kekiri kekanan sambil menjilat jilat bibirnya sendiri. Sementara tangan kanannya mengocok penisku tangan kirinya merangkul pundak Triyono. Tangankupun tak henti hentinya meremas remas buah dadanya. Kudengar pula desisan Triyono menambah suasana jadi makin mengairahkan.

Tiba tiba istriku berhenti menggelengkan kepalanya, dahinya berkerut dan giginya menggigit bibr bawahnya, dia menoleh kearahku, istriku akan selesai dan sebentar lagi pasti akan melenguh panjang.
"Pah.. aku sudah nggak tahan.. Pahaahh.. eghh.. eegghh"
pada saat itu dia mendongakkan wajahnya keatas, matanya menatap mata Triyono dengan sayu.

Pada saat yang sama, aku tak tahan menahan ejakulasi, digenggaman tangannya. Kulihat Triyono menekan kemaluannya dalam dalam kevagina istriku untuk berejakulasi.. Ketika dia mencabut kemaluanya, kulihat sisa air mani meleleh keluar dari bibir vagina istriku, yang berwarna kemerahan.

Malam ini adalah malam pertama dimana istriku merasakan penis orang lain selain punyaku apalagi dia merasakannya sekaligus dalam selang beberapa menit, sebuah pengalaman yang sangat memuaskan kami berempat.

Sejak itu kami sering melakukannya, sedikitnya sebulan sekali, dan kami berkomitmen ini hanya dilakukan berempat, Bahkan kini muncul ide baru dari Atiek untuk menambah menjadi tiga pasangan. Hanya saat ini kami belum menemukan pasangan yang bisa diajak main. Pengalaman ini ditulis juga atas persetujuan kami semua.
read more “Istri-istri Kami ”

Jayus, Tukang Ojek Sepeda

Orangnya buta huruf. Tapi kalau ngomong ngentot, dia adalah playboy. Playboy kampunglah. Tetapi aku percaya. Tubuh macam dia punya biasanya memang memiliki nafsu gede. Lihat saja. Punggungnya nampak sedikit bongkok. Tangan-tangan dan kakinya penuh bulu. Warna kulitnya yang coklat kehitaman mengkilat kena keringat keringnya.

Ciri-ciri macam itu biasanya kontolnya juga gede. Aku selalu merinding menahan gejolak birahiku kalau dekat dia. Tak bisa kulepaskan dari tonjolan bagian depan celananya, menggunung. Pantes saja, ibu-ibu gatel hingga babu-babu genit sangat asyik kalau ngomongin bagaimana sepulang dari pasar tadi ngebonceng ojeknya Jayus. Mereka cerita soal baunya yang merangsang, soal senggolan dengan tangannya yang penuh bulu. Kadang-kadang mereka sengaja menempelkan susunya saat mbonceng ojek sepeda si Jayus. Sebaliknya si Jayus, dia juga termasuk banyak omong. Dia ceritakan kalau si Nem, babu Koh Abong demen banget nyiumin kontolnya. Dia enyotin kontolnya hingga pejuhnya muncrat ke mulutnya. Dia telan tuh pejuh, nggak ada sisanya.

Bahkan dia juga cerita kalau Enci'nya (bininya) Koh Abong suka mencuri-curi pandang, dan menaik-naikkan alisnya kapan pandangannya berbenturan dengan mata Jayus. Dia lagi cari kesempetan atau alasan bagaimana bisa ketemu empat mata tanpa dilihat lakinya.

Lain lagi Dety, orang Menado yang lakinya kerja di kapal yang hanya 6 bulan sekali lakinya pulang dari laut, itupun tidak lebih dari 1 minggu. Dety berbisik sama Atun temen gosipannya, 'Uhh Tuunn, gue mau klenger deh rasanya', suatu pagi dia buka omongan, 'Kenape emangnya?', tanya Atun balik dengan logat Betawinya yang kental. 'Gua baru ngrasain deh. Tuh kontol Jayus yang sedepa (mau cerita betapa panjangnya) bener-bener bikin semaput'. Kemudian dia ceritakan bagaimana tanpa sengaja suatu siang si Jayus kencing di kebon samping rumahnya. Sebagai perempuan yang kesepian karena jarang dapat sentuhan lakinya, dia iseng ngintip dari balik pohon angsana dekat dapurnya. Dia lihat saat Jayus merogoh celananya dan menarik kontolnya keluar. Dety bilang napasnya langsung nyesek. Dia plintirin pentilnya sembari ngintip Jayus kencing. Dia mengkhayal, '.. coba aku yang dia kencingin.. hhuuhh..'. Dan beberapa menit sesudah Jayus meninggalkan tempat, dengan gaya yang tidak memancing perhatian orang dia nyamperin tuh tempat kencingnya Jayus. Bagian terakhir ini dan selanjutnya nggak dia ceritakan sama si Atun.

Dia amati batang pohon mangga yang dikencinginnya. Basah. Air liur Dety menetes keluar, jakunnya naik turun. Darahnya tersirap. Dan tanpa bisa menahan diri, tahu-tahu tangan kanannya sudah nyamperin tuh yang basah di batang pohon. Diusapnya basah kencing si Jayus di pohon itu. Matanya nglirik kanan-kiri-depan nggak ada orang lain, dia endus tuh basah di tangannya itu. Wuu.. pesing banget. Kemudian lidahnya menjulur menjilati basah kencing Jayus itu. Eddaann..

Semua cerita-cerita itu terung terang membuat aku dipenuhi setumpuk obsesi. Kapaann memekku diterobosi kontolnya?! Dan dari kepalaku mengalir berbagai gagasan untuk menjebak Jayus. Dan kalau sudah begini, mataku menerawang. Aku pengin jilatin batangnya, bijih pelernya sampai dia teriak-teriak keenakkan. Aku akan ciumin pentilnya. Kemudian ketiaknya. Aku akan jilatin semua lubang-lubang bagian tubuhnya. Wwwuu.. nafsu libidoku.. kenapa liar begini ssiihh..?!

Suatu sore, karena ada beberapa bumbu dapur yang habis, aku pergi ke warung langgananku di pasar. Aku pikir jalan sih nggak begitu jauh saat tiba-tiba Jayus dari arah belakangku naik sepeda ojeknya nawarin, 'Kemana bu? Saya anter?'. Terus terang aku langsung terkesiap dan .. gagap..,'Eehh kang Jayus (begitulah aku biasa memanggil orang lain akang atau kang sebagai tanda hormatku) ..eehh, ..bb ..boleehh, ..mau ke warung langganan nihh'. seperti kebo yang dicocok hidungnya, aku nyamperin jok belakang sepedanya, naruh pantat di boncengan sepeda si Jayus.

Seketika aku diserang obsesiku. Sementara Jayus nggenjot sepeda, agar tidak jatuh tanganku berpegangan pada sadel yang tentu saja menyentuh bokongnya. Ada setrum yang langsung menyerang jantungku. Deg, deg, deg. Aku dekatkan wajahku ke punggungnya hingga aku cium bau keringatnya. 'Narik dari jam berapa mas?', aku buka omongan, 'Yaah nggak tentu bu. Hari ini saya mulai keluar jam 10.00 pagi. Soalnya pagi-pagi tadi tetangga minta bantu pasang kran air. PAM-nya nggak mau keluar'. Wwaaoo.., tiba-tiba ada ide yang melintas!

'Apa yang nggak mau keluar ..?', nada bicaraku agak aku bengkokkan. 'Kenapa nggak mau keluar ..?', untuk lebih memperjelas nada bicaraku yang pertama. Jawabannya nggak begitu aku dengar karena ramainya jalanan.

'Ooo.., kirain apaan yangg.. nggakk keluarr..'. Dan tanpa aku sadari sepenuhnya, tanganku menjadi agresif, menepuki paha Jayus. 'Kirain barang Mas Jayus yang ini nggak mau keluar', mulutkupun tak lagi bisa kukendalikan dengan sedikit aku iringi sedikit ha ha hi hi.

'Aahh, ibuu, ntarr dilihat orang lhoo', sepertinya dia menegor aku. Kepalang basah, 'Habiiss.., orang-orang pada ngomongin ini ssiihh..', aku sambung omongan sambil tanganku lebih berani lagi, menepuki bagian bawah perutnya yang naik turun karena kaki-kakinya menggenjot sepeda. Dalam hatiku, kapan lagi kesempatan macam ini datang.

'Siapa yang ngomoong buu..??', dia balik tanya tapi nggak lagi ada tegoran dari mulutnya. Dan tanganku yang sudah berada di bagian depan celananya ini nggak lagi aku tarik. Bahkan aku kemudian mengelusi dan juga memijat-mijat tonjolan celananya itu. Aku tahu persis nggak akan dilihat orang, karena posisi itu adalah biasa bagi setiap orang yang mbonceng sepeda agar tidak terlempar dari boncengannya.

'Ibu berani banget nih, n'tar dilihat orang terus nyampai-in ke bapak lho buu'. Aku tidak menanggapi kecuali tanganku yang makin getol meremas-remas dan memijat. Dan aku rasakan dalam celana itu semakin membesar. Kontol Jayus ngaceng. Aku geragapan, gemetar, deg-degan campur aduk menjadi satu. 'Mas Jayuuss..', suaraku sesak lirihh. 'Bbuu.., aku ngaceng buu..'. Ooohh, obsesiku kesampaian.., dan aku jawab dengan remasan yang lebih keras.

Terus terang, aku belum pernah melakukan macam ini. Menjadi perempuan dengan penuh nafsu birahi menyerang lelaki. Bahkan sebagai istri yang selama ini cinta dan dicintai oleh suaminya. Dan nggak perlu diragukan, bahwa suamiku juga mampu memberi kepuasan seks setiap aku bersebadan dengannya.

Tetapi juga nggak diragukan pula bahwa aku ini termasuk perempuan yang selalu kehausan. Tidak jarang aku melakukan masturbasi sesaat sesudah bersebadan dengan suamiku. Biasanya suamiku langsung tertidur begitu habis bergaul. Pada saat seperti itu birahiku mengajak aku menerawang. Aku bayangkan banyak lelaki. Kadang-kadang terbayang segerombolan kuli pelabuhan dengan badan dan ototnya yang kekar-kekar. Telanjang dada dengan celana pendek menunjukkan kilap keringatnya pada bukit-bukit dadanya. Mereka ini seakan-akan sedang menunggu giliran untuk aku isepin dan kulum kontol-kontolnya. Wwoo, khayalan macam itu mempercepat nafsuku bangkit.

'Kang Jayus, aku pengin ditidurin akang lho', aku bener-bener menjadi pengemis. Pengemis birahi.
'Jangan bu, ibu khan banyak dikenalin orang di sini', jawabnya, yang justru membuat aku makin terbakar. 'Kita cari tempat, nanti aku yang bayarin', kejarku. 'Dimana bu, aku nggak pernah tahu'. Iyyaa, tentu saja Jayus nggak pernah mikir untuk nyewa kamar hotel. Klas ekonominya tukang ojek sepeda khan kumuh banget.

Saat nyampai di warung tujuan aku turun dari sepedanya, 'Kang Jayus tungguin saya yah', biar nanti aku kasih tahu kemana mencari tempat yang aman dan nyaman untuk acara bersama ini.

'Nih tempatnya yang kang Jayus tanyain tadi, barusan aku pinjem pensil enciknya (pemilik warung) dan aku tulis tuh alamat hotel yang pernah aku nginap bersama suami saat nemenin saudara yang datang dari Surabaya.

'Maapin bu, saya nggak bisa baca', ahh.. aku baru ingat kalau dia buta huruf.., konyol banget nih. 'OK kang, gini aja, besok akang tunggu saja aku di halte bis depan sekolah SD Mawar, tahu? Jam 10 pagi, OK?', dia ngangguk bengong. Walaupun nggak bisa baca rupanya dia tahu apa artinya 'OK'.

'Tt.. tapi bu.., n'tar ada yang ngliatin, n'tar diaduin ke suami ibu, n'tar..', rupanya dia belum juga mengambil keputusan. Keputusan nekad. Ampuunn.. Aku jadinya nggak sabar. 'Udahlah kang, ayyoo, sambil jalan..', sementara hari udah mulai gelap, lampu jalanan sudah menyala. Pada jam begini orang-orang sibuk, kebanyakan mereka yang baru pulang kerja.

Kembali aku duduk di boncengan sepedanya. Dan kembali aku langsung merangkul pinggangnya hingga tanganku mencapai bagian depan celananya. Rupanya kontol Jayus udah ngaceng. Tangankupun langsung meremasi gundukkan di celananya itu. 'Bbuu, enaakk..', dia mendesah berbisik. 'Makanya aayyoo kang.., aku juga pengin ini banget..', jawabku sambbil memijat gundukkan itu.

Beberapa saat kami saling terdiam, saling menikmati apa yang sedang berlangsung.
'Buu, bagaimana kalau ketempat lain aja yang gampang bu??', wwoo.. aku berbingar. Rupanya sambil jalan ini Jayus mikirin tempat. 'Dimana?', tanyaku penuh nafsu, 'Di rumah kontrakan temen saya, kebetulan lagi kosong, yang punya rumah lagi mudik, lagian kebonnya lebar, nggak akan ada yang ngliatin, apa lagi gelap begini'.

'Jadi kang Jayus maunya sekarang ini?', aku agak terperangah, nggak begitu siap, n'tar suamiku nyariin lagi. 'Habis kapan lagi bu? Sekarang atau besok-besok sama saja, lagian besok-besok mungkin di rumah itu udah ramai, pemiliknya udah pulang lagi'. Kalau menyangkut nafsu birahi riupanya Jayus ini nggak begitu bodoh. Cukup lama sebelum akhirnya aku menjawab, 'Ayyolahh..', sepeda ojek langsung berbalik, beberapa kali berbelok-belok masuk gang-gang kumuh. Nampaknya orang-orang ramai sepanjang jalan nggak mau ngurusin urusan orang lain. Mereka nampak tidak acuh saat kami melewatinya.

Kemudian sepeda ini nyeberangin lapangan yang luas dibawah tiang tegangan tinggi sebelum masuk rumah kontrakkan yang diceritakan Jayus tadi. Di depan tanaman pagar yang rapat ada pintu halaman dari anyaman ambu, kami berhenti. Dari dalam ada orang yang bergegas keluar, 'Min, ini mpok gua, baru dateng dari Cirebon, numpang istirahat sebentar sebelum nerusin ke Bekasi, rumah mertuanya. N'tar aku nggak pulang mau ngantar ke Bekasi ya?!', aahh.., lihai banget nih Jayus, ngibulnya bener-bener penuh fantasi.. Aku salaman sama 'Min' tadi. Saat bersalaman, salah satu jarinya dia selipkan ke telapak tanganku kemudian mengutiknya. Kurang ajar, batinku, rupanya dia tahu kalau si Jayus sekedar ngibul. Rupanya cara macam ini sudah saling mereka kenali. Rupanya kibulan tadi justru untuk aku. Untuk menyakinkan aku bahwa tempat ini aman untukku.

'Ayo bu, istrirahat dulu, mandi-mandi dulu, n'tar aku ikut ke Bekasi, biar nggak nyasar-nyasar', uuhh..tukang kibulku.. yang.. sebentar lagi akan aku jilati kontolnya.. Dan memang aku sudah jadi perempuan yang nekad, pokoknya harus bisa merasakan ngentot sama Jayus. Dan sekarang ini kesempatanya. Masa bodo dengan segala kibulan Jayus, masa bodo dengan tangan usil si 'Min' tadi.

Nggak tahunya aku dibawa ke loteng. Dengan tangga yang nyaris tegak aku mengikuti Jayus memasuki ruangan yang sempit berlantai papan dengan nampak bolong sana-sini. Dalam ruangan tanpa plafon hingga gentingnya yang rendah itu hampir menyentuh kepala, kulihat tikar tergelar. Dan nampak bantal tipis kusam di ujung sana. Kuletakkan barang bawaanku.

Tanpa menunggu ba bi Bu lagi Jayus langsung menerkam aku. Tangannya langsung memerasi bokongku kemudian susu-susuku. Akupun langsung mendesah.. Birahiku bergolak.. Darahku memacu..

Aku menjadi sangat kehausan.. Tanganku langsung membuka kancing celana Jayus kemudian memerosotkannya. Dalam dekapan dan setengah gelagapan yang disebabkan kuluman bibir Jayus, aku merabai selangkangannya. Kontol yang benar-benar gede dan panjang ini kini dalam genggaman tanganku. Aku keras dan liatnya, denyut-denyutnya. Kontol yang hanya terbungkus celana dalam tipis hingga hangatnya aku rasakan dari setiap elusan tangan kananku. Kami saling melumat. 'Bbuu, aku nafsu bangett bbuu..', aku dengar bisikan desah Jayus di telingaku. Hhheehh..

Kemudian tangan Jayus menekan pundakku supaya aku rebah ke tikar yang tersedia. Terus kami bergumul, dia menaiki tubuhku tanpa melepaskan pagutannya. Dan tanganku merangkul erat tubuhnya. Kemudian dia balik hingga tubuhku ganti yang menindih tubuhnya. Aku terus melumatinya. Lidahnya yang menjulur kusedoti. Ludahku di-isep-isep-nya.

'Bbbuu, aayyoo ..aku udah nggak tahan nihh..'. Sama. Nafsu liarku juga sudah nggak terbendung. Aku prosotkan sendiri celana dalamku tanpa mencopot roknya. Sementara itu ciuman Jayus telah meruyak ke buah dadaku. Wwwuu.. Aku menggelinjang dengan amat sangat. Bulu-bulu bewok dan kumis yang tercukur rasanya seperti amplas yang menggosoki kulit halus dadaku.

Dalam waktu yang singkat berikutnya kami telah sama-sama telanjang bulat. Jayus menindih tubuhku. Dan aku telah siap menerima penetrasi kontolnya ke vaginaku. Aku telah membuka lebar-lebar selangkanganku menyilahkan kontol gede Jayus itu memulai serangan.

Saat ujung kemaluannya menyentuh bibir vaginaku, wwuuhh ..rasanya selangit. Aku langsung mengegoskan pantatku menjemput kontol itu agar langsung menembusi kemaluanku. Sungguh aku menunggu tusukkan batang panas itu agar kegatalan vaginaku terobati.

Agak kasar tapi membuatku sangat nikmat, Jayus mendorong dengan keras kontolnya menerobos lubang kemaluanku yang sempit sekaligus dalam keadaan mencengkeram karena birahiku yang memuncak. Cairan-cairan pelumas yang keluar dari kemaluanku tidak banyak membantu. Rasa pedih perih menyeruak saraf-saraf di dinding vaginaku. Tetapi itu hanya sesaat..

Begitu Jayus mulai menaik turunkan pantatnya untuk mendorong dan menarik kontolnya di luang kemaluanku, rasa pedih perih itu langsung berubah menjadi kenikmatan tak bertara. Aku menjerit kecil.. tetapi desahan bibirku tak bisa kubendung. Aku meracau kenikmatan, 'Enak banget kontolmu kang Jayuss.. aacchh.. nikmatnyaa.. kontolmu Jayuss.. oohh.. teruusszzhh.. teruuzzhh.., uuhh gede bangett yaahh.. kangg.. kangg enakk..'

Genjotan Jayus semakin kenceng. Bukit bokongnya kulihat naik turun demikian cepat seperti mesin pompa air di kampung. Dan saraf-saraf vaginaku yang semakin mengencang menimbulkan kenikmatan tak terhingga bagiku dan pasti juga bagi si Jayus. Dia menceloteh, 'Uuuhh buu, sempit banget nonokmuu ..buu.., sempit bangeett.. bbuu enaakk bangett..'. Dan lebih edan lagi, lantai papan loteng itupun nggak kalah berisiknya. Aku bayangkan pasti si 'Min' dibawah sono kelimpungan nggak keruan. Mungkin saja dia langsung ngelocok kontolnya sendiri (onani).

Terus terang aku sangat tersanjung oleh celotehannya itu. Dan itu semangatku melonjak. Pantatku bergoyang keras mengimbangi tusukkan mautnya kontol Jayus. Dan lantai papan ini .. berisiknyaa.. minta ampun!

Percepatan frekwensi genjotan kontol dan goyangan pantatku dengan cepat menggiring orgasmeku hingga ke ambang tumpah, 'Kang .. kang.. kang..kang.. aku mau keluarrcchh.. keluarrcchh.. aacchh..', aku histeris. Ternyata demikian pula kang Jayus. Genjotan terakhir yang cepatnya tak terperikan rupanya mendorong berliter-liter air maninya tumpah membanjiri kemaluanku. Keringat kami tak lagi terbendung, ngocor.

Kemudian semuanya jadi lengang. Yang terdengar bunyi nafas ngos-ngosan dari kami. Dari jauh kudengar suara kodok, mungkin dari genangan air comberan di kebon.

Aku tersedar. Dirumah pasti suamiku gelisah. 'Kang Jayus, aku mesti cepet pulang nih ..', Dia hanya melenguh '..hheehh..'. Kulihat kontolnya ternyata masih tegak kaku keluar dari rimbunan hitam jembutnya menjulang ke langit. Apa mungkin dia belum puas?? Aku khawatir kemalaman nih. 'Ayyoo kang, pulang dulu.., kapan-kapan kita main lagi yaahh ..'.

Jayus bukannya bangun. Dia berbalik miring sambil tangannya memeluk tubuhku mulutnya dia tempelkan ke pipiki dan berbisik, 'Buu, aku masih kepingin..', 'Nggak ah.., aku kan takut kemalaman, nanti suamiku nyariin lagi'. 'Jangan khawatir bu.. Sebentar saja.. Aku pengin ibu mau ngisepin kontolku. Kalau diisepin cepat koq keluarnya dan aku cepat puas. Lihat aja nih, dianya nggak mau lemes-lemes. Dia nunggu bibir ibu nihh..'. Jayus menunjukkan kontolnya yang gede panjang dalam keadaan ngaceng itu. 'Ayyoo dong buu.., kasian khan .., bbuu..?!'. Dia mengakhiri omongannya sambil bangkit, menggeser tubuhnya, berdiri kemudian ngangkangin dadaku lantas jongkok. Posisi kontolnya tepat di wajahku. Bahkan tepat di depan bibirku. 'Aayyoo buu, isepin duluu.., ayyoo buu, ciumin, jilat-jilat..'. Aku jadi nggak berkutik. Aku pikir, biarlah, OK-lah, supaya cepat beres dan cepat pulang.

Kuraih kontol itu, kugenggam dan kubawa kemulutku. Aku jilatin kepalanya yang basah oleh spermanya sendiri tadi. Aku rasain lubang kencingnya dengan ujung lidahku. 'Aammpuunn.. Enakkbangett..', Jayus langsung teriak kegatalan.

Sambil tanganku mempermainkan bijih pelernya, kontol itu aku enyotin dan jilatin. Rupanya Jayus ingin aku cepat mengulumnya. Dan dia kembali mulai memompa. Kali ini bukan memekku tetapi mulutku yang dia pompa. Pelan-pelan tetapi teratur. Dan aku.., uuhh.. merasakan kontol gede dalam rongga mulutku.., rasa asin, amis, pesing dan asem berbaur yang keluar dari selangkangan, jembutnya, bijih pelernya.., nafsuku kembali hadir.

Dan pompa Jayus mencepat. Aku mesti menahan dengan tanganku agar kontol itu tidak menyodok tenggorokanku yang akan membuatku tersedak. Tidak lama ..

Tiba-tiba Jayus menarik kontolnya dan tangan kanannya langsung mengocoknya dengan cepat persis didepan muluku. 'Ayoo bu, minum pejuhku.. Buu, ayo makan nih kontolkuu.. Ayoo buu..minumm..buu.. Bbbuu..', kocokkan itu makin cepat. Dan reflekku adalah membuka mulut dan menjulurkan lidahku. Aku memang pengin banget, memang menjadi obsesiku, aku pengin minum sperma si Jayus. Dan sekarang ..

Entah berapa banyak sperma Jayus yang tumpah kali ini. Kurasakan langsung ke mulutku ada sekitar banyak kali muncratan. Dan aku berusaha nggak ada setetespun yang tercecer. Uuuhh.., aku baru merasakan. Gurihnya sperma Jayus mengingatkan aku pada rasa telor ayam kampung yang putih dan kuningnya telah diaduk menjadi satu. Ada gurih, ada asin, ada tawarnya.. dan lendir-lendir itu ..nikmatnyaa..

Saat pulang kuselipkan dalam genggaman si 'Min' lembaran Rp. 50 ribu. Mungkin semacam ongkos bungkam. Dia dengan senang menerimanya. Tak ada lagi jari ngutik-utik telapak tanganku.

Jayus menurunkan aku di belokkan arah rumahku. Aku beri Jayus lembaran Rp. 100 ribu, tetapi dia menolak, 'Jangan bu, kita khan sama-sama menikmati.., dan terserah ibu.., kalau ibu mau, kapan saja saya mau juga .. Tetapi saya nggak akan pernah mencari-cari ibu, pemali, n'tar jadi gangguan, nggak enak sama bapaknya khan?!'. Wah.., dia bisa menjaga dirinya dan sekaligus menjaga orang lain. Aku senang.

Sesampai di rumah ternyata suamiku tidak gelisah menunggu istrinya. Kebetulan ada tamunya, tetangga sebelah teman main catur. Aku cepat tanggap, 'Udah dibikinin kopi belum pak?!' ..yang terdengar kemudian .. Skak!
read more “Jayus, Tukang Ojek Sepeda ”

Tante Cantik Idamanku

Hi, nama saya Andreas, teman biasa memanggil saya "Andrew". Saya seorang expat (bule) yang telah lama tinggal di Jakarta, dan saya ingin bertanya kepada anda: Pernahkah anda memiliki fantasi seksual terhadap seorang wanita? Wanita itu dapat menjadi siapa saja! Bisa jadi guru anda di sekolah dulu, dosen di universitas, teman kerja, bos atau bawahan bahkan mungkin pembantu di rumah anda! Yang jelas wanita itu pasti memiliki sesuatu yang membuat nafas anda sesak setiap kali mengingatnya. Well, saya punya! dan percaya atau tidak, saya adalah salah satu lelaki beruntung diantara jutaan lelaki yang lain, mengapa? Karena anda akan menemukan bahwa segala impian dan fantasi seksual saya akan menjadi kenyataan. Dari dulu saya memang selalu menyukai wanita Asia, mungkin salah satu alasan mengapa saya mau ditugaskan oleh kantor saya di Jakarta, tempat yang tadinya saya tidak pernah tahu eksistensinya, tempat yang tadinya saya tidak tahu akan ada wanita seperti Yuli.
Hmmh, Yuli oh Yuli.. Dia memang tidak memiliki buah dada sebesar Pamela Anderson, tapi buah dadanya yang sedikit lebih besar dari kepalan tanganku selalu terbayang di dalam blouse kerjanya ditutupi bra hitam tepat di bawah leher panjang dan bahu indah warna kuning langsat khas wanita Asia. Yuli memang tidak memiliki postur tubuh seindah Cindy Crawford, tetapi pinggangnya yang kecil selalu menemani pinggul indah bak apel dan hmm.. pantatnya yang ranum selalu terbayang! Tak ketinggalan kaki kecilnya yang panjang bak peragawati menopang pahanya yang putih bersih ditutupi rok mininya yang sexy! Takkan habis hasratku menginginkan dirinya! Terbayang selalu diriku di atas tubuhnya yang ramping putih meremas buah dadanya! Menarik turun rok mininya! Dan memasukan alat kejantananku kedalam kemaluannya! Memompanya dengan cepat! Dan lebih cepat! Dan..


"Andrew?"
"Oh.. Hi! Yul.." dengan gelagapan aku menjawab sapaan Yuli yang entah telah berapa lama berada di hadapanku yang sedang melamun sambil minum sendirian di Hard Rock Cafe ini. He he, malunya aku!
"Andrew, kamu lagi ngapain di sini?" Sekali lagi dia menyapaku.
"Yul! Ngga sangka ketemu kamu di sini", jawabku cepat menutupi kagetku.
Yuli menjawab dengan senyuman sambil berkata: "Aku sih emang sering ke sini! Seneng deh bisa ketemu kamu, hihi.. kamu sendirian kan? Aku join kamu yah? yah?"
Sebelum sempat aku menjawab, Yuli telah menarik bangku dan duduk di sampingku, dan kuberpikir "Ya Tuhan betapa anehnya ini.."
Lalu selanjutnya kita berdua telah asyik berbicara ngalor-ngidul. Tak kusangka Yuli ternyata kuat minum. Pembicaraan kami diwarnai oleh pesanan baru yang selalu datang mengganti gelas cocktailnya yang mulai kosong. Sementara konsentrasiku untuk minum telah luluh-lantak dihancurkan sepasang bahu indah ditemani leher panjang di atas belahan dada putih milik Yuli, sang fantasi seksualku yang tiba-tiba datang menghampiri! Yuli malam ini memang lebih sexy dari biasanya ditutupi gaun sackdressnya yang berwarna merah menyala.
Dan kuberpikir lagi, "Oh Tuhan mimpi apa aku semalam?"

Tak terasa jam telah menunjukkan pukul 3 pagi. Dari cara Yuli berbicara dan raut mukanya, kutahu bergelas-gelas cocktail yang Dia minum telah memberikan hasil sesuai yang diinginkannya. Yuli mabok. Tidak ada hal lain yang dapat kulakukan selain meminta kunci mobilnya dan memaksa untuk mengantarnya sampai di rumah. Yuli tidak melawan dan dengan pasrah masuk ke dalam mobil di kursi penumpang depan.
Kumulai menyupirkan mobilnya sampai tiba-tiba Yuli berkata, "Drew! Aku nggak bisa pulang lagi mabok kaya beginih.. Ke rumah kamu aja yahh.. aku tidur rumah kamu dulu boleh kan Drew?"
Aku berpikir "Terima kasih Tuhanku!"

Setibanya di apartemenku, kubimbing dia ke kamar tidurku, Yuli langsung duduk di tempat tidur.
Tersenyum aku sambil mencopot sepatunya, kuberpikir "Ya Tuhan betapa indah dan sexynya sepasang kaki putih laksana kapas ini.. dan hmmh.."
Tiba-tiba terdengar bisikan yang berkata, "Jangan Andrew! Dia mabok! Kamu nggak boleh mempergunakan kesempatan! Itu tidak gentleman!"
Lalu, "Man! lihat betapa sexynya pundak si Yuli, lehernya.. pahanya.. Ohh"
Dan, "Andrew! Kamu bukan orang seperti itu!"
Lalu, "Ingat Andrew! Kapan lagi kamu punya kesempatan seperti ini, jangan bodoh!"
"Sial!!" dalam hatiku.
Ada seorang wanita cantik dan sexy, idamanku, fantasy seksualku, duduk di tempat tidurku dan aku malah bingung harus gimana.
"Sial! Sial! Sial!"

Ketika aku sedang sibuk sendiri dengan pikiranku, tiba-tiba, "Andrewhh.. sini Andrew.. Hhh" rintih Yuli.
Tanpa berpikir dua kali aku mendekat seperti anak buah dipanggil majikan dan berkata, "I.. Iya Yul.. Ada yang kamu mau? Air putih mungkin?"
"Aku mau kamuhh, Andrew sayanghh.." Yuli menjawab.
"Deg!" tak kuasa kutahan degup jantungku yang semakin menderu-deru.
Belum sempat kuberpikir lebih lanjut, kulihat jari-jari mungil Yuli telah berada di ikat pinggangku bersamaan dengan tangan putih berbulu halusnya.
"Aku ingin kamu Andrew.. "
Sekali lagi Yuli membuka bibirnya yang basah dan ranum memerah, "Iya Andrewhh.. malam ini!" Yuli meneruskan desahannya.
"Tapi.. Yul.." belum sempat kuhabis berucap, tiba-tiba jari-jari mungil tadi dengan perlahan membuka ikat pinggangku dan dengan bantuan lengan yang indah berbulu halus tadi menarik turun celana blue jeansku dengan mudah tanpa perlawanan dariku.
"Ohh Yuli.. Aku tak tahu ini benar dilakukan atau.." jawabku.
"Ssst.. Aku selalu ingin tahu bagaimana rasanya dengan orang putih sepertimu Andrew.. " Yuli memotong, dan mulai menarik turun celana dalamku.
"Hmmh, memang Punyanya bule sepertimu lebih besar dari pada orang kita."

Yuli dengan genit memandangi alat kemaluanku yang memang sudah mulai mengeras. "Yul.." Aku yang merasa harus mengatakan sesuatu.
Kembali dipotong olehnya sambil berkata, "Kamu harus tau kehebatan cewek Indonesia Drewhh.. mmhh," sambil berkata demikian Yuli mendekatkan wajah cantiknya ke jantananku dan sambil mengedip-ngedipkan bulu matanya yang panjang dan lentik .
Yuli mulai mengecupnya, "Mmmuuah.. cup.. cup.." Bibirnya yang merah ranum mulai menjelajahi kepala kejantananku yang mulai mengeras dan terus mengeras.
"Aku belum pernah dengan barang segede gini.. hihi," godanya genit dan kali ini menjulurkan lidahnya ke batang kemaluanku dari bawah kembali ke atas menyentuh kepala kejantananku lagi.
"Mmmhh," godanya lagi.
"Shh.. hh," aku cuma bisa mendesis, tak terbayang betapa terangsangnya aku oleh kejadian ini!
Dan, "Emmhh," Yuli memasukkan setengah alat kejantananku kedalam mulutnya yang mungil, dan kepalanya mulai bergerak naik turun secara perlahan.
"Ughhooghh.. Yuli! yeah!" Aku merintih menahan rasa nikmat dari mulut Yuli yang basah dan hangat.
Yuli sejenak menarik keluar kejantananku dari mulutnya dan berkata, "Emm.. Enak nggak sayang?"
Lalu kembali melumat dan menghisap kejantananku kali ini dengan ritme yang lebih cepat, "Mmm.. mm..mm.."

"Arrgghh!! Yuli! Oh Yuli.." Aku mulai mengerang agak keras karena merasakan lidah halus Yuli bergerak-gerak di dalam mulutnya yang hangat sementara kepala Yuli terus bergerak naik turun bertambah cepat.
"Ouugghh!!" Kali ini aku tidak dapat menahan hasrat yang meluap-luap di dalam diriku.
Kutarik turun gaun sackdress yang dipakainya sehingga terlihat punggung putih mulus berbulu halus sedikit tertutup oleh rambutnya yang panjang dan hitam lebat. Yuli tidak memakai bra. Kemudian kuteruskan lagi menarik turun sampai terlihat celana dalam putih tipis berenda yang membalut pantat putih kemerah-merahan yang ranum. Lalu kujulurkan tanganku yang panjang mencoba meraih liang kewanitaan yang tersembunyi di bawah pantat ranum putih miliknya. Dan tersentuh olehku daging halus sedikit berbulu yang telah basah oleh cairan lubrikasi tanda siap untuk bercinta!

"Ohh Yuli.. hh kamu sudah basah," ku bertutur terbata-bata.
"Hmm.. hmm.." Kata-kataku dijawab Yuli dengan hisapan yang lebih cepat dan liar terasa cepat melumat seluruh batang kejantananku.
"Ghhaahh.. Yuli!!" Aku kembali mengerang dan mulai menggerak-gerakkan jari-jariku di bagian apa saja dari liang kemaluannya yang dapat kuraih! Trus dan trus kujulurkan jariku sampai menyentuh klitorisnya.
"Mmmhh!" Kali ini terasa reaksi dari Yuli karena Ia mengerang keras sambil membalas dengan mempercepat hisapan dan lumatannya ke batang kejantananku.
"Urrghh!! hmm," aku tidak mau kalah dan kembali membalas dengan menggetarkan secara cepat sekali jariku di atas klitorisnya!
"Uoohh.. ohh," tak tahan Yuli mengeluarkan kejantananku dari dalam mulutnya, merintih dan mulai menggenggam batang kejantananku dan mengocok cepat naik turun.
"Uhh.. mmhh.. ohh.. yeahh!!" Berdua kami mengerang, merintih, menikmati sentuhan masing-masing sampai akhirnya Yuli tiba-tiba mendekatkan mukanya kepadaku. Yuli mulai menciumi dan melumat bibirku dengan bibirnya yang merah basah.

Kubalas ciumannya sambil kupeluk dan kuelus punggung mulus dan rambutnya yang tergerai di belakang.
"Hmmhh.." Sambil berciuman, Yuli merentangkan kedua kaki mulus jenjangnya dan naik keatas ku.
"Sekarang Andrewwhh.. hh.. hh.. ambillah aku sekaranghh.." Yuli berkata dengan nafas memburu sambil menatap lekat wajahku dengan paras cantiknya.
Dengan penuh nafsu kutarik turun celana dalamnya dan kupegang batang kejantananku dengan tangan kanan, juga selangkangan Yuli dengan tangan kiri. Lalu mulai memasukkan dengan perlahan kepala kejantananku kedalam liang kemaluannya yang merah menyala basah ditumbuhi rambut-rambut hitam halus indah di atasnya.
"Hoohh.. sshh," Yuli mendongak ke atas sambil memejamkan matanya dan mendesis merasakan kenikmatan penetrasi kepala kejantananku di lubang kemaluannya yang lalu kusambut dengan memasukkan batang kejantananku lebih dalam lagi. "Bles!"
"Uhh.. yeah!! Andrewhh!"
"Ohh Yulihh.." sambil kuangkat badan Yuli sedikit dan kulepas lagi sehingga naik turun di atas badanku.
"Ouurgghh.. ahh.."

Kali ini Yuli mengerang semakin keras dengan raut wajah sedikit meringis sambil berkata lagi, "Terus Andrewhh.. gerakin lagi lebih cepat shh.. mmhh.. yeahh.."
Terus terang tidak mudah bagiku untuk bergerak cepat memompa Yuli naik turun di dalam jepitan kewanitaannya yang sempit dan hangat seolah ingin menyedot seluruh kejantananku masuk ke dalam.
"Ohh.. mm.. mmhh.. shh.. yeahh.." Yuli tanpa henti-hentinya merintih, mengerang dan menggeram mesra seiring kunaikkannya kecepatan tubuhnya yang mulai basah berkeringat naik turun di atasku sambil kubenamkan terus lebih dalam kejantananku ke dalam liang kemaluannya yang semakin hangat terasa meremas-remas dan memijat-mijat kejantananku.
"Ohh Yuli .. ohh kamu suka sayanghh?" Aku bertanya di sela-sela rintihan, buruan nafas dan erangan kita berdua.
"Hhh.. Cepat lagi sayanghh.. mmhh. cepat lagihh!" Rintih Yuli semakin bersemangat dan mulai menggerak-gerakan pinggul mulus sexynya dengan gerakan erotis kekiri dan kekanan yang membuat liang kemaluannya semakin sempit hangat membara, menyedot dan memuntahkan kuat kejantananku keluar masuk semakin cepat dan keras.

"Arrgghh!! Yeahh!" Geramku sambil membalas dengan menggenjotkan pantatku ke atas untuk membantu kejantananku menghunjam dan menusuk lebih dalam lagi.
"Uhh.. ahh. ahh.. ahh.. ohh.. uuhh.. uhh.. uhh..urrgghhaa!" Jerit Yuli menyambut genjotan hebat yang kuberikan kepadanya tanpa henti sehingga terlihat wajah cantik Yuli memejamkan kedua matanya lalu meringis hebat sambil menggigit bibir bawah yang merah basah.
"Mmmhh!!" dan membuka mulutnya lagi "Uuuhh!!" Terasa seluruh tubuhnya menggelinjang, bergetar hebat menuju puncak kenikmatan dan orgasme berulangkali yang kuberikan kepadanya tanpa ampun. Terasa sakit genggaman jari-jemarinya yang mungil sedikit mencakar dan menggengam keras di kedua pundakku diikuti dengan seluruh tubuhnya menegang dengan seketika. Akhirnya, "Serr!" Terasa cairan hangat mengguyur batang kejantananku yang sedang memompa keras di dalam liang kemaluannya. Yah! Puncak orgasme. Yuli telah mencapainya.
"Uuuoohh.. hoh.. hh.. hh.. hoh.. hohh.. hh," terengah-engah nafas Yuli memburu.
Seluruh tubuhnya yang putih indah telah habis basah kuyup oleh keringatnya, tidak ketinggalan rambutnya yang juga tidak kalah basah. Terasa tegang tubuhnya berkurang. Genggamannya melemas, dan tubuhnya jatuh lemah lunglai di atas tubuhku yang juga telah basah kuyup diguyur keringat.
"Hhh..hh..hh.. mmhh kamu emang hebat Andrew.. aku belum pernah merasa sepuas ini oleh lelaki sebelumnya.." Tutur Yuli.

Saya kira tidak perlu saya ceritakan lagi apa yang terjadi seterusnya, karena cerita ini bukan mengenai diriku, melainkan mengenai fantasi seksualku, di mana saya berharap andapun akan mengalami hal yang serupa dengan fantasi seksual anda.

Tamat
read more “Tante Cantik Idamanku ”

Pantylover

Aku adalah seorang mahasiswa semester 3 di sebuah perguruan tinggi swasta di kota B. Sudah 2 tahun belakangan ini aku kost disebuah rumah deket kampus. Ditempat kostku dengan puluhan kamar dan bercampur pria dan wanita membuatku sangat betah tinggal di tempat ini. Apalagi aku cukup akrab dengan teman-teman wanita di kost, jadi mereka tidak pernah menaruh curiga terhadap kelakuanku yang aneh di belakang mereka. Setidaknya begitulah yang aku harapkan.

Tetapi bukan kisah di kostku yang akan aku ceritakan, karena kisah ini terjadi di rumah Mbak Dewi. Aku memanggilnya Mbak karena dia adalah istri tetanggaku di kotaku, dan aku cukup akrab dengan Mas Andi. Mas Andi sering memanggilku untuk datang ke rumahnya, kalau ada hal hal yang memerlukan bantuanku, ngebenarin genteng, mindahin lemari dan hal hal semacam itu. Mereka cukup baik kepadaku. Hanya mereka belum dikaruniai momongan. Dari yang kutahu dari Mas Andi adalah mereka memang sengaja belum mempunyai anak karena mereka sama sama sibuk, Mas Andi bekerja di salah satu konsultan engineering dan setahun belakangan ini ditempatkan di luar pulau, membuat dia jarang pulang kerumah, sementara Mbak Dewi sebagai akuntan di salah satu garmen membuatnya selalu sibuk.

Kehidupan mereka cukup mapan. Dirumah mereka di salah satu komplek cukup terkenal hanya ditemani seorang pembantu, Bik Lastri. Karena alasan inilah Mas Andi jadi sering menyuruhku main ke rumahnya disaat dia sedang berada diluar kota, kadang Mbak Dewi sendiri yang nelpon aku nyuruh kerumah, ngebenarin komputer, nungguin rumah dan lain lain. Seperti saat itu, hari jumat, aku lagi males-malesan dikamar kost ketika Mbak Dewi nelpon dari kantornya, katanya komputernya rusak dan nyuruh aku kerumahnya. Dengan senang hati aku berangkat kerumahnya dan mendapati Lastri sedang bersih bersih halaman. Setelah basa basi sedikit dengan Lastri aku langsung masuk dan menuju kamar Mbak Dewi.

Harum kamar Mbak Dewi menyambutku di kamarnya, wow.. benar benar terasa lembut di penciumanku. Aku memperhatikan isi kamarnya, ditata sangat rapi, tidak ada barang-barang yang berantakan, semua berada pada tempatnya. Sambil menunggu komputernya nyala aku menuju kamar mandi dikamarnya, ini adalah hal yang selalu aku lakukan setiap kali ke rumahnya. Biasanya kalau ada Mbak Dewi atau Mas Andi aku pura pura ingin kencing atau cuci muka agar bisa masuk kamar mandi. Dan kalau aku beruntung aku akan menemukan tumpukan pakian kotor dalam keranjang di kamar mandi yang belum sempet diberesin Lastri. Tampaknya hari ini aku tidak beruntung karena ketika aku buka pintu dan mataku menuju keranjang ternyata kosong, mungkin sudah diambil sama pembantunya.

Hampir aku menutup kembali pintu dan meneruskan pekerjaanku ketika secara tidak sengaja saat aku buka pintu dari atas gantungan dibelakanga pintu jatuh sebuah daster biru muda. Wow.. Aku bersorak dalam hati, ternyata aku masih beruntung hari ini, aku memungut daster yang jatuh dari lantai. Jantungku langsung berdetak kencang saat aku memegangnya dan mendekatkan ke hidungku, ugh.. aku menciumnya, aromanya benar benar khas. Aku tidak akan pernah lupa aroma itu. Bahan daster yang lembut aku tempelkan ke wajahku. Ah.. aku benar benar menikmatinya.

Hal ini benar benar membuat gairahku memuncak. Dan alangkah senang hatiku ketika mengetahui bahwa digantungan itu bukan hanya daster tapi sepasang bra dan CD. Dengan pura pura jongkok dikamar mandi, aku menyimpan kembali daster itu di gantungan dan aku ambil CD warna merah berenda dari gantungan.
Uch..
Memandangnya saja membuat adikku gemeteran, aku tidak tahu bahannya terbuat dari apa, tapi saat disentuh itu sangat halus dan lembut. Aku memandangi CD itu dengan seksama, masih bersih banget, saat aku melihat di bagian tengahnya, aku tidak menemukan warna lain. Aku mencium CD itu dan menghirup aromanya. Dan aroma itu benar-benar masuk ke otakku dan mengalir ke aliran darahku. Aku konak banget saat itu. Aku menciumi CD Mbak Dewi sambil remes-remes adikku. Aku memasukkan CD itu ke kepalaku dan memandang wajahku di cermin besar disampingku, wow..

Aku benar benar menikmati saat saat itu. Inilah yang aku sebut perilaku aneh pada diriku, aku sangat horny saat berhadapan dengan daleman wanita, terutama yang sexy, bahkan kalau di kost, aku sering mengambil jemuran teman wanita dan membawanya ke kamar dan menikmatinya di kamar, kadang aku memakainya dan bermasturbasi dengan CD itu. Saat aku memakainya, terasa sangat lembut di kulitku dan kelembutan itu mengalir dalam darahku membuat aku horny. Bahkan tidak jarang dengan tidak membuka CDnya aku bermasturbasi dan membiarkan adikku muncrat di CD itu dan kemudian menyimpannya kembali di jemuran.

Hal ini sudah berlangsung sejak aku kuliah. Mungkin ini adalah salah satu perilaku aneh, tapi bagiku ini adalah suatu kenikmatan, dan aku tidak menjadikannya sebagai sebuah kebiasaan, tetapi hanya kebutuhan. Untuk memenuhi kebutuhan inilah kadang aku harus "meminjam" punya teman-teman cewekku sekalipun dari jemuran. Bahkan aku pernah mencuri daleman Mbak Dewi dari kamarnya dan menyimpannya di kamarku. Dengan CD Mbak Dewi aku selalu berfantasi sambil bermasturbasi dikamarku saat libidoku sedang tinggi.

Sadar bahwa Lastri ada diluar, buru buru aku menenangkan diri dan menyimpan kembali daleman itu pada tempatnya dan pura pura siram WC seolah olah aku habis pake kamar kecil. Dengan raut wajah sebiasa mungkin aku keluar dari kamar dan ngelongok dari jendela, ternyata Lastri Masih aktif dengan pekerjaannya. Aku kembali Masuk kamar dan mulai otak atik komputernya Mbak Dewi, tapi dari yang aku tahu, ternyata komputernya baik-baik aja kok, tidak ada masalah apa-apa, semuanya beres.
"Mbak Dewi, komputernya ngga apa apa kok Mbak, bagus kok."
"O gitu ya Her, syukurlah kalau bagus, tapi tolong dilihat hardisknya Her, kayaknya kepenuhan deh."
"Emang diisi apa Mbak, sampe penuh?"
"Nggak tahu juga, tapi tadi malam pas Mbak pake, kayaknya penuh deh, coba kamu check aja dulu, nanti Mbak telpon lagi, ok."
Suara Mbak Dewi dari seberang sana dan aku menutup telpon. Saat hendak kembali ke kamarnya Mbak Dewi, aku memperhatikan Lastri yang berada di lantai atas, aku buru buru masuk kamar dan langsung ke kamar mandi, dan kembali dengan 'privat pleasure'ku. Aku kembali mengambil CD Mbak Dewi dan mengusap-usapnya ke wajahku, juga branya, aku ciumin berulang ulang, benar benar memberi kenikmatan kepadaku. Setelah merasa cukup puas aku simpan dan kembali dengan pekerjaanku.

Aku meng explore komputernya Mbak Dewi dan ngechek isi hardisknya, masih sangat banyak sebenarnya space yang kosong. Jadi tidak ada alasan untuk penuh. Iseng-iseng aku list file yang berukuran paling gede, ah.. ternyata ada file music.dat berukuran 600-an mega. Dari nama file dan extensionnya kepalaku langsung tertuju kalau itu adalah movie. Soalnya selama ini di kost kalau nyetel bokep, nama filenya kayak gitu-gitu juga. Dengan media player aku coba kepenasaranku, dan.. ternyata benar!

Tampilan awalnya yang warning dengan fbi segala membuat aku langsung yakin bahwa itu adalah bokep, dan saat aku memforwardnya, itu memang benar benar bokep, asli bokep. Jadi deh nonton bokep dulu, aku kunci kamar dari dalam dan mulai menikmati suguhan film itu, adegannya engga ada yang aneh sebenarnya, seperti biasa aja, tapi mungkin karena situasi dan kondisi yang membuatku sangat konak saat menikmati film itu. Setelah yakin pintu terkunci, aku kembali ambil CD dan bra Mbak Dewi dari kamar mandi, dan aku duduk sambil pelorotin celanaku, aku menikmati bokep itu sambil usap usap adikku dengan memakai CD dan bra Mbak Dewi. Semakin lama rasanya semakin deket aja adikku, sudah terasa hangat banget, mungkin karena gesekan bahan CD yang sangat halus membuat adikku engga kuat berlama lama. Aku sudah berpikir untuk mengeluarkannya di kamar mandi, ketika tiba tiba kring telpon di luar mengagetkan aku setengah mati. Aku langsung lompat ke kamar mandi simpan daleman Mbak Dewi dan pake kembali celanaku.

Kemudian terima telpon walaupun napas Masih belum teratur.
"Gimana Her, udeh di check semuanya?, ada yang rusak engga?" suara Mbak Dewi terdenger merdu sekali di telingaku.
"Enggak kok Mbak, udeh di check semua, tapi emang ada satu file yang gede banget, tapi itu enggak mengganggu kok, jadi engga usah dihapus, biarin aja, hardisknya masih banyak kok, Mbak tidak akan terganggu, sekarang udah baik lagi kok komputernya" aku mencoba menjelaskan dengan terbata-bata.
"File apaan bisa gede banget Her, Mbak nggak pernah nyimpen file yang gede kok?" Mbak Dewi ingin tahu.
"Ada movie di hardisknya Mbak, tapi kalau mau dihapus juga enggak apa apa kok" aku agak gugup juga.
"Movie apaan Her, kok bisa, gini aja Her, kalau kamu mau pulang, pulang aja dulu, nanti malam dateng lagi ya, kalau mau makan, makan aja dulu."
Lega hatiku saat menutup telpon. Sekalipun aku sering mencuri CD Mbak Dewi, aku sangat menaruh hormat kepadanya, aku selalu bersikap sopan kepadanya, tidak pernah aku memikirkan hal yang bukan bukan tentang dia kecuali saat aku berfantasi dengan CDnya. Selain dari itu aku sangat menghormatinya sebagai orang yang lebih tua dariku. Juga sebagai orang yang sering berbuat baik kepadaku, tidak sepantasnya aku berpikir yang bukan-bukan tentang dia. Dan setelah ngeberesin kembali komputernya dan pamit ke Lastri aku siap pulang. Aku tidak tahu apakah selama ini Mbak Lastri tahu atau tidak atas kelakuanku ini, tetapi dari yang aku tahu tidak pernah tahu kok, karena setiap aku beraksi aku selalu kembali menyimpannya pada tempatnya, kecuali CDnya yang pernah aku curi 2 biji dari lemarinya, mungkin dia nyari-nyari, tapi banyak sekali kok koleksi CDnya, bagus bagus lagi, masa dicariin hilang 2 biji. Jangan jangan dia sudah lupa malah.

Jam 7 tepat aku sudah ada di rumah Mbak Dewi lagi. Aku diajak makan malam, minum kopi dan ngerokok bareng, ngobrol tentang kuliahku dan macam-macam hal lainnya. Mbak Dewi terlihat cantik seperti hari biasanya, dengan pakian santai dirumah, kaos oblong dan celana pendek gombrang, tetap tidak menghilangkan pesona di wajahnya. Tetapi seperti yang aku sebutkan diatas, aku selalu berusaha menaruh hormat kepada Mbak Dewi, aku selalu mencoba bersikap seolah tidak ada apa apa.
"Mau lagi kopinya her?" kata Mbak Dewi sambil ngembusin asap rokoknya ke arahku.
"Enggak Mbak, nanti aja lagi" aku agak kikuk.
"Komputernya gimana Her, coba diperiksa lagi yuk, file apaan sih yang gede, jangan-jangan nanti malah ngerusak lagi."
"Eh, iya iya Mbak" aku beranjak mengikut Mbak Dewi ke kamarnya.
"Coba idupin aja dulu" katanya menyuruhku duduk di depan komputer, sementara dia masuk ke kamar mandi di kamarnya.

Selama ini aku belum pernah berduaan di kamarnya dengan Mbak Dewi, kalaupun berdua itu bukan malam-malam seperti ini. Terdengar suara cipratan air dari dalam kamar mandi, aku bertanya tanya, sedang apa yah Mbak Dewi di dalam. Tapi aku menepiskan pikiran seperti itu. Aku ingat bawah tadi sore aku menikmati CDnya di kamar mandi, jangan-jangan dia tahu kegiatanku tadi. Tidak lama kemudian Mbak Dewi keluar dari kamar mandi dengan balutan handuk gede,
"Kamu keluar dulu, Mbak mau ganti pakaian dulu."
Aku sempet ngelirik tubuh Mbak Dewi yang putih mulus, wanginya menggairahkan sekali saat dia keluar dari kamar mandi. Aku kemudian ikut nonton tivi di ruang keluarga bersama Lastri, kemudian nyusul Mbak Dewi dengan daster yang tadi sore ada di kamar mandi. Kami nonton tivi bertiga sambil ngobrol.

Kemudian Mbak Dewi berkata, "Her, coba lihat dulu komputernya, apanya sih yang bikin hardisk penuh, entar kamu kemalaman pulangnya."
Aku Masuk lagi kekamarnya dan duduk di depan komputernya, aku enggak tahu mau ngelakuin apa, aku hanya buka explorer dan hanya lihat-lihat file yang tidak akan mengubah apa apa. Saat itu aku ingat lagi "privat pleasure"ku, dan dengan perlahan lahan sekali aku menuju kamar mandi, jantungku berdegup tidak karuan ketika didalam aku menemukan sepasang lagi daleman Mbak Dewi yang baru diganti saat dia selesai mandi. Aku sangat gemeteran saat itu, aku cium tanpa menyentuhnya, dan menjilati bagian bagian CDnya, ahh fresh banget.. adikku ngaceng banget saat itu.

Tidak puas tanpa merabanya, aku mengambil CD itu dan memasukkannya ke dalam kepalaku jadi tepat belahan tengahnya berada di mulutku, aku melihat diriku di cermin aku terangsang banget saat itu, takut aksiku ketahuan, karena ini benar benar nekat, aku keluar dari kamar mandi dan kembali duduk di depan komputer. Nafasku masih tidak teratur sama sekali, aku gemeteran. Aku otak atik lagi komputernya, pura-pura ada yang tidak beres. Kira-kira setengah jam kemudian, aku mendengar langkah kaki menuju kamar, aku tahu itu pasti Mbak Dewi, jantungku makin kencang, "File apaan sih Her, yang gede?" kata Mbak Dewi setelah duduk di deket aku "coba lihat movie apaan sih."
Aku sangat kikuk saat itu, tapi aku tetap harus memberitahunya.
"Ini Mbak, sama Mbak Dewi aja dilihatnya yah, malu" aku tahu saat itu mukaku pasti memerah. Aku mempersilakan Mbak Dewi duduk di tempatku, tapi dia malah masuk ke dalam kamar mandi, aku kaget sekali, aku takut aksiku tadi ketahuan sama dia. Kedengerannya dia hanya cuci tangan, kemudian keluar lagi.
"Mana Her, coba Mbak mau lihat," katanya.

Aku buka media player dan movienya pun berjalan.
"Film apaan sih Her, kamu dapet darimana," nadanya tegas ketika adegan bungil itu mulai berlangsung.
"Enggak tahu Mbak, tapi emang ada di komputer Mbak Dewi," aku gugup sekali saat menjawabnya.
"Ah yang benar.." Mbak Dewi senyum ke arahku dan kembali menikmati film itu.
Saat itu aku benar-benar tidak tahu harus berbuat apalagi ketika tiba tiba Mbak Dewi berkata, "Kamu nggak usah pura-pura Her, Mbak Dewi tahu kok, kelakuan kamu selama ini, Mbak kehilangan CD, Mbak tahu kamu yang ambil, Mbak simpan di kamar mandi, begitu Mbak lihat lagi, posisinya udeh berganti, siapa lagi kalau bukan kamu?"
Hah.. panas terasa ke seluruh tubuhku, malu banget rasanya.
read more “Pantylover ”

Mbak Lisna, Wanita Kesepian

Kisah berikut ini adalah sebuah kejadian nyata dan merupakan pengalaman yang tak mungkin dapat kulupakan seumur hidupku. Memang nama-nama tokoh dan tempat di alam kisah ini sengaja kusamarkan, tapi urutan kejadiannya bukanlah khayalan atau hasil rekaan imajinasiku semata. Ceritanya mengenai hubungan affair-ku dengan seorang wanita bersuami sekitar tahun 1995 yang lalu dan berlangsung selama 3,5 tahun.

Ketika itu usiaku 25 tahun dan aku bekerja pada sebuah perusahaan asing yang beroperasi di luar Jakarta selama 24 jam sehari, sehingga ada bagian tertentu di kantor pusat yang bertugas dalam 3 shift untuk memonitor kegiatan operasi di lapangan dan aku adalah salah satu pegawainya.

Pada suatu hari ketika sedang tugas malam, aku menerima telepon kesasar sampai 3 kali dari seorang wanita. Akhirnya karena jengkel, timbul keinginanku untuk iseng-iseng menggodanya serta mengajak berkenalan yang ternyata ditanggapinya dengan antusias sampai tidak terasa kami mengobrol selama 1,5 jam di telepon.

Wanita itu memperkenalkan namanya sebagai Lisna (aku memanggilnya Mbak Lis), berusia 34 tahun dan telah bersuami serta mempunyai tiga orang anak. Suaminya seorang pejabat di sebuah instansi pemerintah berusia 48 tahun yang menikahi Mbak Lis ketika dia berusia 18 tahun dan baru lulus SLTA. Anak pertamanya perempuan berusia 15 tahun.

Sejak saat itu aku tidak pernah lagi merasa jenuh dan sepi bila sedang tugas malam karena Mbak Lis sering meneleponku walau hanya sekadar untuk mengobrol saja. Menurut pengakuannya, Mbak Lis merasa kesepian karena sering ditinggal suaminya bertugas ke luar kota dan dia mengetahui suaminya punya simpanan di luar.

Sebagai orang dewasa, pembicaraan kami juga sering menyerempet hal-hal yang agak miring. Kalau sudah begitu, biasanya nada bicara Mbak Lis berubah menjadi sedikit berbisik berat seperti orang bangun tidur sementara aku enjoy dengan kesendirianku di ruang kantor yang dingin ber-AC.

Tak terasa tiga bulan sudah kami bertelepon ria tanpa pernah bertemu muka dan selama itu selalu dia yang meneleponku ke kantor ataupun ke rumah karena aku tidak pernah diberi nomor teleponnya (katanya dia takut ketahuan suaminya).

Suatu siang Mbak Lis menelepon ke rumahku dan mengajakku nonton film, mulanya aku ragu karena merasa belum siap untuk bertemu. Aku berdalih bahwa badanku masih letih karena habis tugas malam, tetapi Mbak Lis tetap memaksa dan meminta bertemu sorenya supaya aku bisa istirahat dulu. Aku lalu menyanggupinya karena tidak mau mengecewakan dia.

Jam 14:30 sehabis mandi, Mbak Lis meneleponku lagi dan kami janjian untuk bertemu di sebuah bioskop dengan tidak lupa memberitahukan ciri masing-masing. Sesampainya di bioskop aku sempat dibuat kesal karena tidak kujumpai wanita dengan ciri-ciri seperti yang dikatakan Mbak Lis, wah jangan-jangan dia mau ngerjain aku nih.

Setelah hampir 1 jam menunggu, tiba-tiba aku merasakan sebuah tepukan ringan di punggungku. Dan ketika aku berbalik, tampak Mbak Lis sudah berdiri di belakangku dengan senyumnya yang membuatku terpana.

"Bayu ya?" sapanya sambil mengulurkan tangan.
"Ya, mm.. Mbak Lis..?" aku balas bertanya agak tergagap sambil menyambut tangannya. Ah, betapa halus dan lembutnya tangan itu.
"Maaf ya terlambat, soalnya macet sih.." katanya kemudian.
"Nggak apa-apa kok Mbak, saya juga belum terlalu lama menunggu", jawabku berbohong sambil mataku tak lepas menatapnya. Rasa kesalku segera hilang setelah melihat Mbak Lis yang tampak anggun itu.

Sosok tubuh Mbak Lis sedang-sedang saja, tingginya 158 cm, berat sekitar 45 kg, kulitnya kuning halus dan rambut hitam bergelombang sebahu. Wajahnya ayu memancarkan kelembutan seorang ibu dan kalau berbicara ramah sekali dengan selalu diiringi senyum yang tak pernah lepas dari bibir mungilnya yang tipis. Dia tampak begitu anggun (dan seksi) dengan setelan blus ketat sutra hijau muda berlengan pendek dan celana panjang katun hijau lumut yang menampakkan bulu-bulu halus di tangannya dan lekuk tubuhnya yang sintal. Aku rasanya seperti kehilangan kata-kata untuk berbicara, sampai akhirnya Mbak Lis yang memulai lagi.
"Kita makan dulu yuk, kamu pasti belum makan. Kebetulan di dekat sini ada restoran ayam bakar yang enak lho", ajaknya sambil menggandeng tanganku.

Kami makan dengan santai sambil berbincang-bincang disertai gurauan yang kadang membuat kami tertawa terpingkal-pingkal. Kulihat Mbak Lis sudah bisa berbicara lebih lepas sehingga suasana kakupun berangsur-angsur hilang.

Sehabis makan kami kembali ke gedung bioskop dan setelah membeli tiket kami menyempatkan waktu untuk melihat gambar-gambar film yang ada di lobby bioskop sambil tetap bergandengan tangan. Tapi kali ini Mbak Lis lebih merapatkan tubuhnya ke tubuhku dengan cara memeluk lenganku bahkan terkadang dia bersikap lebih berani dengan memeluk pinggangku, secara refleks aku pun membalas dengan merangkul bahunya atau memeluk pinggulnya.

Sentuhan bagian depan tubuh Mbak Lis membuat naluri kejantananku tergugah, apalagi ketika kulihat kancing paling atas blus yang dikenakannya sudah terbuka (aku tidak tahu kapan dia membukanya). Tampak belahan sepasang bukit yang mulus mengintip dari balik BH-nya membuat darahku berdesir dan tatapan mataku seakan tak mau lepas darinya.

Ketika pengumuman tanda dimulainya jam pertunjukan terdengar, kami pun memasuki gedung bioskop untuk mencari tempat duduk yang sesuai dengan nomor kursi yang tertera di tiket (sengaja aku memilih tempat duduk di deret paling belakang). Mbak Lis duduk di sebelah kananku sambil tangan kirinya menggenggam dan sesekali meremas tangan kananku.

Tak lama kemudian lampu bioskop dipadamkan dan film dimulai, kami nonton dalam keadaan diam tanpa mengeluarkan sepatah katapun. Kira-kira 10 menit berlalu, Mbak Lis menyandarkan kepalanya di bahuku dan tangan kanannya menarik tanganku ke wajahnya. Diusapkannya jari-jariku ke pipinya, ke telinganya lalu ke bibirnya sambil memberikan kecupan ringan di setiap jari-jariku. Ketika aku sedang menatap wajahnya yang tertunduk menciumi jari-jariku, Mbak Lis menengadah dan balas menatapku. Mata kami saling menatap dalam jarak yang sangat dekat, kemudian kuberanikan tanganku mengangkat dagunya dan mencium bibirnya yang tipis. Mbak Lis diam saja, tidak menolak dan juga tidak membalas ciumanku, bibirnya masih terkatup rapat. Aku jadi penasaran dan semakin nekat, kukecup lagi bibirnya dengan sekali-kali mengulumnya.

Akhirnya Mbak Lis bereaksi juga, bibirnya terkuak sedikit dan dia membalas ciumanku, lama sekali kami berciuman sampai kemudian Mbak Lis menghentikannya sambil mendesahkan namaku serta meremas dan menarik kembali tanganku ke bibirnya. Tapi kali ini Mbak Lis tidak hanya menciumi jari-jariku, dia juga mulai memasukkan jariku ke dalam mulutnya dan mengulumnya dengan disertai jilatan-jilatan halus dan gigitan nakal.

"Mbak jadi gemas, Bay", bisiknya.
"Mbak yang bikin gemas", bisikku sambil mengecup daun telinganya. Mbak Lis menggelinjang kegelian, membuatku semakin bergairah menciumi daerah sensitif di sekitar telinga dan lehernya itu.
"Aaahh Bayu.." Mbak Lis mendesah lagi.
"Kamu bandel.."
"Tapi suka kan..?" kataku sambil merengkuh wajahnya dan mendaratkan ciuman di bibirnya. Kali ini Mbak Lis membalas ciumanku dengan bergairah sambil memainkan lidahnya di dalam mulutku, sehingga lidah kami saling berpagutan. Tangan Mbak Lis mulai meremas dadaku. Aku pun tak mau kalah, kuusapkan tangan kiriku pada daerah-daerah sensitif di telinganya, lehernya dan terus turun sampai ke dadanya lalu menyusup ke dalam blusnya.

"Hmm.." terdengar Mbak Lis menggumam dalam kuluman bibirku.
"Ouuhh.. uuhh.." desahnya sambil tangannya mencengkeram leher bajuku ketika kuremas dadanya dan kuraba puting susunya dari balik BH.
"Masukin tangannya, sayang.." kata Mbak Lis sambil membuka satu lagi kancing blusnya. Kusingkap BH-nya dan kurogoh dadanya yang kenyal, sementara tangan kanan Mbak Lis mulai merambat turun ke perutku dan turun terus sampai ke selangkanganku. Diremas-remasnya batang kemaluanku yang sudah tegang dari luar celana sambil mengerang dan mendesah sementara bibir kami terus berciuman dan mengulum lidah. Kupilin puting susu Mbak Lis dengan jari-jariku sambil meremas dadanya. Ooh.. ingin sekali rasanya aku menciumi dada itu serta menghisap dan menjilati putingnya. Tangan Mbak Lis pun makin bergairah mengusap dan meremas selangkanganku.

"Buka dong Bay.." desah Mbak Lis sambil berusaha untuk membuka zipper celanaku. Kulepaskan pelukanku untuk membantunya membuka kait ikat pinggangku, lalu dengan sigap Mbak Lis memasukkan tangannya ke dalam celanaku dan melanjutkan meremas batang kemaluanku yang masih tertutup celana dalam. Sesekali tangannya merogoh lebih dalam untuk meremas biji-biji kemaluanku. Uuhh.. nikmatnya.

Mbak Lis lalu menyandarkan kepalanya di dadaku, disingkapnya celana dalamku ke bawah sehingga batang kemaluanku kini terbebas dan mengacung seutuhnya seakan memperlihatkan kesiagaannya. Kurasakan kehangatan tangan Mbak Lis ketika mencengkeram batang kemaluanku, meremasnya dan mengusap-usapkan ibu jarinya pada kepala batang kemaluanku, membuatku mendesis menahan rasa geli yang mengalirkan nikmat di sekujur tubuhku.

"Hmm.." kudengar Mbak Lis beberapa kali menggumam sambil memperhatikan dan mengurut batang kemaluanku yang berkedut-kedut dalam genggamannya. Kurasakan kepala Mbak Lis yang pelan-pelan bergerak turun untuk menghampiri batang kemaluanku, rupanya Mbak Lis sudah tidak dapat menahan keinginannya untuk memenuhi ajakan batang kemaluanku yang tegak menantangnya. "Jangan Mbak.." bisikku sambil menahan gerakan turun kepala Mbak Lis karena kusadari situasi di dalam bioskop tidak memungkinkan kami untuk lebih dari sekedar melakukan pekerjaan tangan. Mbak Lis lalu menengadahkan wajahnya menatapku.

"Bayu.. please.." Mbak Lis mendesah meminta persetujuanku dengan tatapan mata sayu sambil tangannya terus mengurut kejantananku.
"Jangan Mbak.. dikocok saja.." balasku sambil menaikkan kaki ke sandaran kursi di depanku yang kebetulan kosong untuk memudahkan Mbak Lis meng-eksploitasi batang kemaluanku. Kurengkuh wajah Mbak Lis dengan tangan kiriku dan kucium bibirnya yang merekah di hadapanku sementara tangan kananku memeluk bahunya. Kami berciuman lama sekali dengan saling memilin lidah di dalam mulut. Kurasakan tangan Mbak Lis semakin intens meremas dan mengocok batang kemaluanku, sementara mulutnya sesekali menggumam dalam pagutanku ketika dirasakannya tanganku mengelus daerah sensitif di belakang telinganya.

Tangan kiriku kini sibuk membuka kancing blus yang dikenakan Mbak Lis dan menyusup ke dalamnya, meremas dadanya yang kenyal serta mempermainkan puting susunya dengan jari-jariku. Mbak Lis merubah posisi duduknya dengan bersandar di dadaku dan memindahkan kendali atas batang kemaluanku ke tangan kirinya. Didekapkannya kedua tanganku di dadanya sehingga aku lebih leluasa meremas kedua dadanya yang kini telah terbuka karena BH-nya telah kusingkapkan ke atas serta memilin kedua puting susunya yang telah mengeras.

"Aaahh.. oouuhh.." Mbak Lis medesah dan kemudian kulihat tangan kanannya bergerak ke bawah menggosok-gosok selangkangannya dan tangan kirinya semakin keras mencengkeram batang kemaluanku sambil mengusap kepala kejantananku dengan ibu jarinya. Kurasakan aliran darah di selangkanganku bertambah cepat dan deras, menimbulkan sensasi kenikmatan yang tak terbayangkan.
"Mbak nggak tahan, Bayu.." desahnya sambil menarik satu tanganku ke mulutnya dan kemudian menjilati dan mengulum jariku dengan penuh nafsu.

Akhirnya puncak sensasi itu datang juga ketika kurasakan kawah di selangkanganku menggelegar ingin memuntahkan laharnya. Kutarik tanganku dari dada Mbak Lis dan kucengkeram tangannya yang sedang mengocok batang kemaluanku. Serasa tak sabar, kubantu Mbak Lis mengocok batang kemaluanku lebih kencang. Dan akhirnya.. "Ooouuhh.." aku mendesah tertahan ketika kurasakan batang kemaluanku mengejang kemudian berkedut-kedut memuntahkan cairan kenikmatan yang menyemprot berkali-kali membasahi tangan kami.

"Ooouuhh.. enak sekali Mbak.." kataku sambil melepaskan nafas panjang ketika kurasakan puncak kenikmatanku mereda, batang kemaluanku telah berhenti memuntahkan cairannya dan tinggal menyisakan lelehannya yang kemudian diratakan oleh Mbak Lis dengan jari telunjuk ke seluruh permukaan kepala batang kemaluanku.

Tanpa mengucapkan kata-kata, Mbak Lis sejenak beralih dari pelukanku untuk mengambil tissue dari dalam tasnya. Kemudian sambil kembali bersandar di lenganku, dengan telaten disekanya batang kemaluanku mulai dari kepala sampai ke batang dan pangkalnya. Ah, sejuk sekali kurasakan usapannya. Lalu dilanjutkannya menyeka tanganku dan tangannya sendiri yang terkena semprotan spermaku dengan lembar tissue lainnya.

Mbak Lis lalu mengecup bibirku dengan mesra, tidak kurasakan birahi di kecupannya yang begitu lembut. Seakan telah terlupakan terpaan hawa nafsu yang baru kami alami bersama. Aku kagum padanya, begitu cepat Mbak Lis menetralisir emosinya. Kami lama terdiam sambil berpelukan setelah sama-sama merapikan pakaian yang acak-acakan.

Ketika film berakhir dan lampu bioskop telah dinyalakan, kami saling berpandangan seakan tidak percaya dengan apa yang baru dilakukan. Segera kami berdiri dan bersiap untuk meninggalkan gedung bioskop, sampai kemudian Mbak Lis menahanku dan memandang geli ke arahku.

"Kamu seperti ngompol.." katanya sambil tertawa kecil dan menunjuk celanaku. Dengan penasaran aku menunduk dan ketika menyadari apa yang ditunjuk oleh Mbak Lis, aku pun tersenyum kecut menahan geli dan malu. Ternyata semburan spermaku begitu kuat sehingga ada yang kesasar keluar dan meninggalkan noda basah di celanaku.

"Mbak sih.. sudah ah, nggak usah dibahas", kataku sambil mencubit pinggang Mbak Lis dan mendorongnya perlahan keluar bioskop.
"Mbak antar kamu pulang ya?" kata Mbak Lis sesampainya kami di luar bioskop.
"Nggak usah Mbak, saya mau langsung ke kantor saja", balasku.
"Kalau begitu Mbak antar kamu ke kantor boleh kan, please.." desak Mbak Lis. Aku tak dapat menolak dan hanya mengangguk, Mbak Lis lalu menyerahkan kunci mobil dan memintaku untuk mengemudikan mobilnya.

Di dalam mobil kami tidak banyak berbicara, seakan terlarut dalam perasaan masing-masing. Mbak Lis menyandarkan kepalanya di bahuku sambil memeluk dan mengelus-elus lenganku. Tak terasa kami telah memasuki halaman gedung kantorku. Sebelum aku meninggalkan mobil, Mbak Lis kembali mencium mesra bibirku.

"Maaf Bayu, jangan kapok ya?" kata Mbak Lis sambil mengelus pipiku.
"Apanya yang kapok?" balasku sambil mengedipkan mata dan perlahan-lahan keluar dari mobil.
"Kamu bandel.." kata Mbak Lis mencubit lenganku.
"Nanti malam Mbak temanin ya?" Mbak Lis menyambung sambil menarik bajuku dan kami pun kembali berciuman di jendela mobil.

Itulah kisah perkenalanku dengan Mbak Lis yang juga merupakan awal dari affair-ku dengannya yang kemudian berlangsung lebih seru dan lebih panas.

TAMAT
read more “Mbak Lisna, Wanita Kesepian ”

Di Balik Kain Hitam

Kali ini, aku akan menguraikan cerita tentang seorang pemuda yang bertemu dengan seseorang yang menurut perkiraannya, seharusnya orang itu sudah meninggal. Namun, mengapa orang itu masih bisa berdiri di hadapannya dan berbicara dengannya?

Selain cerita ini, aku juga sudah menulis 2 cerita yang lainnya yaitu "Penis Hijau dan Penis Putih" yang menceritakan tentang lika-liku kehidupan dua bersaudara dalam mempertahankan kehidupannya juga "Misteri Sebuah Lubang" yang menceritakan tentang seorang wanita yang selalu melihat permainan seks yang sama di kamar sebelah melalui sebuah lubang.

*****

Julianto mencari-cari bukunya yang hilang dengan kepanikan yang tinggi. Dia mengobrak-abrik seluruh laci yang ada dalam kamarnya. Dia berkeringat dingin. Dia sendiri tidak bisa membayangkan apa jadinya nanti seandainya buku porno itu jatuh ke tangan ibunya. Dia sangat takut. Tiga tahun yang lalu dia juga pernah tertangkap guru karena membawa VCD porno ke sekolah tetapi, untung baginya karena dia bisa menyembunyikan masalah itu dari ibunya. Kali ini dia sungguh tidak bisa lolos lagi.

"Ke mana buku itu, Julianto Hongaris?" tanyanya kepada dirinya sendiri.
"Mengapa kau bisa begitu bodoh dalam menyimpan barang-barang pribadimu?"

Julianto membolak-balikkan badannya menerka-nerka kapan dia membaca buku itu terakhir kali. Tetapi sia-sia saja dia mencari dan memeras otaknya karena dia tidak ingat lagi di mana dia meletakkan buku itu terakhir kalinya.

"Semoga saja buku itu tidak jatuh ke tangan Ibu," Julianto berdoa dalam hati.

Julianto pun menyerah. Dia pun merebahkan dirinya ke atas tempat tidur. Beberapa saat kemudian, timbul niat dalam dirinya untuk masturbasi. Perlahan-lahan dia mulai menanggalkan pakaiannya. Tampaklah badannya yang besar berotot dibalut oleh singlet yang berwarna putih. Dia berjalan ke depan cermin dan dia melihat sosok seseorang yang kekar berotot yang berdiri dengan tegak di sana. Entah kenapa dia harus melihat dirinya yang telanjang dulu di depan cermin baru dia bisa bermasturbasi dengan kenikmatan yang tinggi.

Setelah dia melepaskan celana panjang dan celana dalamnya yang berwarna coklat hitam, dia memulai aksinya dengan dibantu oleh sebotol minyak makan. Dia ingin mengambil body lotion miliknya yang berada dalam kamar mandi. Namun, gairahnya yang sudah mencapai titik puncak di kepala tidak memungkinkan dirinya untuk berjalan ke kamar mandi walau hanya berjarak beberapa senti. Terlintas di benaknya untuk mempergunakan minyak makan yang ada di piring bekas dia menikmati goreng pisang tadi.

"Aah..!!" perlahan-lahan tetapi pasti kenikmatan mulai datang. Aliran listrik itu mulai menjalar ke seluruh tubuhnya.
"Oh..!! Sshh.."

Julianto pun mempercepat gerakan tangannya untuk mendapatkan kenikmatan yang betul-betul diinginkannya. Akhirnya dia bisa memperolehnya setelah dia melalui perjuangan yang sangat panjang sekali. Namun, sebelum dia memuntahkan spermanya ke depan cermin dia menghentikan dulu gerakannya dan menikmati puncak kenikmatan yang menderanya tanpa berejakulasi.

"Wah! Perasaan seperti ini sangat nikmat. Lebih nikmat lagi apabila dibandingkan dengan orgasme yang benar-benar dibarengi dengan ejakulasi. Aku sudah latihan dengan sangat tekun sehingga aku bisa menikmati orgasme seperti ini," kata Julianto kepada dirinya sendiri.
"Aarghkk.." suara Julianto berubah menjadi seperti suara lembu tatkala dia sudah benar-benar tidak tahan dan menyemburkan air maninya ke depan cermin.

Setelah kenikmatan itu berangsur-angsur hilang, tubuhnya pun melemas kembali. Dia cepat-cepat mengenakan celana dalamnya kembali sebelum dia berbaring di atas tempat tidur. Pria itu pun memejamkan matanya mengistirahatkan dirinya setelah melalui permainan seks yang sangat panjang. Tiba-tiba saja, kira-kira 15 menit setelah dia jatuh tertidur dia merasakan ada yang meremas-remas penisnya yang terbalut celana dalam. Dia tidak membuka matanya dan melihat apa yang terjadi melainkan dia menikmati tangan yang meremas-remas penisnya itu.

Tangan itu makin lama makin nakal. Dia menarik penis Julianto dan memainkannya dengan jari-jari jemarinya yang gemulai. Julianto pun mengerang-erang penuh rasa nikmat di atas tempat tidur. Dia merasakan mulut orang itu mulai menyapa ujung penisnya yang berdiri tegak seperti rudal AS yang sudah siap diterbangkan ke antariksa.

"Jangan berhenti! Aku ingin lebih.. Oh..! Aku sudah ingin keluar," jerit Julianto halus.

Orang itu berganti posisi setelah dia puas dengan permainannya yang mengulum-ngulumg penis Julianto. Dia memasukkan penis Julianto ke dalam liang vaginanya dan menggerakkan badannya ke kiri dan ke kanan dengan kecepatan tinggi. Badan Julianto berjingkrak-jingkrak karena dia tak mampu mengendalikan kenikmatan itu. Orang itu menarik tangan Julianto dan meletakkan tangan Julianto di payudaranya yang menggembung sementara dia memulai gerakan maju mundur yang membuat penis Julianto semakin menegang dan membesar. Tentu saja Julianto tidak menyia-nyiakan kesempatan itu. Dia memainkan puting susu wanita itu dan sesekali dia menjilat payudara si wanita sampai wanita itu menjerit dengan kenikmatan yang memuncak.

"Arrghkk.." teriak Julianto disertai dengan suaranya yang mendesis tajam karena air maninya tumpah ruah di dalam liang vagina si wanita. Crot! Crot! Crot! Karena air maninya keluar terlalu banyak, ada beberapa tetes yang keluar dan menodai tempat tidur.

Namun, si wanita tidak menghentikan gerakan maju mundurnya. Dia meneruskan gerakan itu sampai batang penis Julianto menjadi lelah dan lemah. Julianto ingin membuka matanya dan melihat siapa wanita yang sedang berhubungan seks dengannya sekarang ini. Tapi, kelelahannya sungguh membuat dia tidak sanggup melakukan apa pun termasuk membuka mara. Dia hanya bisa pasrah batang penisnya dijadikan sebagai sebuah samurai pelepas nafsu. Julianto sampai orgasme beberapa kali. Orgasmenya yang terakhir kali yaitu di mulut si wanita yang mengulum-ngulum batang penisnya.

Wanita itu pun melepaskannya. Tubuh Julianto pun terkulai lemas di atas tempat tidurnya. Setelah wanita itu memakaikan kembali celana dalamnya, wanita itu pun membuka pintu kamar Julianto dan keluar. Julianto mengerahkan seluruh tenaganya yang tersisa untuk membuka matanya. Dia sempat melihat wajah teman tidurnya itu sebelum teman tidurnya itu keluar dari kamar. Dia tersentak kaget begitu melihat wajah itu.

"Wajah itu.. Wajah itu.. Mengingatkan aku akan sesuatu. Seharusnya, wanita itu sudah meninggal beberapa hari yang lalu. Mengapa dia bisa datang ke kamarku dan berhubungan seks denganku? Mengapa dia bisa masuk ke rumah ini? Siapa dia? Mengapa aku merasa aku sangat mengenalnya? Rasanya aku pernah melihat wajah wanita itu di sebuah buku," kata Julianto dalam hati. Beberapa saat kemudian dia pun jatuh ke dalam alam mimpi.

*****

Julianto berjalan masuk ke dalam sekolahnya. Dengan santai dia melangkah ke dalam kelas. Dia meletakkan tasnya dan dia berjalan ke kamar mandi. Pelajaran memang belum dimulai tetapi sekolahnya sudah dipenuhi oleh murid-murid SMU sepertinya. Dia merasa sesak kencing dan dia ingin membuang semua air seni itu. Dia berjalan ke kamar mandi tetapi pintu kamar mandi itu ditutup dan dia merasa aneh mengapa pintu itu bisa ditutup. Biasanya pintu itu tidak pernah ditutup. Dia membuka pintu. Setelah berjalan beberapa langkah dia berhenti.

"Aargghkk..!! Air vaginaku akan segera menyembur, Sayang," teriak murid wanita itu karena dia sudah mencapai orgasme setelah beberapa kali 'ditusuk' oleh si murid pria yang hanya mengenakan celana abu-abu sampai ke paha.
"Aku juga ingin keluar, Sayang. Ohh.."

Si pria langsung mengeluarkan batang kemaluannya dari dalam liang vagina si wanita dan mengocok-ngocok penisnya itu dengan penuh rasa nikmat. Crot! Crot! Crot! Air maninya berhamburan keluar mengotori wajah si wanita.

"Ternyata kalian yang mengambil bukuku ya?" kata Julianto karena dia melihat buku itu diletakkan di atas wastafel yang panjang.
"Aku sangat cemas kemarin. Aku mencarinya ke sana ke sini tetapi aku tidak bisa menemukannya. Kalau kalian yang mengambil sih sebenarnya aku tidak keberatan"
"Maafkan kami, Julianto! Kami ingin sekali mencoba beberapa gaya yang ada dalam bukumu. Kami sangat puas dengan buku itu. Kami merasakan kenikmatan yang tiada tara," kata si wanita sambil mulai mengenakan pakaiannya.
"Eh! Buku apa ini?" tanya Julianto sambil mengambil buku yang lain yang juga diletakkan di atas wastafel panjang itu.
"Itu adalah buku yang menceritakan tentang kutukan dari seorang wanita penyihir," kata si pria yang mulai mengancingkan kemejanya.
"Penyihir wanita itu sangat jahat. Dia suka mengambil hawa pemuda dan pemudi seperti kita. Dia bisa berubah menjadi pria ataupun wanita. Apakah kau pernah mendengarnya? Buku ini baru saja kami beli tadi pagi"

Julianto merasa kaki dan badannya menjadi lemas. Sekarang dia mengingat wajah wanita yang kemarin. Sekarang dia mengingat di mana dia pernah melihat wajah wanita itu. Buku itu langsung terlepas dari dalam genggaman tangannya. Dia membuka celananya dan cepat-cepat menanggalkan celana dalamnya. Bau busuk mulai menyerang hidungnya. Dalam sekejap seluruh ruangan itu dipenuhi oleh bau busuk yang menyengat hidung.

"Astaga! Busuk sekali! Mengapa bisa begitu busuk? Dari mana datangnya bau busuk ini?" jerit si wanita.

Dia ingin membuka pintu dan segera berlari keluar dari ruangan itu tetapi pintu kamar itu benar-benar tidak bisa dibuka.

"Pintunya tidak bisa dibuka. Kita harus cepat keluar. Kita bisa mati kehabisan napas di sini," teriak si pria.

Batang penis Julianto mulai membusuk. Kutukan itu bekerja dengan cara yang begitu mengerikan. Dalam waktu yang sangat singkat Julianto roboh ke lantai dan tubuhnya dikerumuni oleh belatung-belatung kecil yang menjijikkan. Kedua orang yang juga berada dalam kamar mandi itu menjerit ketakutan melihat kondisinya. Si wanita mulai memegang lehernya karena oksigen yang ada dalam kamar mandi itu mulai habis. Lama-kelamaan dua orang itu pun roboh ke lantai dan tidak sadarkan diri. Keduanya berbaring dengan tenang ditemani oleh belatung-belatung kecil dan bau busuk yang sangat menyengat.

"Kalian berdua juga terkena kutukan karena kalian juga berada dalam kamar mandi ini sewaktu kutukan ini bekerja. Kutukan ini tidak mengenal orang ataupun waktu. Kegelapan akan segera menyelimuti. Semuanya akan hancur dalam kenikmatan seks yang mematikan. Ha.. Ha..!!" terdengar suara seorang wanita yang bergema.

Muncul selembar kain hitam dan kain hitam itu jatuh di atas mayat Julianto yang membusuk.
read more “Di Balik Kain Hitam ”

Pembantu-pembantu yang Seksi

Di sebuah rumah di kota P, terdapat laki-laki muda yang masih single. Pria tersebut bernama Bonsa (samaran). Perawakannya ganteng dan berbody atletis, berkulit putih dan memiliki batang kemaluan yang besar dan panjang, dengan panjang 18 cm dan diameter 5 cm. Dia mempunyai libido sex yang tinggi, tidak jarang melakukan onani sampai setiap hari jika sedang bernafsu. Di rumahnya dia ditemani 3 orang pembatu yang masih muda dan seksi.

Pembantunya semua wanita, yang pertama (dari umur), Mirna asal Malang, umurnya 25 tahun, sudah menikah (suaminya tetap di Malang) dan mempunyai dua orang anak. Walau sudah menikah, tubuhnya masih bagus, body seksi dan kulitnya putih susu. Payudaranya masih kencang, berisi, dan montok dengan ukuran 36B. Lubang kemaluannya masih rapat walau sudah pernah melahirkan 2 anak. Kedua, Marni asal Lumajang, status janda tanpa anak (cerai), umur 19 tahun, tubuhnya tinggi sekitar 175 cm. Bodynya seksi, payudaranya berukuran 36B juga tapi sudah menggantung, alat vitalnya bagus dan sedikit sudah longgar, tapi masih enak, rapih karena bulu kemaluannya dicukur habis. Ketiga, Parni asal Jember, umur 16 tahun belum menikah tapi sudah tidak perawan lagi, tubuhnya biasa dibandingkan dengan yang lain, tetapi sangat menggairahkan. Payudaranya besar berukuran 39A, kulitnya putih dan liang senggamanya masih sempit (baru satu kali melakukan hubungan sex).

Hari kamis Bonsa pulang kerja lebih awal, tetapi dia sampai di rumahnya baru sore hari, karena dia tadi bersama temannya nonton film biru dulu di kantornya (ruangannya). Setelah sampai di rumah, Bonsa ingin langsung masuk kamar untuk melepaskan nafsunya yang terbendung dengan melakukan onani. Tetapi ketika hendak masuk kamar, Bonsa melihat pembantu-pembatunya bersenda gurau dengan menggenakan baju yang seksi, dengan hanya memakai rok mini dan atasannya "you can see". Dia memperhatikan senda gurau pembantunya yang bercanda dengan memegang payudara temannya. Otak Bonsa cepat berpikir kotor, apalagi sudah dari tadi dia sedang bernafsu.

Bonsa berjalan mendekati pembantunya yang berada di taman belakang, dia mengendap-ngendap mendekati Marni yang paling dekat dan membelakangiinya. Setelah dekat, dipeluk tubuh Marni yang berdiri dan langsung bibirnya bergerilya di leher Marni.
"Tuann.. lepaskan Tuan, saya pembantu Tuan.." katanya.
Tapi Bonsa tetap acuh saja dan terus menciumi leher bagian belakang milik Marni, sedangkan yang lain hanya diam saja ketakutan.
"Aug..!" desah Marni saat Bonsa mulai meremas payudara miliknya.
"Kamu semua harus melayaniku, aku sedang ingin bercinta..!" kata Bonsa seraya melepaskan pelukannya tapi tidak melepaskan genggamannya di tangan Marni.
"Tappii.. Tuuan.." jawab mereka ketakutan.
"Tidak ada tapi-tapian.." jawab Bonsa sambil kembali memeluk Marni dan mulai menciumnya.
"Augghh.." desah Marni saat tangan Bonsa menyelinap ke selangkangannya dengan mereka tetap berciuman, sementara Parni dan Mirna hanya melihatnya tanpa berkedip (mungkin sudah terangsang), tangannya pun mulai masuk ke dalam roknya masing-masing.

Ciuman Bonsa mulai turun ke arah payudara milik Marni, dikecupnya payudara Marni walau masih tebungkus BH dan kaosnya, sedangkan tangan Bonsa meremas-remas susunya yang kiri dan tangannya yang satunya sudah berhasil melewati CD-nya.
"Augh.." desah Marni.
Dibuka bajunya dan BH-nya, "Wau besar juga susumu Mar.." kata Bonsa sambil tangannya memainkan susu Marni dan memelintir puting susunya.
"Ah, Tuaan bisaa aja, ayo dong nyusu duluu.. augh..!" jawab Marni sambil mendorong kepala Bonsa higga susunya langsung tertelan mulut Bonsa.
"Augghh.." desah Marni merintih kenikmatan, sedang tangannya Marni masuk ke celana Bonsa dan langsung mengocok batang kejantanan Bonsa.

Dijilat dan dihisap payudara Marni, tangannya meremas serta mempermainkan puting susunya, kadang digigit dan disedot payudara Marni.
"Auughh..!" Marni berteriak kencang saat susunya disedot habis dan tangan Bonsa masuk ke liang senggamanya.
Ciuman Bonsa turun setelah puas menyusu pada Marni, dijilatnya perut Marni dan membuka roknya. Setelah terbuka, terlihat paha putih dan liang senggamanya yang telah basah yang sangat membuat nasfu Bonsa bertambah. Sedangkan Mirna dan Parni sudah telanjang bulat dan melakukan masturbasi sendiri sambil melihat tuannya bercinta dengan temannya.

Diciuminya bibir kemaluan Marni yang masih terbungkus CD.
"Augghh.." desah Marni tidak kuat.
Karena tidak kuat lagi, Marni mendorong kepala Bonsa dan langsung menurunkan CD-nya, setelah itu didorong masuk kepala Bonsa ke liang senggamanya.
"Auughh.. ughh.." desah Bonsa saat lidah Bonsa menjilati bibir kemaluannya.
Lidah Bonsa semakin liar saja, dimasukkan lidahnya ke liang itu dan dijilati semua dinding kemaluan itu tanpa ada sedikitpun yang terlewati. Klitorisnya pun tidak ketinggalan digigit dan dijilati.

"Aauugghh.. aagghh..!" desah Marni.
Lidah Bonsa terus menjilati bagian dalam vagina Marni. Marni mulai mengejang bagai tersambar petir jilatan lidah Bonsa. Tangannya mulai menjabak rambut Bonsa, tapi Bonsa tidak marah dan sebaliknya malah mempercepat jilatan lidahnya.
"Aagghh.. aku mau keeluu.. uuaarr.. Tuua.. an.." rintih Marni.
Dijilati terus Marni dengan lidahnya, dan akhirnya, "Croott.. crroott..!" cairan kental, panas, dan asin keluar dengan deras di lidah Bonsa, dijilati cairan itu dan ditelan Bonsa.

Setelah itu Bonsa berjalan ke arah Parni yang sedang tiduran dan masturbasi. Ditidurinya langsung tubuh Marni, dicium payudaranya yang sudah mengeras. Dijilat dan digigit puting susu Parni dan Parni hanya mendesah saja, tapi tangannya masih di dalam liang kemaluannya. Sedangkan Marni masih menjilati tangannya yang habis membersihkan ciran yang keluar dari lubang senggamanya. Tangan Bonsa bergerak turun membelai semua sudut pahanya dan jilatannya mulai turun dari payudara Parni.

Setelah puas menjilati bagian bawah dari payudara Parni (perut dan sekitarnya), Bonsa mulai memasukkan lidahnya ke liang kemaluan Parni yang sudah banjir.
"Aaugghh..!" desah Parni ketika lidah Bonsa menjilati dinding kemaluannya.
Tangan Parni meremas susunya sendiri menahan geli dan nikmat, dipelintir-pelintir sendiri puting susunya. Lidah Bonsa ditarik keluar dan digantikan tangannya, langsung masuk tiga jari sekaligus dan mulutnya beraksi lagi di susu Parni.
"Auugghh.. aagghh.. ugghh.. ugh..!" desah Parni yang bergerak ke kanan ke kiri, menahan nikmat yang luar biasa.

"Aagghh.. Parni.., mau.. kee.. luar Tuaa.. ann..!" teriak Parni sambil memasukkan tangannya ke liang senggamanya.
Dengan maksud membantu mempercepat keluar karena Bonsa mengetahui Parni mau keluar, tangan Bonsa diganti dengan lidahnya dan tangannya memelintir serta meremas payudara Parni.
"Aaaghh.. Parni.. keluu.. uarr..! Croott.. ccrroott..!" cairan panas membasahi lagi lidah Bonsa dan langsung Bonsa bersihkan serta menelannya (prinsip Bonsa menelan cairan dari kemaluan wanita adalah dapat membuat awet muda). Parni lemas sekitika, dia hanya meremas pelan buah dadanya, dan Bonsa mengecup bibir Parni.

Kemudian Bonsa bergerak ke Mirna yang sedang berciuman dengan Marni temannya. Kaki Mirna sudah terbuka lebar dan terlihat lubang kemaluannya yang merah menyala, memperlihatkan banjir oleh cairan kental. Tangan Mirna terus meremas-remas payudara Marni dan demikian sebaliknya. Karena sudah terbuka kaki Mirna, maka Bonsa berlutut dan langsung menancapkan lidahnya ke liang milik Mirna.
"Agghh..!" desah Mirna saat lidah Bonsa sudah menjilati liangnya dan juga menghisap klitorisnya.
Mirna dan Marni terus berciuman, sedangkan Parni melakukan masturbasi lagi.

Bonsa terus menjilati dan memasukkan tanganya ke kemaluan Mirna, dijilat dan dihisap terus sampai Mirna berhenti berciuman dan mengejang. Tubuhnya bergerak ke kanan dan ke kiri. Tangan Marni meremas susu Mirna, dan mulutnya menjilati susunya yang sebelah lagi, sedangkan tangannya masuk ke kemaluannya sendiri sambil dimaju-mundurkan.
"Aagh.. uugghh.. saya mau.. keluar Tuu.. ann..!" jerit Mirna, dan Bonsa masih terus menjilati dengan cepat dan terus bertambah cepat.
"Ccrrott.. ccrroott..!" keluar cairan panas membasahi lidah dan wajah Bonsa lagi, dan seperti sebelumnya, dijilati dan ditelan cairan yang keluar dari kemaluan Mirna.

Setelah selesai menjilati kemaluan Mirna, Bonsa menarik tangan Marni dan menyuruhnya berposisi nungging atau doggy style. Dipukul pantat Marni dengan batang kejantanannya dan tangannya meremas susu Marni agar membangkitkan rangsangan lagi. Setelah terlihat merekah lubang kemaluan Marni, batang keperkasaan Bonsa pun langsung ditancapkan ke vagina Marni.
"Aaagghh..!" desah Marni saat batang kejantanan Bonsa masuk semua ke lubang senggamanya.
Bonsa pun mulai memompa secara teratur dan stabil, diselingi hentakan-hentakan yang tiba-tiba,"Aaagghh..!" desah Marni.

Bonsa terus memompa dan sekarang mulai bertambah cepat, karena melihat Marni yang kepalanya mendangak ke atas dan berteriak semakin keras mengucapkan kata-kata kotor.
"Agghh.. Tuan, rudal Tuan ennakk banget.. Saya mau keluar Tuu.. an..!" teriak Marni yang malah mempercepat sodokan Bonsa ke liang senggamanya.

"Aagh.. saya keluu.. arr..!" tubuh Marni mengejang dan cairan keluar membasahi batang kemaluan Bonsa, terasa panas cairan tersebut.
Dan setelah selesai, Bonsa mencium punggung Marni dan berkata, "Liang kamu juga enak, kapan-kapan layani tuan lagi ya..?"
Marni hanya diam berbaring di rumput dan tangannya meremas susunya sendiri.

Bonsa merangkak ke arah Parni yang duduk dan sedang masturbasi sendiri, sedangkan Mirna sedang menikmati jilatan lidah Marni yang bangun lagi ke kemaluannya. Diacungkan batang keperkasaan Bonsa ke arah Parni dan disuruh memasukkan ke mulutnya. Parni langsung menyambar batang kemaluan tuannya dan mulai menjilati serta memasukkan ke mulutnya.
"Aagghh..!" desah Bonsa, "Kamu hebat juga ya kalau ngemut beginian..!" kata Bonsa memuji hisapan pembantunya.
Parni memang ahli, dia menjilat dari ujung sampai ke buah zakar tuannya, kadang dimasukkan semua batang tuannya ke mulutnya dan disedot serta dimaju-mundurkan mulutnya. Setelah puas dengan kepunyaan tuannya, Parni meminta tuannya memasukkan keperkasaannya ke lubang kenikmatannya. Bonsa berbaring di rumput dan menyuruh Parni berada di atasnya. Parni menuntun batang kejantanan tuannya ke liangnya dalam posisi dia duduk di atas tuannya.

"Aggh..!" desah Bonsa dan Parni saat kejantanan Bonsa masuk ke liang Parni.
Bonsa mendorong pinggulnya untuk menekan kemaluannya masuk dan Parni menggoyangkan pinggangnya agar batang tuannya bisa maraba semua bagian dalam vaginanya. Naik turun dan bergoyang memutar Parni untuk mengimbangi sodokan liar tuannya. Tangan Bonsa pun meremas susu Parni yang bergoyang mengikuti gerakan Parni.
"Agghh.. uuggkkhh..!" desah Parni.

Parni pun terus berteriak mengeluarkan kata-kata kotor dan mendesah ketika dia merasa sudah mau keluar.
"Aaghh.. ruu.. dall.. Tuan.. enak, saya.. mau.. keluarr..! Enakk..!"
Bonsa mempercepat gerakannya dan demikian juga Parni.
"Croott.. croott.." keluar cairan panas yang kali ini lebih panas dari milik Marni ke batang kemaluan Bonsa.
"Kamu hebat Parni.." kata Bonsa sambil mengecup susu Parni.
"Aghh.. Tuan juga hebat, kontol Tuan enak..!"

Bonsa menarik Mirna yang menjilati bibir kemaluan Marni dan digantikan Parni. Setelah mengistirahatkan kemaluannya, Bonsa menyuruh Marni menjilati dan menyedot rudalnya agar berdiri kembali. Dan setelah berdiri, maka Bonsa memasukkan batang kejantanannya ke lubang kenikmatan Mirna dalam posisi tiduran (Mirna di bawah dan Bonsa di atas menindih).
"Agghh..!" desah Marni saat batang kemaluan tuannya baru masuk setengah.
"Rapet banget lubangmu Mir..!" kata Bonsa ketika agak kesulitan memasukkan seluruh batang kemaluannya.
Dihentakkan dan disodok rudal Bonsa ke pembatunya, dan secara spontan Mirna berteriak merintih kesakitan karena milik tuannya terlalu besar dan dimasukkan secara paksa.

"Aaghh.. iighh..!" teriak Mirna.
Bonsa mendiamkan sebentar rudalnya yang telah masuk ke kemaluan Mirna. Setelah itu mulai dipompa pelan dan semakin lama semakin cepat.
"Aghh.. uugghh.. koonn.. tooll Tuaann.. enakk..!" teriak Mirna saat sodokan Bonsa mulai tambah cepat dan mulut tuannya menghisap susunya.
Bonsa terus menghisap dan memompa cepat rudalnya, dan Mirna mulai bergerak ke kiri ke kanan dan kemaluannya secara spontan mulai menjepit rudal tuannya yang berada di dalam sarangnya.

"Aaaghh, sayaa.. keluarr.. uughh.. ughh..!" Mirna menjerit kencang tidak beraturan karena nafasnya mulai kehabisan menahan kenikmatan sodokan batang rudal tuannya.
Akhirnya, "Crroott.. ccrroott..!" keluarlah cairan panas ke kemaluan Bonsa, dan cairannya sangat banyak hingga keluar mengalir dari liang senggamanya.
"Boleh juga memek kamu dan susu kamu, nanti malam ke kamarku..!" kata Bonsa setelah mengecup bibir kemaluan Mirna yang sudah banjir dan masih mengeluarkan cairan.
"Ah Tuan bisa aja, memang saya hebat..? Nanti malam saya akan jadi pembatu sexx tuan, dan saya berikan layanan super special dari memek saya ini, Tuan.."

Karena masih berdiri tegak dan masih belum ejakulasi, maka Bonsa menyuruh pembantunya bertiga untuk menghisap dan menjilat kemaluannya sampai mengeluarkan sperma. Marni, Parni dan Mirna berebutan menghisap dan memasukkan batang kemaluan tuannya ke mulut mereka. Bonsa sudah merasa mau keluar dan ditariknya kemaluannya sambil mulai mengocok dengan cepat di hadapan wajah pembantu-pembantunya.
"Aaaghh..!" desah Bonsa saat dia mengeluarkan beban sex-nya yang ada di alat vitalnya.
Semburan sperma tadi mengenai wajah Mirna, Parni dan Marni. Karena sperma yang dikeluarkan sangat banyak, maka sampai mengalir ke susu mereka bertiga. Bonsa menyuruh Parni membersihkan sisa sperma di batang kejantanannya dengan mulut Parni, sedangkan Parni membersihkan kemaluan tuannya. Yang lainnya menjilati dan menelan sperma yang mengalir dan menempel di mulut, wajah, dan susu mereka masing-masing.

Setelah selesai, Bonsa berkata, "Kalian semua hebat dan terima kasih atas pelayanan kalian. Kalian akan mendapatkan bonusku setiap akhir minggu atau semau kalian atau saya. Dan Mirna, jangan lupa nanti malam..!"
Bonsa berrjalan mengambil pakaiannya dan masuk ke dalam untuk mandi.
"Terimah kasih Tuan telah memuaskan kami, dan kami akan mengambil bonus Tuan." jawab pembantu Bonsa ketika melihat tuannya masuk ke rumah.
Mereka bertiga saling mencumbu, dan setelah itu masuk dan mandi bertiga.

Demikianlah pengalaman sex Bonsa dan pembantunya yang masih berlangsung sampai sekarang, walaupun Bonsa sekarang sudah mempunyai istri dan dua orang anak laki-laki. Mungkin anak laki-lakinya meneruskan perilaku ayahnya.

TAMAT
read more “Pembantu-pembantu yang Seksi ”