Google Translate

English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Jumat, 14 Februari 2014

KISAH JANDA DESA


Disebuah daerah yang berlokasi di kuningan jawa barat, aku lupa nama desanya, aku hendak kerumah om ku istilah sunda (mamang) sebut saja namanya om yadi, yang desanya agak pelosok dan terpencil jauh dari kota, aku berjalan melewati bukit,sungai dan persawahan yang indah untuk sebuah desa, hampir dua jam aku berjalan tak kutemui satu pun rumah untuk aku singgahi utuk sekedar pelepas lelah, tampak dari kejahuan ada sebuah gubuk kecil, lalu ku hampiri ku rebahkan tubuhku dan tak terasa akupun tertidur, dan aku terhentak kaget terbangun dari tidurku, dihadapanku ada seorang wanita cantik setengah baya, kira-kira 40 tahun umurnya, kulihat jam sudah pukul tujuh malam dalam hati kuberkata, ini orang atau hantu.?
Kulanjutkan ceritaku yang terhenti sejenak.
Lalu wanita itu kusebut saja teteh" karna kami belum sempat berkenalan"menyapaku dan berkata, jang bade kamana, anu?? aku bingung harus jawab apa, ooh kamu ga ngerti ya bahasa sunda, iya kataku tertunduk malu,! artinya kamu mau kemana,? mau kerumah om dikampung sebelah kataku, kalau kekampung sebelah mah bisa seharian atuh jang, kalau penginapan dekat sini ada ngga ya,? tanyaku hanya basa-basi, disini mah teaya penginapan memang nya dikota, aya aya wae si ujang mah.!'
Lalu keluar lah kata-kata memelasku untuk memancing siteteh agar aku bisa diterima menginap dirumah nya, ya' kalau memang tidak ada penginapan apa boleh buat biarlah saya bermalam disini (gubug), hari sudah malam lebih baik teteh pulang aja nanti sakit loh kataku,! dengan nada sedih keluarlah kata-kata dari mulut siteteh, kamu perhatian sekali sama saya, sambil mengluarkan air mata ia pun pergi meningalkan ku, akupun kaget sekali kenapa teteh tiba-tiba pergi dengan wajah yang sedih, apakah aku telah menyakiti hatinya atau juga aku salah berucap? aku selalu bertanya-tanya dalam hati apa salahku apa dosaku??? sejenak ku lupakan ku coba untuk memejam kan mata tapi tak bisa tuk dipejamkan, kulihat jam ditanganku sudah pukul delapan malam, kenapa dipikiranku selalu terbayang raut wajah teteh yang sedih, padahal aku kenal dia baru satu jam yang lalu, seakan aku mengenalnya lebih lama dari itu, apakakah aku jatuh cinta,? apa mungkin" aku mencintai wanita yang lebih tua dariku, mungkin juga dia itu wanita yang sudah bersuami.?
Lagipula aku belum tau pasti teteh itu masih punya suami atau sudah janda,? tak terasa sudah setengah jam aku berhayal tentang teteh, dan cuacapun sudah terasa dingin, seandainya ada teteh disampingku oh betapa hangatnya"timbul lagi pikiran kotorku" ah dari pada aku mikir yang bukan-bukan lebih baik aku istirahat untuk menjaga staminaku esok, karna perjalananku masih jauh untuk kekampung omku' singkat cerita akupun tertidur' didalam tidurku terdengar suara ada yang memangilku "jang bangun" dan akupun terbangun dari tidur, dan kubuka mataku lebar-lebar dan kupegang tangannya untuk memastikan apa aku sedang bermimpi atau hantu menyerupai siteteh, eh megang-megang udah mulai nakal ya tangannya, aku kira hantu,! makanya aku pegang eh ga'tau nya teteh' ih jahat bener masa saya di bilang jurig sih (hantu), maaf ya teh kataku, iyaa ga apa-apa,! kalau aku tau itu teteh tuk apaku pegang-pegang langsung aja kucium, mana ada sih hantu secantik ini "kataku menggoda" kamu merayu atau ngegombal sih, memang kenyataannya ko kalau teteh itu cantik, kamu bisa aja saya jadi malu nih, sekali lagi maaf ya kalau omongan aku terlalu lancang "kataku merendah," teteh pun hanya menjawab" iyaa'! sambil menganggukkan kepala," lalu aku pun bertanya", teh ada apa kemari malam-malam begini ga bagus buat kesehatan,? lalu teteh pun menjawab pertanyaanku, kenapa kamu terlalu mikirin saya sih,? memang nya gak boleh kalau aku perhatian sama orang yang telah berbuat baik ke aku? ya boleh-boleh aja sih dari pada bunting, emangnya mau' kataku, eh maaf salah ngomong maksud saya benjol, pamali atu jang omong kitu, aduh saya lupa lagi deh kalau kamu gak ngerti maklum sudah tua, ah itu perasaan tetah aja kalau boleh tau umur teteh berapa sih,? malu ah, ko malu kataku, umur saya 40 tahun - udah tua kan,! saya pikir umur teteh sekitar 25 tahun habis masih kelihatan seger-cantik dan awet muda sih, ah kamu mulai lagi deh ngegombalnya,, kalau kamu berapa umurnya ''balik bertanya"? kalau umur aku 32 tahun - beda tipiskan,, aduh saya pikir mah umur ujang lebih tua dari saya atuh,! ceritanya bales dendam ya, ma'af bercanda, iyaa! ngga apa-apa kok yang' eh ma'af maksud saya teteh - maklum ya sudah tua, he he he kamu lucu juga ya,! "aku pun terdiam sejenak dalam hatiku berkata" senang sekali aku bisa membuat teteh tertawa, lepas sudah beban salahku yang mengganggu pikiranku selama ini, dengan rasa curiga atau tersinggung teteh pun bertanya' kok kamu diam gak boleh ya saya tertawa,? ngga teh malah sebaliknya aku senang sekali' karna teteh ngga sedih lagi, singkat nya kuceritakan apa yangku alami satu jam yang lalu,! setelah mendengar ceritaku keluarlah air mata siteteh, laluku hapus air matanya dengan saputanganku' dan kutanyakan kembali kenapa ia menangis,? " lalu teteh pun menjawab " saya terharu''baru kali ini ada seorang lelaki begitu perhatian yang sangat dalam menyentuh hati saya, puitis sekali sekali siteteh ini " jawabku dalam hati " sudalah teh jangan bersedih lagi yah! aku janji mulai sekarang dan seterusnya aku akan membahagiakan dan selalu menjaga perasaan teteh; ah gombal kamu apa bisa dipercaya nih,? dari pada saya mendengar gombalan kamu terus ga ada habisnya hari sudah larut malam kedatangan saya kemari untuk menawarkan kamu untuk menginap dirumah saya itu pun kalau kamu mau? karna rumah saya jelek, sebelumnya aku ucapkan terima kasih karna atas kebaikan teteh' bukannya aku menolak atas tawaran yang diberikan' karna aku ngga mau merepotkan atau menjadi beban keluarga terutama sama suami teteh'' kata-kataku memancing sekedar ingin tau siteteh ini janda atau bukan dan juga untuk meyakinkan kalau aku sayang sama dia", dan teteh pun terdiam setelah mendengar perkataanku, ku tunggu jawaban apa yang akan keluar dari mulutnya,, sambil menunggu aku pandangi raut wajah teteh yang cantik dan bibirnya yang seksi' ingin rasanya bibirku menyentuh bibirnya ' saking asiknya ku berandai-andai, Lalu teteh mengagetkanku dan berkata' hayoo lagi ngelamunin apa? ah teteh ngagetin aja' lalu aku pun balik bertanya' kalau teteh sendiri lagi ngelamunin apa dong? dan tetehpun berkata' anu!! kalau saya sebenarnya sudah lama menjanda, oyah! nadaku kaget ' dalam hati' jawaban ini yang aku harapkan, ma'af ya kalau aku telah mengorek masalah pribadi teteh,!! yah mau dibilang apa lagi kalau nasi sudah menjadi bubur' jalani aja hidup ini walaupun pahit adanya, iba aku mendengarnya; memang sudah berapa lama teteh menjanda' tanyaku' sekedar ingin tau? sudahlah nanti saja kita lanjutkan ceritanya' hari sudah larut malam, gimana tawaran saya' mau ngga,! ngga ah teh, kenapa' balik bertanya? maksud aku ngga mau nolak, bisa aja kamu,, akhirnya aku dan teteh bergegas untuk menuju kerumahnya'di dalam perjalanan kita berdua bercerita tentang keperbadian masing-masing dan bercanda ria' cubitan demi cubitan yang dilontarkan oleh teteh kepadaku, iih teteh genit ah"kataku manja", memang nya tidak boleh ya! kalau untuk teteh sih terserah mau diapain aku mah pasrah aja, bener nih' nanti ya! '' dengan nada menantang", tidak terasa sampailah dirumah siteteh, jang nih rumah teteh jelekkan'' dengan kata-kata nya merendah", itu kan kata teteh' walapun rumah ini jelek atau apalah' kan yang punya cakep itu yang utama, mulai deh ngegombalnya, dan tetehpun menawarkan ku untuk masuk lalu sambil menyuguhkan kopi panas untukku, lalu aku pun bertanya' kok sepi' teteh disini tinggal sendiri ya? ngga berdua sama anak saya, "singkat cerita' ia janda beranak satu yang umurnya sekitar 5 tahun" nama nya siapa teh,? asep' kalau ibu nya? nama saya entin kalau nama kamu' berbalik bertanya'? aku zaen teh, orang jakarta mah namanya bagus-bagus ya! apa artinya sebuah nama yang penting hatinya teh, iya ya bener juga kamu, o'iya pertanyaaku tadi belum teteh jawab, tentang apa? ma'af sebelumnya tentang sudah berapa lama teteh menjanda,!! sekitar 1 tahun, lama juga yah' memangnya teteh tidak ada niat untuk menikah lagi, memangnya ada yang mau sama saya' orang kampung' tua' janda' punya anak pula,, kan aku sudah bilang berkali-kali kalau teteh itu masih cantik' dan menurut saya teteh ini belum terlalu tua-tua sekali' memangnya teteh tidak kasihan sama asep,'' teteh pun bertanya dengan nada jengkel '' maksud kamu apa kok bawa-bawa asep,? sekali lagi saya minta maaf' bukannya saya bermaksud untuk menasehati atau menceramahi teteh' maksud aku baik kok' aku hanya memberi selusi' itupun kalau teteh mau menerimanya,, memangnya maksud kamu apa saya makin ngga ngerti' tolong dong diperjelas,''dan suasanapun makin memanas"! maksud aku' apa teteh tidak ada niat untuk mencarikan si asep figur seorang ayah pengganti' mumpung siasep ini masih kecil' dan sebentar lagi asep kan masuk sekolah perlu banyak biaya' apakah beban ini akan teteh pikul sendiri,? " dan teteh pun menangis terseduh-seduh' lalu kuniatkan untuk menghapus air matanya dengan saputanganku lalu apa yang terjadi' tiba-tiba siteteh menepis tanganku dan berkata", saya masih sanggup kok membiayai hidup saya berdua!, sukurlah kataku,, kalau memang perkataanku salah dan kehadiranku juga membawa masalah dikeluarga ini' Aku mohon maaf sebesar-besarnya' lebih baik aku pergi dan tak akan kembali' dan aku berterima kasih sekali karna teteh telah banyak membantuku dan tak akan kulupa kebaikan teteh terhadap aku selama ini' biarlah pertemuan ini menjadi kenangan yang tak terlupakan'!!
baru akan beranjak dari tempat dudukku' teteh pun langsung memegang tanganku sambil berkata " kamu mau kemana? sambil ku lepaskan tangannya dari tanganku' takku hiraukan perkatannya' dan akupun pergi tanpa ada kata sepatakata pun yang keluar dari mulutku' baru beberapa kakiku melangkah' teteh pun berlari sambil memanggil namaku dan memelukku dari belakang sambil menangis sejadi-jadinya seakan ia tidak mau aku pergi darinya" zaen maafin ya atas perlakuan/atau perkataan saya tadi yang aggak kasar ke kamu,, dan akupun hanya mengaggukan kepala sambil kucium keningnya dan berlanjut ke bibir seksinya' dan teteh pun terhanyut akan cumbuanku lalu ku gendong ia kekamarnya' dan akhirnya terjadilah percintaanku dengan siteteh layaknya hubungan suami-istri' singkat cerita aku dan tetehpun tertidur' tak terasa hari sudah pagi', selamat pagi sayang, pagi juga, maaf ya teh kejadian semalam, kenapa kamu nyesel,? ngga kok teh justru aku ingi lagi, uh dasar laki-laki nanti kalo sudah dapet yang enak' pasti saya bakal ditinggalin, teh saya janji tak akan meninggalkan teteh,, ah bohong,!!sambil meluarkan air mata, dan kuhapus air matanya' sambilku lepaskan kain yang melilit ditubuhnya' dan akupun sambil membisikan ditelingah nya dengan kata-kata manis'' teh aku sayang dan cinta sama teteh' aku janji akan menikahkan teteh, lalu kulanjutkan percintaan ku' tetehpun mengimbangi permainanku desahanpun mulai terdengar' yang saya udah ngga tahan nih' sabar teh' dan tempo permainanku pun dipercepat akhirnya sampailah diujung permainanku bersama teteh' ah ah aa.....h yeaahh!!!!, kamu janjikan akan menikahkan saya, iyah saya janji,, ke esok harinya ku temui om yadi di rumahnya untuk melamar dan menikahkan aku dengan siteteh,! akhir cerita aku pun resmi menjadi suami dan ayah pengganti untuk siasep,!!! TAMAT
read more “KISAH JANDA DESA”

Aku Selalu Dimanja

- Sejak kecil aku selalu dimanja, sehingga sampai besarpun aku terkadang masih suka minta dikeloni. Aku suka kalau tidur sambil memeluk Ibu, Mbak Lisa atau Mbak Indri. Tapi aku tidak suka kalau dikeloni Ayah. Entah kenapa, mungkin tubuh Ayah besar dan tangannya ditumbuhi rambut-rambut halus yang cukup lebat. Padahal Ayah paling sayang padaku. Karena apapun yang aku ingin minta, selalu saja diberikan. Aku memang tumbuh menjadi anak yang manja. Dan sikapku juga terus seperti anak balita, walau usiaku sudah cukup dewasa.

Pernah aku menangis semalaman dan mengurung diri di dalam kamar hanya karena Mbak Indri menikah. Aku tidak rela Mbak Indri jadi milik orang lain. Aku benci dengan suaminya. Aku benci dengan semua orang yang bahagia melihat Mbak Indri diambil orang lain. Setengah mati Ayah dan Ibu membujuk serta menghiburku. Bahkan Mbak Indri menjanjikan macam-macam agar aku tidak terus menangis. Memang tingkahku tidak ubahnya seorang anak balita.

Tangisanku baru berhenti setelah Ayah berjanji akan membelikanku motor. Padahal aku sudab punya mobil. Tapi memang sudah lama aku ingin dibelikan motor. Hanya saja Ayah belum bisa membelikannya. Kalau mengingat kejadian itu memang menggelikan sekali. Bahkan aku sampai tertawa sendiri. Habis lucu sih.., Soalnya waktu Mbak Indri menikah, umurku sudab dua puluh satu tahun.

Hampir lupa, Saat ini aku masih kuliah. Dan kebetulan sekali aku kuliah di salah satu perguruan tinggi swasta yang cukup keren. Di kampus, sebenarnya ada seorang gadis yang perhatiannya padaku begitu besar sekali. Tapi aku sama sekali tidak tertarik padanya. Dan aku selalu menganggapnya sebagai teman biasa saja. Padahal banyak teman-temanku, terutama yang cowok bilang kalau gadis itu menaruh hati padaku.

Sebut saja namanya Linda. Punya wajab cantik, kulit yang putih seperti kapas, tubuh yang ramping dan padat berisi serta dada yang membusung dengan ukuran cukup besar. Sebenarnya banyak cowok yang menaruh hati dan mengharapkan cintanya. Tapi Linda malah menaruh hati padaku. Sedangkan aku sendiri sama sekali tidak peduli, tetap menganggapnya hanya teman biasa saja. Tapi Linda tampaknya juga tidak peduli. Perhatiannya padaku malah semakin bertambah besar saja. Bahkan dia sering main ke rumahku, Ayah dan Ibu juga senang dan berharap Linda bisa jadi kekasihku.

Begitu juga dengan Mbak Lisa, sangat cocok sekali dengan Linda Tapi aku tetap tidak tertarik padanya. Apalagi sampai jatuh cinta. Anehnya, hampir semua teman mengatakan kalau aku sudah pacaran dengan Linda, Padahal aku merasa tidak pernah pacaran dengannya. Hubunganku dengan Linda memang akrab sekali, walaupun tidak bisa dikatakan berpacaran.

Seperti biasanya, setiap hari Sabtu sore aku selalu mengajak Bobby, anjing pudel kesayanganku jalan-jalan mengelilingi Monas. Perlu diketahui, aku memperoleh anjing itu dan Mas Herman, suaminya Mbak Indri. Karena pemberiannya itu aku jadi menyukai Mas Herman. Padahal tadinya aku benci sekali, karena menganggap Mas Herman telah merebut Mbak Indri dan sisiku. Aku memang mudah sekali disogok. Apalagi oleh sesuatu yang aku sukai. Karena sikap dan tingkah laku sehari-hariku masih, dan aku belum bisa bersikap atau berpikir secara dewasa.

Tanpa diduga sama sekali, aku bertemu dengan Linda. Tapi dia tidak sendiri. Linda bersama Mamanya yang usianya mungkin sebaya dengan Ibuku. Aku tidak canggung lagi, karena memang sudah saling mengenal. Dan aku selalu memanggilnya Tante Maya.
"Bagus sekali anjingnya..", piji Tante Maya.
"Iya, Tante. diberi sama Mas Herman", sahutku bangga.
"Siapa namanya?" tanya Tante Maya lagi.
"Bobby", sahutku tetap dengan nada bangga.

Tante Maya meminjamnya sebentar untuk berjalan-jalan. Karena terus-menerus memuji dan membuatku bangga, dengan hati dipenuhi kebanggaan aku meminjaminya. Sementara Tante Maya pergi membawa Bobby, aku dan Linda duduk di bangku taman dekat patung Pangeran Diponegoro yang menunggang kuda dengan gagah. Tidak banyak yang kami obrolkan, karena Tante Maya sudah kembali lagi dan memberikan Bobby padaku sambil terus-menerus memuji. Membuat dadaku jadi berbunga dan padat seperti mau meledak. Aku memang paling suka kalau dipuji.
Oh, ya.., Nanti malam kamu datang..", ujar Tante Maya sebelum pergi.
"Ke rumah..?", tanyaku memastikan.
"Iya."
"Memangnya ada apa?" tanyaku lagi.
"Linda ulang tahun. Tapi nggak mau dirayakan. Katanya cuma mau merayakannya sama kamu", kata Tante Maya Iangsung memberitahu.
"Kok Linda nggak bilang sih..?", aku mendengus sambil menatap Linda yang jadi memerah wajahnya. Linda hanya diam saja.
"Jangan lupa jam tujuh malam, ya.." kata Tante Maya mengingatkan.
"Iya, Tante", sahutku.

Dan memang tepat jam tujuh malam aku datang ke rumah Linda. Suasananya sepi-sepi saja. Tidak terlihat ada pesta. Tapi aku disambut Linda yang memakai baju seperti mau pergi ke pesta saja. Tante Maya dan Oom Joko juga berpakaian seperti mau pesta. Tapi tidak terlihat ada seorangpun tamu di rumah ini kecuali aku sendiri. Dan memang benar, ternyata Linda berulang tahun malam ini. Dan hanya kami berempat saja yang merayakannya.

Perlu diketahui kalau Linda adalah anak tunggal di dalam keluarga ini. Tapi Linda tidak manja dan bisa mandiri. Acara ulang tahunnya biasa-biasa saja. Tidak ada yang istimewa. Selesai makan malam, Linda membawaku ke balkon rumahnya yang menghadap langsung ke halaman belakang.

Entah disengaja atau tidak, Linda membiarkan sebelah pahanya tersingkap. Tapi aku tidak peduli dengan paha yang indah padat dan putih terbuka cukup lebar itu. Bahkan aku tetap tidak peduli meskipun Linda menggeser duduknya hingga hampir merapat denganku. Keharuman yang tersebar dari tubuhnya tidak membuatku bergeming.

Cerita Dewasa Terbaru Akibat Terlalu Dimanja

Linda mengambil tanganku dan menggenggamnya. Bahkan dia meremas-remas jari tanganku. Tapi aku diam saja, malah menatap wajahnya yang cantik dan begitu dekat sekali dengan wajahku. Begitu dekatnya sehingga aku bisa merasakan kehangatan hembusan napasnya menerpa kulit wajahku. Tapi tetap saja aku tidak merasakan sesuatu.

Dan tiba-tiba saja Linda mencium bibirku. Sesaat aku tersentak kaget, tidak menyangka kalau Linda akan seberani itu. Aku menatapnya dengan tajam. Tapi Linda malah membalasnya dengan sinar mata yang saat itu sangat sulit ku artikan.
"Kenapa kau menciumku..?" tanyaku polos.
"Aku mencintaimu", sahut Linda agak ditekan nada suaranya.
"Cinta..?" aku mendesis tidak mengerti.

Entah kenapa Linda tersenyum. Dia menarik tanganku dan menaruh di atas pahanya yang tersingkap Cukup lebar. Meskipun malam itu Linda mengenakan rok yang panjang, tapi belahannya hampir sampai ke pinggul. Sehingga pahanya jadi terbuka cukup lebar. Aku merasakan betapa halusnya kulit paha gadis ini. Tapi sama sekali aku tidak merasakan apa-apa. Dan sikapku tetap dingin meskipun Linda sudah melingkarkan tangannya ke leherku. Semakin dekat saja jarak wajah kami. Bahkan tubuhku dengan tubuh Linda sudah hampir tidak ada jarak lagi. Kembali Linda mencium bibirku. Kali ini bukan hanya mengecup, tapi dia melumat dan mengulumnya dengan penuhl gairah. Sedangkan aku tetap diam, tidak memberikan reaksi apa-apa. Linda melepaskan pagutannya dan menatapku, Seakan tidak percaya kalau aku sama sekali tidak bisa apa-apa.
"Kenapa diam saja..?" tanya Linda merasa kecewa atau menyesal karena telah mencintai laki-laki sepertiku.

Tapi tidak.., Linda tidak menampakkan kekecewaan atau penyesalan Justru dia mengembangkan senyuman yang begitu indah dan manis sekali. Dia masih melingkarkan tangannya ke leherku. Bahkan dia menekan dadanya yang membusung padat ke dadaku. Terasa padat dan kenyal dadanya. Seperti ada denyutan yang hangat. Tapi aku tidak tahu dan sama sekali tidak merasakan apa-apa meskipun Linda menekan dadanya cukup kuat ke dadaku. Seakan Linda berusaha untuk membangkitkan gairah kejantananku. Tapi sama Sekali aku tidak bisa apa-apa. Bahkan dia menekan dadanya yang membusung padat ke dadaku.
"Memangnya aku harus bagaimana?" aku malah balik bertanya.
"Ohh..", Linda mengeluh panjang.

Dia seakan baru benar-benar menyadari kalau aku bukan hanya tidak pernah pacaran, tapi masih sangat polos sekali. Linda kembali mencium dan melumat bibirku. Tapi sebelumnya dia memberitahu kalau aku harus membalasnya dengan cara-cara yang tidak pantas untuk disebutkan. Aku coba untuk menuruti keinginannya tanpa ada perasaan apa-apa.
"Ke kamarku, yuk..", bisik Linda mengajak.
"Mau apa ke kamar?", tanyaku tidak mengerti.
"Sudah jangan banyak tanya. Ayo..", ajak Linda setengah memaksa.
"Tapi apa nanti Mama dan Papa kamu tidak marah, Lin?", tanyaku masih tetap tidak mengerti keinginannya.

Linda tidak menyahuti, malah berdiri dan menarik tanganku. Memang aku seperti anak kecil, menurut saja dibawa ke dalam kamar gadis ini. Bahkan aku tidak protes ketika Linda mengunci pintu kamar dan melepaskan bajuku. Bukan hanya itu saja, dia juga melepaskan celanaku hingga yang tersisa tinggal sepotong celana dalam saja Sedikitpun aku tidak merasa malu, karena sudah biasa aku hanya memakai celana dalam saja kalau di rumah. Linda memandangi tubuhku dan kepala sampai ke kaki. Dia tersenyum-senyum. Tapi aku tidak tahu apa arti semuanya itu. Lalu dia menuntun dan membawanya ke pembaringan. Linda mulai menciumi wajah dan leherku. Terasa begitu hangat sekali hembusan napasnya.
"Linda.."

Aku tersentak ketika Linda melucuti pakaiannya sendiri, hingga hanya pakaian dalam saja yang tersisa melekat di tubuhnya. Kedua bola mataku sampai membeliak lebar. Untuk pertama kalinya, aku melihat sosok tubuh sempurna seorang wanita dalam keadaan tanpa busana. Entah kenapa, tiba-tiba saja dadaku berdebar menggemuruh Dan ada suatu perasaan aneh yang tiba-tiba saja menyelinap di dalam hatiku.

Sesuatu yang sama sekali aku tidak tahu apa namanya, Bahkan seumur hidup, belum pernah merasakannya. Debaran di dalam dadaku semakin keras dan menggemuruh saat Linda memeluk dan menciumi wajah serta leherku. Kehangatan tubuhnya begitu terasa sekali. Dan aku menurut saja saat dimintanya berbaring. Linda ikut berbaring di sampingku. Jari-jari tangannya menjalar menjelajahi sekujur tubuhku. Dan dia tidak berhenti menciumi bibir, wajah, leher serta dadaku yang bidang dan sedikit berbulu.

Tergesa-gesa Linda melepaskan penutup terakhir yang melekat di tubuhnya. sehingga tidak ada selembar benangpun yang masih melekat di sana. Saat itu pandangan mataku jadi nanar dan berkunang-kunang. Bahkan kepalaku terasa pening dan berdenyut menatap tubuh yang polos dan indah itu. Begitu rapat sekali tubuhnya ke tubuhku, sehingga aku bisa merasakan kehangatan dan kehalusan kulitnya. Tapi aku masih tetap diam, tidak tahu apa yang harus kulakukan. Linda mengambil tanganku dan menaruh di dadanya yang membusung padat dan kenyal.

Dia membisikkan sesuatu, tapi aku tidak mengerti dengan permintaannya. Sabar sekali dia menuntun jari-jari tanganku untuk meremas dan memainkan bagian atas dadanya yang berwarna coklat kemerahan. Tiba-tiba saja Linda. menjambak rambutku, dan membenamkan Wajahku ke dadanya. Tentu saja aku jadi gelagapan karena tidak bisa bernapas. Aku ingin mengangkatnya, tapi Linda malah menekan dan terus membenamkan wajahku ke tengah dadanya. Saat itu aku merasakan sebelah tangan Linda menjalar ke bagian bawah perutku.
"Okh..?!".
Aku tersentak kaget setengah mati, ketika tiba-tiba merasakan jari-jari tangan Limda menyusup masuk ke balik celana dalamku yang tipis, dan..
"Linda, apa yang kau lakukan..?" tanyaku tidak mengerti, sambil mengangkat wajahku dari dadanya.

Linda tidak menjawab. Dia malah tersenyum. Sementara perasaan hatiku semakin tidak menentu. Dan aku merasakan kalau bagian tubuhku yang vital menjadi tegang, keras dan berdenyut serasa hendak meledak. Sedangkan Linda malah menggenggam dan meremas-remas, membuatku mendesis dan merintih dengan berbagai macam perasaan berkecamuk menjadi satu. Tapi aku hanya diam saja, tidak tahu apa yang harus kulakukan. Linda kembali menghujani wajah, leher dan dadaku yang sedikit berbulu dengan ciuman-ciumannya yang hangat dan penuh gairah membara.

Memang Linda begitu aktif sekali, berusaha membangkitkan gairahku dengan berbagai macam cara. Berulang kali dia menuntun tanganku ke dadanya yang kini sudan polos.
"Ayo dong, jangan diam saja..", bisik Linda disela-sela tarikan napasnya yang memburu.
"Aku.., Apa yang harus kulakukan?" tanyaku tidak mengerti.
"Cium dan peluk aku..", bisik Linda.

Aku berusaha untuk menuruti semua keinginannya. Tapi nampaknya Linda masih belum puas. Dan dia semakin aktif merangsang gairahku. Sementara bagian bawah tubuhku semakin menegang serta berdenyut.

Entah berapa kali dia membisikkan kata di telingaku dengan suara tertahan akibat hembusan napasnya yang memburu seperti lokomotif tua. Tapi aku sama sekali tidak mengerti dengan apa yang d ibisikkannya. Waktu itu aku benar-benar bodoh dan tidak tahu apa-apa. Walau sudah berusaha melakukan apa saja yaang dimintanya.

Sementara itu Linda sudah menjepit pinggangku dengan sepasang pahanya yang putih mulus. Linda berada tepat di atas tubuhku, sehingga aku bisa melihat seluruh lekuk tubuhnya dengan jelas sekali.

Entah kenapa tiba-tiba sekujur tubuhku menggelelar ketika penisku tiba-tiba menyentuh sesuatu yang lembab, hangat, dan agak basah. Namun tiba-tiba saja Linda memekik, dan menatap bagian penisku. Seakan-akan dia tidak percaya dengan apa yang ada di depan matanya. Sedangkan aku sama sekali tidak mengerti. PadahaI waktu itu Linda sudah dipengaruhi gejolak membara dengan tubuh polos tanpa sehelai benangpun menempel di tubuhnya.
"Kau..", desis Linda terputus suaranya.
"Ada apa, Lin?" tanyaku polos.

"Ohh..", Linda mengeluhh panjang sambil menggelimpangkan tubuhnya ke samping. Bahkan dia langsung turun dari pembaringan, dan menyambar pakaiannya yang berserakan di lantai. Sambil memandangiku yang masih terbaring dalam keaadaan polos, Linda mengenakan lagi pakaiannya. Waktu itu aku melihat ada kekecewaan tersirat di dalam sorot matanya. Tapi aku tidak tahu apa yang membuatnya kecewa.
"Ada apa, Lin?", tanyaku tidak mengerti perubahan sikapnya yang begitu tiba-tiba.
"Tidak.., tidak ada apa-apa, sahut Linda sambil merapihkan pakaiannya.

Aku bangkit dan duduk di sisi pembaringan. Memandangi Linda yang sudah rapi berpakaian. Aku memang tidak mengerti dengan kekecewannya. Linda memang pantas kecewa, karena alat kejantananku mendadak saja layu. Padahal tadi Linda sudah hampir membawaku mendaki ke puncak kenikmatan
� a �o� H�� jangan tidur!" bentak Roy sambil menampar pipi Desy.
"Lo tau nggak, daerah sini nggak aman jadi perlu ada alarm."

Desy meronta ketakutan melihat Roy memegang dua buah jepitan buaya. Jepitan itu bergigi tajam dan jepitannya keras sekali. Roy mendekatkan satu jepitan ke puting susu kanan Desy, menekannya hingga terbuka dan melepaskannya hingga menutup kembali menjepit puting susu Desy. Desy menjerit dan melolong kesakitan, gigi jepitan tadi menancap ke puting susunya. Kemudian Roy juga menjepit puting susu yang ada di sebelah kiri. Air mata Desy bercucuran di pipi.

Kemudian Roy mengikatkan kawat halus di kedua jepitan tadi, mengulurnya dan kemudian mengikatnya ke pegangan pintu masuk. Ketika pintu itu didorong Roy hingga membuka keluar, Desy merasa jepitan tadi tertarik oleh kawat, dan membuat buah dadanya tertarik dan ia menjerit kesakitan.

"Nah, udah jadi. Lo tau kan pintu depan ini bisa buka ke dalem ama keluar, tapi bisa juga disetel cuma bisa dibuka dengan cara ditarik bukan didorong. Jadi gue sekarang pergi dulu, terus nanti gue pasang biar pintu itu cuma bisa dibuka kalo ditarik. Nanti kalo ada orang dateng, pas dia dorong pintu kan nggak bisa, pasti dia coba buat narik tuh pintu, nah, pas narik itu alarmnya akan bunyi!"
"Jangan! saya mohoon! mohon! jangan! jangan! ampun!"

Roy tidak peduli, ia keluar dan tidak lupa memasang kunci pada pintu itu hingga sekarang pintu tadi hanya bisa dibuka dengan ditarik. Desy menangis ketakutan, puting susunya sudah hampir rata, dijepit. Ia meronta-ronta berusaha melepaskan ikatan. Tubuh Desy berkeringat setelah berusaha melepaskan diri tanpa hasil. Lama kemudian terlihat sebuah bayangan di depan pintu, Desy melihat ternyata bayangan itu milik gelandangan yang sering lewat dan meminta-minta. Gelandangan itu melihat tubuh Desy, telanjang dengan buah dada mengacung.

Gelandang itu mendorong pintu masuk. Pintu itu tidak terbuka. Kemudian ia meraih pegangan pintu dan mulai menariknya.
Desy berusaha menjerit "Jangan! jangan! jangan buka! jangaann!", tapi gelandangan tadi tetap menarik pintu, yang kemudian menarik kawat dan menarik jepitan yang ada di puting susunya. Gigi-gigi yang sudah menancap di daging puting susunya tertarik, merobek puting susunya. Desy menjerit keras sekali sebelum jatuh di atas meja. Pingsan.

Desy tersadar dan menjerit. Sekarang ia berdiri di depan meja kasir. Tangannya terikat ke atas di rangka besi meja kasir. Sedangkan kakinya juga terikat terbuka lebar pada kaki-kaki meja kasir. Ia merasa kesakitan. Puting susunya sekarang berwarna ungu, dan menjadi sangat sensitif. Udara dingin saja membuat puting susunya mengacung tegang. Memar-memar menghiasi seluruh tubuhnya, mulai pinggang, dada dan pinggulnya. Desy merasakan sepasang tangan berusaha membuka belahan pantatnya dari belakang. Sesuatu yang dingin dan keras berusaha masuk ke liang anusnya. Desy menoleh ke belakang, dan ia melihat gelandangan tadi berlutut di belakangnya sedang memegang sebuah botol bir.
"Jangan, ampun! Lepaskan saya pak! Saya sudah diperkosa dan dipukuli! Saya tidak tahan lagi."
"Tapi Mbak, pantat Mbak kan belon." gelandangan itu berkata tidak jelas.
"Jangan!" Desy meronta, ketika penis gelandangan tadi mulai berusaha masuk ke anusnya. Setelah beberapa kali usaha, gelandangan tadi menyadari penisnya tidak bisa masuk ke dalam anus Desy. Lalu ia berlutut lagi, mengambil sebuah botol bir dari rak dan mulai mendorong dan memutar-mutarnya masuk ke liang anus Desy.

Desy menjerit-jerit dan meronta-ronta ketika leher botol bir tadi mulai masuk dengan keadaan masih mempunyai tutup botol yang berpinggiran tajam. Liang anus Desy tersayat-sayat ketika gelandangan tadi memutar-mutar botol dengan harapan liang anus Desy bisa membesar.

Setelah beberapa saat, gelandangan tadi mencabut botol tadi. Tutup botol bir itu sudah dilapisi darah dari dalam anus Desy, tapi ia tidak peduli. Gelandang itu kembali berusaha memasukan penisnya ke dalam anus Desy yang sekarang sudah membesar karena dimasuki botol bir. Gelandang tadi mulai bergerak kesenangan, sudah lama sekali ia tidak meniduri perempuan, ia bergerak cepat dan keras sehingga Desy merasa dirinya akan terlepar ke depan setiap gelandangan tadi bergerak maju. Desy terus menangis melihat dirinya disodomi oleh gelandangan yang mungkin membawa penyakit kelamin, tapi gelandangan tadi terus bergerak makin makin cepat, tangannya meremas buah dada Desy, membuat Desy menjerit karena puting susunya yang terluka ikut diremas dan dipilih-pilin. Akhirnya dengan satu erangan, gelandang tadi orgasme, dan Desy merakan cairan hangat mengalir dalam anusnya, sampai gelandangan tadi jatuh terduduk lemas di belakang Desy.

"Makasih ya Mbak! Saya puas sekali! Makasih." gelandangan tadi melepaskan ikatan Desy. Kemudian ia mendorong Desy duduk dan kembali mengikat tangan Desy ke belakang, kemudian mengikat kaki Desy erat-erat. Kemudian tubuh Desy didorongnya ke bawah meja kasir hingga tidak terlihat dari luar.

Sambi terus mengumam terima kasih gelandangan tadi berjalan sempoyongan sambil membawa beberapa botol bir keluar dari toko. Desy terus menangis, merintih merasakan sperma gelandangan tadi mengalir keluar dari anusnya. Lama kemudian Desy jatuh pingsan kelelahan dan shock. Ia baru tersadar ketika ditemukan oleh rekan kerjanya yang masuk pukul 6 pagi.
read more “Aku Selalu Dimanja”

Anak Bawang


Ketika itu umurku 10 tahun. Badanku memang tergolong tidak besar, sehingga di kelas 5 aku termasuk anak yang kecil. Meski begitu muka ku imut dan manis, walau aku cowok. Karena itulah aku dianggap tidak berbahaya oleh teman-teman mainku. Di rumah aku mempunyai kelompok teman bermain, 2 orang cewek yang umurnya lebih tua dari ku. Mereka sudah kelas 1 SMP. Kami bertiga selalu main bertiga. Kebetulan orang tua kami dua-duanya bekerja, sehingga jika pulang sekolah di rumah hanya ada anak-anak. Rumah kami bertetanggaan. Kuperkenalkan teman mainku yang badannya agak bongsor namanya Imelda, biasa dipanggil Imel, umurnya 12 tapi dia sudah seperti anak gadis. Temenku yang satu lagi Sevil, dia lebih tinggi dikit dari aku, kulitnya putih, cantik , karena orang tuanya dari wilayah Utara Sulawesi. Tempat kami ngumpul selalu di rumah Imel, sebabnya rumah dia paling bagus dan di kemarnya semua ada, mulai dari komputer, TV dengan DVDnya , PS. Dia anak tunggal. Di rumah hanya ditemani pembantunya ibu-ibu yang sudah setengah umur. Kami biasanya bermain di kamar Imel. Kamarnya enak, karena ada AC nya. Meski cowok, tetapi tidak ada perbedaan dalam kami bergaul. Aku bahkan sering jadi suruh-suruhan mereka, seperti minta diambilin minum, minta ke warung beli jajanan. Ya apa saja yang mereka inginkan seringnya nyuruh aku. Aku mungkin waktu itu penurut karena badanku paling kecil, jadi dianggap sebagai anak bawang. Tapi kalau aku tidak ngumpul mereka selalu cari-cari aku ke rumah. Biasanya selepas pulang sekolah dan makan kami selalu berkumpul sampai menjelang magrib. Kadang-kadang kalau hari libur, aku dan Sevil selalu diajak kedua orang tua Imel jalan-jalan dan makan ke mall. Mereka menganggap kami sudah seperti anaknya juga. Di kamar Imel, komputernya tersambung internet. Aku paling betah main game online di situ. Tapi ya gitu mereka selalu mengganggu sehingga aku tidak bisa main berlama-lama. Sevil paling senang buka facebooknya dan chating, Imel juga begitu mereka sering cekikikan kalau chating. Aku kurang suka chating, kecuali chatingg di RO. Kalau mereka sudah menguasai komputer, maka aku beralih bermain PS atau WI. Asyik juga sih main gamenya, karena Imel punya PS 3. Akhir-akhir ini Imel dan Sevil sering liat film-film bokep. Kalau mereka sudah memutar monitor agar terhindar dari pandanganku, itu tandanya mereka nonton bokep. Aku pura-pura nggak tau aja, dan asyik main game di PS. Padahal sebenarnya pengen juga sih liat. Beberapa kali sih aku pernah juga liat bokep di warnet. Biasanya kalau habis liat gituan kepalaku jadi pening, dan barangku jadi tegang. Satu hari aku dipanggil mereka berdua yang lagi nonton bokep. Aku sebenarnya malu juga nonton gituan sama cewe-cewe. Tapi aku pura-pura nggak ngerti aja . Mereka bilang biar aku cepet besar jadi harus nonton gituan. Mereka rupanya menguasai banyak alamat situs bokep, Nonton bokep di internet jadi kerjaan kami setiap hari kalau udah bosan ngerjain PR. Terus terang aku tegang juga kalau melihat adegan-adagan bokep, tapi aku pura-pura tenang aja. Lagian Imel dan Sevil jauh lebih tua dan lebih besar dari aku, jadi mana berani aku macam-macam. Kalau habis nonton bokep, sampai tidur pun aku terbayang-bayang adegan –adegannya. Yang diputar selalu film-film barat. Aku kadang-kadang penasaran bagaimana ya barangnya orang Indonesia. Malah sering juga penasaran pengen tau barangnya Imel dan Sevil. Tapi gila, mana aku berani ke mereka, orang mereka terhadapku otoriter banget. Satu hari ketika kami libur sekolah, seharian kami bermain di kamar Imel. Biasanya kalau kami di kamar, pintu selalu tertutup biar ACnya dingin. Pembantunya tidak pernah masuk. Kalau pun ada sesuatu biasanya dia nelpon melalui telepon lokal. Kami udah ngumpul dari jam 11 siang. Si Sevil bikin gara-gara ngajak Imel ngerjain aku. Dia bilang kira-kira gini. Ron, ya namaku Rony. Kita kan sering liat bokep, tapi aku dan Imel belum pernah liat barangnya laki-laki bagaimana aslinya, lu boleh kan kami liat barangnya. Aku tentu saja tidak setuju karena malu banget, barangku ngaceng diliat-liat ama cewek. Gini deh kata Imel, kita sama-sama ngeliatken barang kita, lu kan nggak pernah liat barangnya perempuan juga kan yang asli. Ditantang begitu aku jadi mikir. Selama ini aku penasaran bener pengen liat barangnya perempuan aslinya seperti apa. Pertahananku jadi agak mengendor. Lalu aku tanya gimana caranya. Mereka lalu jawab, ya kita buka bareng-bareng. Tapi rasanya aku masih malu juga. Mereka kecewa dan terus membujuk aku. Mereka bilang aku bisa liat barangnya 2 cewe, masa nggak mau sih. Asyik juga pikirku, sekali liat bisa barangnya 2 cewek. Pintu kamar lalu dikunci sama Imel. Dia buat peraturan, pertama-tama membuka bagian luarnya, celana luar kami masing-masing bersamaan kami buka. Aku memang pakai celana dalam, sejak sunat 6 bulan yang lalu. Celana dalam Imel ada gambarnya. bergambar miki mouse, sedang Sevil warnanya pink. Aku juga memlorotkan celana luarku. Penisku menegang sehingga celana dalamku menggembung. Tanpa menunggu aku menurunkan celana dalam, Sevil dan Imel sudah membuka celana dalamnya. Aku terkesiap melihat memek mereka, yang menggunduk licin. Mereka kelihatannya belum berbulu seperti yang di film, Imel saja yang kelihatannya ada bulu halusnya, sedangkan Sevil masih plontos-tos. Mereka lalu protes agar aku segera menurunkan celana dalamku. Aku tidak bisa bertahan lagi dan pelan-pelan kuturunkan celana dalamku. Begitu celana dalamku turun, penisku langsung ngacung . Sevil dan Imel cekikikan melihat penisku yang berdiri menghadap keatas. Meski badanku kecil, tetapi penisku lumayan besar juga . Sejak aku sunat, penisku rasanya makin besar aja. Apalagi sering kukocok kalau aku lagi nafsu. Biasanya aku kocok sampai datang rasa nikmat. Aku belum mengeluarkan sperma pada waktu itu. Imel dan Sevil mendekat dan menarik kaosku ke atas. Mereka seperti meneliti kontolku. Pada saat itu aku merasa malu banget, tapi apa boleh buat aku tahan saja, karena mereka juga telanjang sih. Mungkin karena berdiri mereka jadi agak susah memperhatikan kontolku. Aku dimintanya berbaring telentang. Kemauan mereka aku turuti saja. Mula mula Sevil memegang kontolku. Aku kaget, barangku disentuh sehingga badanku berjingkat. Sevil nanya, kenapa sakit ya. Nggak, aku kaget saja. Ketika tangannya menekan-nekan penisku, rasa nikmat menjalar ke seluruh tubuhku. Imel akhirnya ikut-ikutan menekan batang penisku. Dia malah menggosok-gosok kepala penisku. Aku tentu saja berjingkat-jingkat karena geli dan ngilu. Mereka aku cegah menggosok-gosok kepala penisku. Iha aneh banget bentuknya ya, kata imel. Iya kaya ada topinya, kata Sevil. Yang ini apaan, katanya sambil meremas kantong zakarku. Dia meremasnya terlalu keras sampai aku menjerit kesakitan. Eh sorry ya sakit. kata Imel. Aku bilang kalau kantong pelirnya diremas begitu rasanya sakit seperti pengin kencing. Diusap-usapnya penisku dan juga kantong pelirku. Waduh rasanya nikmat sekali. Malah rasanya lebih enak dari pada kukocok pakai sabun. Tiba-tiba orgasmeku mendesak dan aku menggelinjang-gelinjang merasakan orgasmeku. Seluruh barangku jadi geli dan ngilu, oleh karena itu mereka aku cegah menyentuh lagi. Barangku aku bekap untuk mencegah mereka menyentuh lagi. Lama aku bekap sampai rasa ngilu dan gelinya hilang baru aku lepas. Kedua mereka heran dan bertanya-tanya, aku kenapa. Tapi aku diam saja karena sedang bingung oleh rasa nikmat yang sedang menjalari tubuhku. Ketika aku lepas, penisku sudah mulai menyusut. Mereka bertanya-tanya lagi, kenapa jadi mengecil. Aku jelaskan kalau sudah tegang dan mencapai kenikmatan, barangku berangsur-angsur akan mengecil kembali. Mereka lalu menekan-nekan penisku yang sudah mulai lembek. Mereka tanya bisa nggak di berdirikan lagi. Aku bilang bisa saja, tapi ya perlu dirangsang. Imel masuk ke kamar mandi membawa handuk kecil yang dibasahi. Kontolku dibersihkan dengan handuk lembab itu, rupanya handuk itu dia lumuri sabun, karena terasa ada wangi sabun. Dia kembali lagi membasuh penisku. Aku sudah pasrah 100 persen. Sel aku mau coba kayak yang difilm itu, rasanya gimana ya. Coba apa, kata Sevil ke Imelda. Itu lho ngemut barangnya cowok. Tiba –tiba Imelda sudah mengendus barangku dan melahapnya. Barangku masih lemas dimasukkannya kemulut lalu mulutnya maju mundur. Aku merasa nikmat sekali, tapi kadang-kadang gigi Imel menggerus penisku. Aku bilang jangan digigit dong, sakit kalau giginya kena kontol, kataku. Imel lalu merapatkan bibirnya agar giginya tidak menyentuh kontolku. Sevil lalu penasaran ingin pula merasakan kontolku. Dia minta gantian ngemut kontolku. Penisku langsung menegang lagi diemut dua cewek ini. Mereka lalu makin semangat ngemut kontolku bergantian. Gimana rasanya Ron, Tanya Imel. Aku bilang enak sekali. Tiba-tiba Sevil bilang sekarang gantian dong, lu jilati barang gua, kayaknya kalau di film itu kok ceweknya kayak keenakan gitu, gimana sih rasanya. Iya nih, timpal Imelda, gantian dong ngrasian enaknya. Mereka lalu menarikku duduk dan gantian keduanya tidur telentang sambil membuka pahanya lebar-lebar. Pertama aku disuruh menjilat memek Sevil. Ketika kudekatkan, terasa baunya rada pesing dan nggak enak. Aku menarik kepalaku menjauh. Aku bilang aku nggak mau ah, memeknya bau. Iya deh gua cuci dulu pakai sabun biar wangi kata Sevil bangkit menuju kamar mandi. Imelda pun kemudian ikut ke kamar mandi. Dari kamar mandi mereka lalu kembali ke posisi telentang. Aku kembali disuruh menciumi memek mereka. Terasa harum sabun mandi, sehingga aku tidak merasa terlalu jijik. Sebenarnya sih masih ada rasa jijik juga, tapi mungkin karena aku penasaran ingin liat lebih dekat dan karena dorongan nafsu juga makanya aku turuti perintah mereka. Terus terang aku tidak tahu harus bagaimana. Kulihat belahan rapat memek Sevil. Aku tidak tau apanya yang harus dijilat, makanya aku menjilati bibir memeknya di kiri dan kanannya. Sevil menggelinjang-gelinjang, geli-geli enak katanya. Aku penasaran ingin liat dalamnya memek gimana. Lalu aku buka bibir memeknya lebar-lebar. Sevil mengeluh sakit kalau aku buka terlalu lebar. Kulihat belahan dalam memeknya berwarna merah muda dengan bentuk yang nggak beraturan. Aku disuruh menjilat bagian dalamnya. Kelihatannya seperti basah-basah gitu di celah-celah memeknya. Ketika aku rasakan dengan lidah cairan itu tidak ada rasanya dan tidak bau pesing juga. Tadinya aku pikir bekas air pipis. Sevil membuka sendiri belahan memeknya dan menunjukkan bagian mana yang mesti aku jilat. Dia menunjuk ada daging kecil di bagian atas memeknya. Ketika aku jilat di bagian itu, Sevil sepertinya terkejut. Dia bilang geli banget. Tapi aku tetap disuruh menjilat sekitar pingggirnya. Lama-lama pegal juga lidahku, menjilat-jilat seperti anjing minum. Kepalaku diarahkan oleh tangan Sevil agar jilatanku mengarah ke daging kecil di lipatan atas belahan memeknya. Ketika aku merasa pegal, dan akan berhenti sebentar , kepalaku malah ditarik sehingga mulutku membekap memeknya. Aku hampir nggak bisa bernafas karena hidungku tertutup. Tapi Sevil tetap menekan kepalaku, akhirnya aku mengatur posisi agar nafasku tidak tersumbat. Rasanya kalau mulutku membekap gini lidahku tidak terlalu pegal menjilat-jilat. Lidahku mencari-cari bagian daging kecil tadi dan terasa di lidah seperti daging mengeras. Aku fokuskan saja jilatanku ke situ. Kelihatannya setiap aku sentuh daging itu, dia merasa enak dan berjingkat-jingkat. Rasanya bosan juga menjilat-jilat terlalu lama, setiap kali aku mau berhenti, Sevil tidak membolehkan, tangannya terus menekan kepalaku dan dia merintih-rintih kayak orang keenakan. Tiba-tiba dia berteriak minta aku berhenti menjilat, tapi tangannya menekan kepalaku kuat sekali ke memeknya. Aku merasa memeknya berdenyut-denyut seperti kontolku kalau mencapai puncak kenikmatan. Aku teruskan menjilat, Sevil menjerit, untuk tidak dijilat, ngilu banget rasanya kata dia begitu. Berarti sama seperti kepala burungku ketika habis mencapai puncak kenikmatan. Setelah denyutannya berhenti, kepalaku diangkatnya. Imel bertanya-tanya ke Sevil mengenai gimana rasanya. Sevil sambil menutup mata mengatakan, gila enak banget. Aku mau dong, kata Imelda. Leherku yang pegal dipaksa menjilat Imelda. Aku tidak kuasa menolak. Berdasarkan pengalaman tadi aku langsung tahu di bagian mana memek yang harus dijilat. Memek Imel lebih gemuk, dan bibirnya agak berwarna ungu. Kayaknya memek Imel bibirnya lebih panjang, sampai-sampai nyembul keluar dari lipatan memeknya. Ketika aku buka memeknya terlihat bibir memeknya agak berkerut. Aku menarik kedua sisi bibir memeknya. Bagian dalamnya juga berwarna merah muda.Sambil kulebarkan bibir memeknya aku mulai membekapkan mulutku ke memek Imel. Lidahku sudah terlatih langsung menemukan sasaran. Imel juga terkejut begitu daging di lipatan atas memeknya ku jilat. Dia menggelinjang, sehingga menyulitkan aku menjilat memeknya. Seluruh mulut dan hidungku jadi belepotan lendir bercampur ludahku sendiri, gara-gara Imel gak bisa diem. Aku lalu berusaha menekan kedua paha Imel agar tidak banyak bergerak. Aku terus-terusan menjilati memek Imel sampai dia kayak si Sevil mengejan-ngejan. Aku sudah tahu kalau dia sedang mengejan-ngejan memeknya tidak boleh terus dijilat. Setelah usai mereka berdua mengatakan bahwa di jilat memeknya rasanya enak banget. Aku puas menjilat dan melihat memek mereka, tetapi aku masih penasaran ingin melihat tetek mereka berdua. Kuberanikan ngomong agar mereka membuka bajunya sekalian biar aku bisa liat teteknya. Mereka rupanya tidak keberatan dan segera menelanjangi diri. Si Imel sudah mengenakan semacam BH tapi BH kecil, sedangkan Sevil hanya pakai kaus dalam. Bentuk tetek cewek bagus banget, menggelembung dan diujungnya lancip ada pentilnya kecil. Aku lalu meraih tetek Imelda yang kelihatannya lebih gemuk dan mancung. Kuremas-remas kuat, Imelda menjerit sakit katanya. Aku akhirnya hanya mengusap-usap saja dan pentilnya ku pelintir pelan-pelan. Imelda mendesis-desis ketika pentilnya kupermainkan. Puas dengan Imelda aku memainkan tetek Sevil yang agak kecil. Dia juga kelihatannya senang teteknya kumainin. Bosan main tetek akhirnya aku minta mereka kembali mengisap penisku sampai aku merasa puncaknya. Permintaan itu segera mereka sanggupi. Imelda memulai mengisap kontolku. Lama sekali sampai akhirnya dia bosan dan gantian Sevil mengisapnya. Aku heran, kenapa kenikmatan itu puncaknya gak ada lagi. Padahal kontolku udah tegang.Sevil pun akhirnya bosan dan berhenti. Kami kembali pakai baju karena hari sudah mulai gelap dan sebentar lagi orang tua kami pulang. Hari itu permainan kami berakhir disitu saja. Kami berjanji bertiga untuk merahasiakan mainan baru kami. Hampir setiap hari jadinya kami selalu main gituan, sampai satu saat Imel minta penisku diadu sama memeknya seperti yang dilihat di film. Aku sebetulnya udah lama pengen niru yang difilm, karena keliatannya enak. Aku mencoba mengadu penisku ke memek Imel, tetapi kayaknya kepeleset terus. Imel akhirnya membantu memegang penisku dan menempatkan di depan lubang memeknya. Rasanya nikmat sekali aku mendorong penisku masuk. Imel mengatakan agar aku jangan terlalu keras mendorong, karena memeknya terasa sakit. Aku mendorong pelan-pelan penisku menorobos masuk. Rasanya enak banget, seperti kejepit daging empuk. Aku dorong terus, tapi tiba-tiba Imel menarik pantatnya sampai penisku lepas. Dia bilang sakit kalau aku dorong masuk terus. Dia minta aku jangan dorong kuat-kuat. Aku mengulangi lagi dan masih tetap kepeleset, tetapi setelah masuk lubang memek Imel rasanya lebih licin dibanding yang pertama tadi agak seret. Aku ikut-ikutan difilm melakukan gerakan memompa. Rasanya nikmat sekali sampai akhirnya aku mencapai puncaknya . Aku berhenti dan penisku mengecil di lubang memek Imel. Sevil bertanya ke imel mengenai rasanya ditusuk penisku. Dia bilang enak, tapi sakit. Sevil penasaran, penisku dikosok-kocoknya sampai akhirnya berdiri lagi. Dia segera mengangkang selebar mungkin dan memegang penisku untuk dimasukkan ke lubang memeknya. Aku menuruti arahannya dan aku tinggal menekan saja. Sevil meringis-ringis seperti menahan sakit ketika penisku menerobos masuk. Tapi rasanya penisku tidak bisa masuk sepenuhnya, seperti juga tadi di memek Imel. Aku melakukan gerakan maju mundur lagi. Tapi rasanya gak seperti yang pertama tadi, aku lama nggak mencapai puncak kenikmatan. Mungkin gerakankku kurang terkontrol aku menekan penisku terlalu kuat sehingga Sevil berteriak, sakit. Lho tapi kok penisku bisa masuk semua ke dalam memek Sevil. Malah rasanya nikmat banget. Aku pelan-pelan-pelan menarik penisku terasa agak sulit. Aku tarik sedikit lalu aku dorong lagi, lama-lama agak lancar. Aku jadi semangat menggenjot, sebab rasanya nikmat banget. Aku akhirnya bisa mencapai puncak kenikmatan. Sampai barangku lemes di dalam memek Sevil dan akhirnya keluar sendiri. Aku bangun , kulihat penisku berdarah dan ku buka memek Sevil juga ada darahnya sedikit. Aku pikir penisku lecet, makanya aku periksa. Tapi kok nggak ada yang terasa perih seperti ada luka. Aku buru-buru ke kamar mandi membersihkan penisku. Setelah bersih baru jelas memang tidak ada lukanya. Sevil yang ikut kekamar mandi jalannya ngangkang. Memeknya katanya sakit dan perih. Dia membersihkan memeknya sambil jongkok. Ketika terkena air rasanya juga masih perih, kata Sevil. Imel menyusul ke kamar mandi menanyakan ke Sevil. Sevil menjawab memeknya perih, tapi waktu main tadi ada enaknya juga, kata Sevil. Mereka kutinggal dan aku kembali memakai baju lalu melanjutkan main game di PS. Entah apa yang mereka bicarakan, tetapi yang aku dengar si Imel besok diminta Sevil untuk mencoba seperti yang dia rasakan. Besoknya Sevil istirahat dia tidak main ke rumah Imelda, katanya memeknya masih sakit. Sementara itu Imel penasaran. Kami berdua main di kamarnya. Mulanya burungku diisapnya sampai aku menggelinjang mencapai puncaknya. Setelah itu ketika barangku berdiri lagi, dia penasaran ingin melakukan seperti yang dilakukan Sevil kemarin. Aku menurut kemauan Imel, karena aku merasa nikmat sekali membenamkan penisku ke dalam memek. Seperti kemarin, penisku tidak bisa masuk semua. Ketika aku paksa Imel manahan dengan menegangkan memeknya. Aku kemudian memompa. Imel senang dengan gerakan pompaku dia menimpali dengan menggerak-gerakkan badannya sambil kedua tangannya memeluk pantatku. Rasanya gerakan penisku makin lancar aku kemudian sekuat tenaga menekan penisku ke memek Imel. Imel terkejut, tetapi dia terlambat menarik pinggulnya. Burungku tenggelam habis ke memeknya. Aku berhenti sebentar, karena kulihat Imel menangis, air matanya meleleh dari kiri kanan matanya. Tapi aku sudah dilanda nafsu maka aku tidak perduli dengan Imel aku mulai lagi memaju mundurkan burungku pelan-pelan sampai terasa lancar. Jepitan memek imelda ini ketat sekali, sepeti Sevil juga. Lama-lama Imel ikut pula menggerak-gerakkan pinggulnya aku merasa makin nikmat sampai akhirnya akupun ambruk setelah aku merasa puncaknya kenikmatan. Kami bertiga akhirnya punya permainan baru. imel dan Sevil menyukainya. Aku juga begitu kalau sampai 2 hari nggak main rasanya pengen banget. Kami meniru semua permainan seperti yang dilihat di film, semua posisi kami coba. Permainan selanjutnya tidak terlalu susah lagi memasukkan penisku ke lubang memek mereka. Aku paling suka kalau cewek ada di tas. Pernah ketika aku ditindih Imel, Sevil menduduki mulutku dan memeknya menghadap ke mulut. Aku sempat gelagapan karena hidungku tertutup. Aku bingung, antara merasakan kenikmatan kontolku dengan konsentrasi menjilati memek Sevil. Aku jadi bisa main lama karena setiap hari kami selalu main. Kami berhenti jika Imel sedang haid. Aku main terus sampai mereka lulus SMP dan aku pun sudah menghasilkan sperma. Sejak aku punya sperma aku tidak berani melepas spermaku di dalam meme k mereka. Kami sudah mengetahui bahwa hal itu bisa menyebabkan hamil.
read more “Anak Bawang”

Cerita Sex Pemerkosaan Janda


Kulitnya kuning langsat dan tubuhnya yang bertinggi berat 160 cm /52 kg masih membuat mata para lelaki jelalatan, terutama jika memandang wilayah dadanya yang dihiasi sepasang payudara berukuran 36 b dan pinggulnya yang membulat bak gitar spanyol dengan bokong yang masih menonjol. Banyak lelaki yang mencoba mendekati Lailia, bahkan ada beberapa yang serius ingin melamarnya. Namun Lailia masih menutup diri dari uluran cinta lelaki lain, bukan karena ia tidak membutuhkannya. Jauh dilubuk hatinya terpendam kerinduan akan kasih sayang seorang pria dan iapun mengharapkan ada seseorang yang meringankan beban hidupnya. Hanya saja Lailia merasa belum menemukan pria yang tepat, lagipula ia khawatir anak-anaknya tidak menyetujuinya untuk menikah lagi,atau bahkan tidak cocok dengan pria pilihannya. Kekhawatirannya akhirnya terbukti, mereka,anak-anaknya memang tidak menyetujuinya untuk menikah lagi karena justeru anak-anaknyalah yang…menginginkan tubuh indahnya.

Beginilah kisahnya.Kesibukan Lailia dengan usaha jahitannya membuatnya jarang berkomunikasi dengan anak-anaknya. Ia pun kurang menyadari bahwa anak-anaknya mulai memasuki masa pubertas menjelang dewasa. Lailia tidak begitu peduli kalau anak-anaknya memandang dengan hasrat lain ketika ia keluar kamar mTommy hanya berlilitan handuk. Ia pun tidak menyadari kalau sisulung sering mengintipnya berganti pakaian dikamarnya melalui celah-celah dinding papan yang mulai rapuh. Kamarnya memang bersebelahan dengan kamar Firman dan Tommy.

Waktu menunjukkan pukul 22.00 malam ketika Lailia baru saja menyelesaikan pesanan jahitan terakhir. Rasa kantuk mulai menderanya. Lailia lalu menuju kamar tidurnya, mengganti pakaian kerjanya dengan daster tanpa lengan yang menampakan ketiaknya yang putih bersih.Ia kemudian merebahkan dirinya diatas ranjang besi yang reot dengan terlebih dahulu mematikan lampu kamar dan menghidupkan lampu teplok. Lailia segera tertidur lelap dengan mengeluarkan dengkuran halus tanpa menyadari bahwa ada sepasang mata yang mengawasinya dengan tajam.

Sayup-sayup terdengar denting tiang listrik yang dipukul para peronda malam ketika waktu menunjukan tepat pukul 00.00 tengah malam. Saat itu sesosok tubuh laki-laki bercadar sarung dengan bertelanjang dada dan hanya memakai celana pendek mendekati ranjang dimana Lailia terbaring dengan posisi amat menggairahkan. Terlentang dengan satu kaki menekuk ke atas sehingga pahanya yang putih tersingkap. Kedua tangannya terpentang kesamping kanan dan kiri dengan kepala tergolek kekiri. Payudaranya yang masih sekal naik turun seiring hembusan nafasnya yang teratur. Lelaki misterius itu nampak agak tertegun dan ragu. Namun dengan satu gerakan kilat ia segera menerkam dan menindih tubuh Lailia lalu mengeluarkan pisau lipat dan dicungkan didepan wajah Lailia yang seketika itu juga bangun dengan perasaan amat terkejut dan takut.

Ia mencoba meronta-ronta namun gerakannya terhenti ketika mendengar ancaman si lelaki bercadar “jangan bergerak atau berteriak kalau tidak ingin mati!”, ancam silelaki sambil mengayun-ayunkan belatinya.”ja…jangan sakiti aku, ambillah harta benda yang kamu inginkan, ta..tapi jangan lukai aku” ujar Lailia dengan nada memelas dan suara bergetar. Si lelaki bertopeng kemudian menyisipkan pisaunya tepat dibawah tali bahu daster dan bh Lailia sebalah kiri, lalu..tess. Tali itu terputus,..sadarlah Lailia kalau si lelaki bertopeng tidak menginginkan harta bendanya yang memang tidak seberapa, tapi tubuh moleknya.

Bulu kuduknya merinding dan tubuhnya semakin gemetar hebat karena deraan rasa takut yang amat sangat.Lalu…tess, tali daster berikutnya terputus.Lailia mulai menangis terisak, si lelaki bercadar kemudian menyisipkan pisaunya kedalam belahan dada Lailia, lalu..prekk, daster Lailia terkuak di bagian dada sehingga memperlihatkan bh ungu Lailia yang selintas agak kekecilan menutup dua bukit kembarnya. Si lelaki misterius mendengus kencang, kemudian menyusupkan kembali pisau nya tepat di tengah-tengah bha Lailia, mengarahkan mata pisau ke atas lalu “prrt”, bh itu terputus ditengah-tengah.

Lailia semakin ketakutan dan mencoba meminta belas kasihan,”tolong, jangan perkosa aku”, ujarnya dengan terisak. Silelaki kini dengan leluasa menyibakkan bh Lailia, matanya terbelalak menyaksikan sepasang payudara indah yang putih mulus ditempa cahaya remang lampu teplok, lalu dengan penuh nafsu tangannya segera meremas-remasnya dan memuntir-muntir putingnya yang kecoklatan. Lailia meringis menahan rasa ngilu akibat remasan tangan si pria bertopeng yang begitu keras.Lalu tiba-tiba “prekk”, terdengan suara robekan kain ketika dua tangan si pria misterius kembali merobek daster Lailia dengan kejam sehingga kini tubuh Lailia benar-benar tersingkap, hanya tinggal celana dalam warna hitam yang menutupi tubuhnya.

Si lelaki bertopeng lalu berlutut di atas paha Lailia, dengan tenang ia sisipkan belatinya yang berkilat ditempa cahaya lampu ke balik celana dalam Lailia melalui paha sampai ujungnya menyembul ditepi atas celana dalam Lailia, dan “prrrt”, celana dalam itu terkoyak tepat di sisi kiri, nafas Lailia seolah terhenti namun ia tak mampu berbuat apapun. Ia terlalu takut untuk berontak. Sekali lagi si lelaki bercadar menyisipkan pisau disisi lain celana dalam Lailia, dan “prrt”, kini selangkangan Lailia yang ditutupi bulu-bulu hitam yang lebat benar-benar tersingkap. Si lelaki nanar melihat pemandangan didepannya,lalu “wutt”, dengan satu renggutan ditariknnya celana dalam Lailia kemudian dengan paksa menyumpalkannya kemulut Lailia.

Lailia hanya bisa gelagapan dan menutup matanya yang berlinangan air mata, sampai akhirnya matanya membelalak ketika merasakan pahanya dilebarkan dan satu benda asing memasukinya dengan kasar. Ternyata jari tangan si lelaki yang bergerak maju mundur dan mengorek-ngorek isi vaginanya seolah-olah tengah mencari sesuatu. Tubuh Lailia berkelojotan menahan sakit dan…hasrat lain yang coba ditepisnya sekuat hati.”ahh, aku memang merindukan sentuhan lelaki, tapi tidak dengan cara ini” gumamnya dalam hati. Nafas si lelaki bertopeng semakin memburu seiring dengan semakin memucatnya wajah Lailia melihat tonjolan benda dibalik celana pendeknya. Lailia kembali memejamkan mata seolah menolak kenyataan buruk yang akan menimpa dirinya. Dengan berlutut si pria bertopeng meloloskan celana pendeknya, kemudian merangkak di atas tubuh Lailia. Lailia seakan berhenti bernafas melihat kemaluan si pria bertopeng yang cukup besar dan tampak tegang dengan sempurna.

Tangannya secara kasar membuka paha Lailia yang dengan sekuat tenaga dirapatkan sedemikian rupa. Itulah satu-satunya perlawanan terakhir Lailia,namun apalah artinya tenaganya dibTommyngkan si lelaki yang tengah kesetanan dirasuki birahi. Maka ketika paha Lailia akhirnya membuka,dengan ganas si pria bertopeng menghentakan pantatnya ke bawah, dengan paksa penis tegangnya menerobos lubang vagina Lailia. Lailia menjerit keras merasakan sakit diselangkangannya seolah-olah ada sebatang kayu keras yang ditusukkan ke dalam memeknya.Si lelaki bertopeng merasakan betapa seretnya lubang vagina korban perkosaannya ini. Penisnya terasa ngilu, namun dengan kasar ia terus menaik-turunkan tubuhnya sehingga beberapa menit kemudian ia merasakan jika lubang memek itu semakin licin tanda banyaknya lendir yang dikeluarkannya.

Ya, Lailia yang tadinya merasa kesakitan, lambat laun tak mampu lagi menahan hasrat bahwa ia pun sangat ingin merasakan kembali kenikmatan hubungan sex yang lama tak dialaminya. Perlahan-lahan ia merasakan betapa nikmat rasanya gesekan yang terjadi antara penis tegang si pemerkosa dan vaginanya. Kini Lailia mulai merintih-rintih sebagai ekspresi rasa nikmat yang dialaminya. Namun karena sumpalan dimulutnya sipemerkosa tak mendengarnya. Sampai akhirnya tubuh Lailia mengejang lalu denyutan-denyutan hebat bergolak didalam vulvanya.Lama sekali sensasi luar biasa itu dirasakannya.Lailia hampir tidak percaya dan malu sekali kalau ternyata ia mengalami kepuasan dari pemerkosaan atas dirinya.

Sang pemerkosa yang tidak memahami hal itu terus berkelojotan dengan buas di atas tubuh Lailia sampai akhirnya ia melenguh keras lalu merangkul Lailia dengan kuat seolah-olah hendak meremukan tubuh molek itu. Sedetik kemudian Lailia merasakan semprotan-semprotan cairan hangat di dalam rahimnya, lalu tubuh si lelaki bertopeng rebah di atas dirinya dengan nafas terengah-engah puas. Menyadari si pemerkosa dalam keadaan lemas,Lailia mencoba melepaskan ikatan ditangannya…dan berhasil. Tangannya yang terbebas segera mendorong tubuh si pemerkosa hingga terjengkang ke bawah ranjang, lalu merenggut cadar sarung pria tersebut, dan Lailia terkejut bukan kepalang mengetahui kalau pemerkosa dirinya tak lain adalah…Firman! anak kandungnya sendiri.

“Firmani!!, apa yang kau lakukan? mengapa kamu tega menodai ibu? teriak Lailia sambil menangis keras. Tangannya memukuli Firman yang terduduk pasrah di sisi ranjang. “Keluaar kamu!!!”, teriak Lailia lagi. Firman dengan gugup menuruti perintah ibunya,tanpa sempat mengenakan celana ia keluar kamar sambil memungut celana dan sarungnya yang tercecer. Duduk di tepi ranjang,Lailia terus menangis sambil menutupi wajahnya. Tubuhnya yang telanjang tidak dipikirkannya lagi. Sampai kemudian ia merasakan cairan sperma yang masih hangat mengalir keluar dari lubang memeknya dan terus membanjiri sprei yang awut-awutan.Lailia berdiri, dengan keadaan telanjang lalu keluar kamar menuju kamar mTommy. Setelah membersihkan tubuhnya Lailia kembali ke kamar, menatap daster dan pakaian dalamnya yang terkoyak,serta seprei yang awut-awutan di atas ranjang reotnya.Lailia terisak mengingat tragedi yang baru saja dialaminya, ia mengambil sarung untuk menutupi tubuh bugilnya lalu berusaha untuk tertidur.

Lailia sudah berada di belakang mesin jahitnya ketika pagi itu Tommy yang sudah berseragam pamit ke sekolah. Tak beberapa lama disusul Firman, ia melangkah tertunduk takut menatap wajah ibunya. Lailia berkata ketus,”Firman! jangan kamu ulangi perbuatanmu tadi malam atau kamu ibu usir dan kulaporkan ke polisi!”. Firman melangkah tanpa menoleh ke arah ibunya.

Sudah 3 hari Firman tidak bertegur sapa dengan ibunya. Malam menjelang larut ketika Firman berbaring menatap langit-langit. Pikirannya berkecamuk mengingat peristiwa 3 malam yang lalu dan menahan hasrat yang begitu menggebu untuk mengulangi lagi perbuatan mesumnya. Sebelumnya ia tak pernah menyangka, ternyata begitu nikmat tubuh seorang wanita, kendatipun itu ibunya sendiri.Khayalannya membuat dirinya tidak mampu lagi menahan birahinya,”ah, biarlah..apapun yang terjadi aku akan ngentot ibu lagi..” gumamnya.

Tiba-tiba adiknya Tommy yang baru saja selesai belajar berkata ,” mas, kemarin dimarahi ibu ya?memangnya mas Firman punya salah apa?, “kamu tahu apa anak kecil? jawab Firman ketus. Namun tiba-tiba muncul ide di benak Firman. “Ndi, sini aku tunjukin sesuatu”, kata Firman kepada adiknya. Lalu Firman mengajak Tommy mendekati dinding papan kamarnya dan menyuruhnya mengintip ke kamar sebelah tempat ibunya melalui lubang-lubang kecil di sela-sela papan.Tak berapa lama Lailia masuk ke kamar. Melepas pakaian yang biasa dipakainya bekerja, lalu menggantinya dengan daster murahan tanpa lengan tanpa menyadari semua aktivitasnya tengah disaksikan seseorang. “Gimana Ndi? tanya Firman pada adiknya. “Wah, mas ternyata nakal..tapi ibu cantik juga ya?! tadi pake celana dalam merah” jawab Tommy lugu. Firman menjewer telinga Tommy lalu membisikan sesuatu.”Ngga ah mas, takut” kata Tommy.”Sudah tenang saja,paling cuma dimarahin”kata Firman meyakinkan.

Malam sudah larut ketika dua pasang kaki mengendap-ngendap menuju kamar Lailia. Sampai didepan pintu kamar mereka berhenti sejenak.Lalu perlahan-lahan mendorong pintu kamar yang memang tidak berkunci, hanya diganjal kursi oleh Lailia ang takut anaknya berbuat nekad. Lailia tengah mendengkur halus, tubuhnya telentang dan pahanya yang putih tersingkap lebar sehingga celana dalamnya kelihatan. Bibirnya setengah terbuka dan dadanya yang naik turun membawa serta dua bukit kembar di atasnya. Sungguh suatu pemandangan menggiurkan bagi siapapun yang melihatnya apalagi bagi sepasang remaja yang tengah menginjak masa puber. Mereka mendekati Lailia, Firman dengan hati-hati mengangkat kedua lengan Isanti ke atas kepalanya lalu mengikatnya dengan seutas tali rafia yang sudah disiapkannya.

Tommy melebarkan kedua belah paha mulus ibunya dan memegangi pergelangan kakinya. Lailia masih tertidur lelap tanpa menyadari kegiatan anak-anaknya. Firman lalu melepaskan semua pakaian yang melekat di tubuhnya. Penisnya telah berdiri tegang. Lalu merangkak ke atas tubuh ibunya dan tanpa ba bi bu lansung merenggut kasar daster Lailia hingga terkoyak lebar. Lailia tersentak lalu menjerit, namun Firman segera membekap mulutnya dengan tangan kirinya, sementara tangan kanannya membetot bh Lailia hingga terlepas, lalu kakinya mendorong celana dalam Lailia ke bawah. Lailia mencoba menendang, namun segera menyadari kalau kakinya dipegangi seseorang, entah siapa karena kepalanya tak mampu mendongak untuk melihat karena tertahan tangan Firman.

Matanya kini terpejam pasrah dan mulai menangis. Dengan menghentak Firman menurunkan pantatnya dan..blesss, kontolnya dengan paksa menyeruak masuk ke dalam rongga dimana ia dilahirkan. “mmmmhhhh”, teriakan Lailia tertahan dan matanya membelalak menahan sakit di selangkangannya dan sakit di dalam hatinya. Firman merasakan vagina ibunya begitu seret namun terus bersemangat manikturunkan tubuhnya, mulutnya mendesis-desis menahan rasa nikmat. Tommy menyaksikan semua peristiwa di depannya dengan tegang, nafsunya menggelegak hebat. Yakin bahwa ibunya tak lagi berontak Tommy segera melepaskan kaki Lailia.

Cukup lama Firman berkelojotan di atas tubuh molek ibu kandungnya. Keringatnya bercucuran membasahi tubuhnya dan tubuh Lailia. Tubuh Lailia terguncang-guncang hebat akibat gerakan Firman yang ganas, air matanya terurai dan mulutnya yang kini tidak lagi dibekap merintih-rintih , entah menangis entah menikmati perkosaan brutal itu. Tiba-tiba tubuh Firman mengejang lalu mendekap tubuh ibunya erat-erat,dan..”ssshhh, nikmaattt,uuhhh” Firman melenguh panjang kemudian menumpahkan spermanya yang sangat banyak di dalam lubang memek ibunya. Tubuh Firman roboh di atas tubuh Lailia, untuk beberapa saat Firman menatur nafasnya yang masih tersengal-sengal kemudian berkata kepada Tommy,”giliranmu! seraya turun dari ranjang.

Tommy yang sedari tadi menahan nafsu dengan semangat segera bertelanjang bulat dan menaiki ranjang. Selintas melihat wajah ibunya yang basah oleh keringat dan air mata. “kamu juga Tommy?, kata ibunya memelas dengan masih terisak namun telentang pasrah. Sekejap Tommy merasa ragu namun..”ayo, cepat”, suara Firman yang menghardik segera menghilangkan keraguannya. Bak profesional, ia melebarkan paha ibunya, menunggingkan pantatnya lalu..bless..kontol tegangnya menerobos dalam liang senggama Lailia. Tubuh Lailia kembali terguncang-guncang hebat.Tommy yang baru pertama kali mencicipi kenikmatan tubuh wanita dengan aktif menaikturunkan tubuh sebelah bawahnya, nafasnya tersengal-sengal dan keringat bercucuran di punggungnya.

Firman yang baru saja mengalami peredaan usai orgasme lambat laun kembali nafsunya bangkit menyaksikan tarian erotis adiknya di atas tubuh ibunya.”cepat Ndi!, aku pengen lagi”,perintah Firman kepada adiknya. Tommy yang masih pemula memang tidak lama bermanuver di atas tubuh sensual Lailia, tiba-tiba tubuhnya mengejang dan sekali lagi…lubang memek Lailia kembali dibanjiri sperma anak kandungnya sendiri.Tepat ketika Tommy merangkulnya erat sebagai reaksi orgasmenya, Lailia pingsan tidak sadarkan diri. Namun Firman yang kembali naik berahinya tidak ambil peduli.

Didorongnya Tommy yang masih mabuk dalam orgasmenya hingga tersingkir dari tubuh Lailia yang terdiam pasrah. Firman melebarkan paha Lailia, mengelap selangkangan ibunya yang berceceran sperma dengan kain bekas robekan daster hingga kering. Kemudian kembali ia merangkak di atas tubuh Lailia dan mengulangi lagi siksaan seksual terhadap raga indah ibunya itu. Tubuhnya kembali berkelojotan dengan liar dan ganas.Namun tak berapa lama Tommy, adiknya berkata’” mas, gantian dong”,”enak saja,uhhhs, ka…kalo kamu mau, da…dari lubang satunya shhhh! jawab Firman sambil melenguh karena dirasuki kenikmatan, lalu sambil merangkul tubuh Ibunya Firman berguling sehingga kini ganti tubuh Lailia yang masih tak sadar berada di atas tubuh Firman yang terus bergoyang.

Tommy segera mafhum apa yang dimaksud kakaknya dengan lubang yang lain, ia segera beranjak dan berlutut di hadapan tubuh belakang ibunya yang sexy. Disaksikannya kontol Firman yang dengan ganas masuk keluar lubang peranakan Lailia. Tommy mendekat lalu mengarahkan kepala penisnya ke mulut dubur Lailia, namun sulit sekali masuk. Lubang itu terlalu sempit dan memang tidak disiapkan untuk itu. Tommy kemudian turun, lalu melumuri kontolnya dengan handbody lotion murahan milik ibunya. Kembali ia dekati tubuh Lailia yang tengah digarap Firman dari bawah. Ia lumuri juga lotion itu di pintu anus ibunya.

Lalu perlahan tapi pasti ia mulai penetrasi hingga…blesss….seluruh batang kontolnya amblas ditelan anus Lailia. Lailia yang pingsan tersadar akibat merasakan suatu benda memasuki dan menyakiti anusnya, di mana satu benda lain juga tengah keluar masuk bagian tubuhnya yang paling rahasia. Ia berteriak ‘ahhhh.hhbbbbb’ teriakannya terhambat karena bibirnya disumpal oleh bibir Firman.Lailia kini ibarat sosis di antara roti hamburger. Semua rongga tubuhnya telah dimasuki benda asing.”‘ ouhh, siksaan apa lagi ini?’gumam Lailia dalam hati sambil menangis.

Namun lambat laun ia merasakan sensasi aneh dari keliaran anak-anaknya. Perlahan-lahan fantasi liarnya muncul.”Mengapa tidak aku nikmati saja?toh semuanya telah terjadi”,gumamnya lagi. Maka perlahan-lahan vagina memproduksi cairan lendir yang semakin banyak. Lalu mulutnya pun mulai merintih-rintih,pertama-tama rintihan halus, namun semakin lama semakin keras suaranya bahkan melebihi erangan-erangan nikmat kedua anak kandungnya. Firman dan Tommy tadinya terkejut, namun akhirnya justeru semakin bersemangat karena suara erangan ibunya menambah rangsangan pada diri keduanya.”Ssshhh,nnggghhh, oucch sshhh”, erang Lailia.

“ayo terus shhh Firman, ouchhh entot terus ibu ahhhs, An..Tommy yang keras awww…sshhh”, rintih Lailia memacu semangat anak-anaknya.”sshhh, bu…nikmat, ahhh,memek ibu nikmaaattt sssh”, erang Firman.Dan beberapa menit kemudian tubuh Lailia mengejang hebat, ia merangkul Firman erat-erat lalu berteriak “‘aaaaahhhhhh, ibu sampaiii ngghhh!’,Lailia mencapai orgasme. Tubuhnya yang menegang otomatis menjepit ketat kontol Tommy di anusnya serta kontol Firman di vaginanya. Jepitan itu memacu Tommy mencapai orgasmenya yang kedua , lalu …serrrr…spermanya kembali tumpah di dalam anus. “ibuuuu.a..aku keluaarrrr”‘erang Tommy lalu rebah layu di atas punggung Lailia.”a..aku juga keluaar ouhhh, nikmaatttt”, erang Firman.

Lama Ibu dan anak itu kerasukan orgasme masing-masing. Tommy kemudian menjatuhkan tubuhnya ke samping, disusul Lailia. Kini Lailia berbaring di antara dua anaknya. Nafas mereka masih tersengal-sengal. Lailia kemudian merangkul kedua anaknya lalu berkata”‘ kalian memang anak ibu yang nakal-nakal”, sambil mencubit keduanya pelan. Kemudian dengan liar bergantian ia lumat bibir Firman dan Tommy dengan bibirnya.Tommy kemudian berbaring miring lalu sebeah tangannya hinggap di atas sebelah payudara ranum ibunya sambil memain-mainkan putingnya. Firman mengikuti ulah adiknya. Lailia tertawa kecil.”Kalian boleh menikmati tubuh ibu, tapi harus bergantian. Ibu ngga kuat harus melayani sekaligus, dan ibu minta jangan pernah lagi mengeluarkan mani di dalam memek ibu, mengerti? ujar Lailia sambil menjewer telinga kedua anaknya. Dan sejak itu kehidupan liar ibu dan dua anaknya itu terus berlangsung.
read more “Cerita Sex Pemerkosaan Janda ”

Cerita sex Bibiku adalah Cintaku

Semenjak aku SMA, aku selalu pilih-pilih dalam mencintai wanita. Itulah mungkin yang mengakibatkan aku tidak pernah mendekati seorang cewek pun di SMA. Padahal boleh dibilang aku ini bukan orang yang jelek-jelek amat. Para gadis sering histeris ketika melihat aku beraksi dibidang olahraga, seperti basket, lari dan sebagainya. Dan banyak surat cinta cewek yang tidak kubalas. Sebab aku tidak suka mereka. Untuk masalah pelajaran aku terbilang normal, tidak terlalu pintar, tapi teman-teman memanggilku kutu buku, padahal masih banyak yang lebih pintar dari aku, mungkin karena aku mahir dalam bidang olahraga dan dalam pelajaran aku tidak terlalu bodoh saja akhirnya aku dikatakan demikian.
Ketika kelulusan, aku pun masuk kuliah di salah satu perguruan tinggi di Malang. Di sini aku numpang di rumah bibiku. Namanya Dewi. Aku biasanya memanggilnya mbak Dewi, kebiasaan dari kecil mungkin. Ia tinggal sendirian bersama kedua anaknya, semenjak suaminya meninggal ketika aku masih SMP ia mendirikan usaha sendiri di kota ini. Yaitu berupa rumah makan yang lumayan laris, dengan bekal itu ia bisa menghidupi kedua anaknya yang masih duduk di SD.
Ketika datang pertama kali di Malang, aku sudah dijemput pakai mobilnya. Lumayanlah, perjalanan dengan menggunakan kereta cukup melelahkan. Pertamanya aku tak tahu kalau itu adalah mbak Dewi. Sebab ia kelihatan muda. Aku baru sadar ketika aku menelpon hp-nya dan dia mengangkatnya. Lalu kami bertegur sapa. Hari itu juga jantungku berdebar. Usianya masih 32 tapi dia sangat cantik. Rambutnya masih panjang terurai, wajahnya sangat halus, ia masih seperti gadis. Dan di dalam mobil itu aku benar-benar berdebar-debar.
“Capek Dek Iwan?”, tanyanya.
“Iyalah mbak, di kereta duduk terus dari pagi”, jawabku. “Tapi mbak Dewi masih cantik ya?”
Ia ketawa, “Ada-ada saja kamu”.
Selama tinggal di rumahnya mbak Dewi. Aku sedikit demi sedikit mencoba akrab dan mengenalnya. Banyak sekali hal-hal yang bisa aku ketahui dari mbak Dewi. Dari kesukaannya, dari pengalaman hidupnya. Aku pun jadi dekat dengan anak-anaknya. Aku sering mengajari mereka pelajaran sekolah.
Tak terasa sudah satu semester lebih aku tinggal di rumah ini. Dan mbak Dewi sepertinya adalah satu-satunya wanita yang menggerakkan hatiku. Aku benar-benar jatuh cinta padanya. Tapi aku tak yakin apakah ia cinta juga kepadaku. Apalagi ia adalah bibiku sendiri. Malam itu sepi dan hujan di luar sana. Mbak Dewi sedang nonton televisi. Aku lihat kedua anaknya sudah tidur. Aku keluar dari kamar dan ke ruang depan. Tampak mbak Dewi asyik menonton tv. Saat itu sedang ada sinetron.
“Nggak tidur Wan?”, tanyanya.
“Masih belum ngantuk mbak”, jawabku.
Aku duduk di sebelahnya. Entah kenapa lagi-lagi dadaku berdebar kencang. Aku bersandar di sofa, aku tidak melihat tv tapi melihat mbak Dewi. Ia tak menyadarinya. Lama kami terdiam.
“Kamu banyak diam ya”, katanya.
“Eh..oh, iya”, kataku kaget.
“Mau ngobrolin sesuatu?”, tanyanya.
“Ah, enggak, pingin nemeni mbak Dewi aja”, jawabku.
“Ah kamu, ada-ada aja”
“Serius mbak”
“Makasih”
“Restorannya gimana mbak? Sukses?”
“Lumayanlah, sekarang bisa waralaba. Banyak karyawannya, urusan kerjaan semuanya tak serahin ke general managernya. Mbak sewaktu-waktu saja ke sana”, katanya. “Gimana kuliahmu?”
“Ya, begitulah mbak, lancar saja”, jawabku.
Aku memberanikan diri memegang pundaknya untuk memijat. “Saya pijetin ya mbak, sepertinya mbak capek”.
“Makasih, nggak usah ah”
“Nggak papa koq mbak, cuma dipijit aja, emangnya mau yang lain?”
Ia tersenyum, “Ya udah, pijitin saja”
Aku memijiti pundaknya, punggungnya, dengan pijatan yang halus, sesekali aku meraba ke bahunya. Ia memakai tshirt ketat. Sehingga aku bisa melihat lekukan tubuh dan juga tali bh-nya. Dadanya mbak Dewi besar juga. Tercium bau harum parfumnya.
“Kamu sudah punya pacar Wan?”, tanya mbak Dewi.
“Nggak punya mbak”
“Koq bisa nggak punya, emang nggak ada yang tertarik ama kamu?”
“Saya aja yang nggak tertarik ama mereka”
“Lha koq aneh? Denger dari mama kamu katanya kamu itu sering dikirimi surat cinta”
“Iya, waktu SMA. Kalau sekarang aku menemukan cinta tapi sulit mengatakannya”
“Masa’?”
“Iya mbak, orangnya cantik, tapi sudah janda”, aku mencoba memancing.
“Siapa?”
“Mbak Dewi”.
Ia ketawa, “Ada-ada saja kamu ini”.
“Aku serius mbak, nggak bohong, pernah mbak tahu aku bohong?”,
Ia diam.
“Semenjak aku bertemu mbak Dewi, jantungku berdetak kencang. Aku tak tahu apa itu. Sebab aku tidak pernah jatuh cinta sebelumnya. Semenjak itu pula aku menyimpan perasaanku, dan merasa nyaman ketika berada di samping mbak Dewi. Aku tak tahu apakah itu cinta tapi, kian hari dadaku makin sesak. Sesak hingga aku tak bisa berpikir lagi mbak, rasanya sakit sekali ketika aku harus membohongi diri kalau aku cinta ama mbak”, kataku.
“Wan, aku ini bibimu”, katanya.
“Aku tahu, tapi perasaanku tak pernah berbohong mbak, aku mau jujur kalau aku cinta ama mbak”, kataku sambil memeluknya dari belakang.
Lama kami terdiam. Mungkin hubungan yang kami rasa sekarang mulai canggung. Mbak Dewi mencoba melepaskan pelukanku.
“Maaf wan, mbak perlu berpikir”, kata mbak Dewi beranjak. Aku pun ditinggal sendirian di ruangan itu, tv masih menyala. Cukup lama aku ada di ruangan tengah, hingga tengah malam kira-kira. Aku pun mematikan tv dan menuju kamarku. Sayup-sayup aku terdengar suara isak tangis di kamar mbak Dewi. Aku pun mencoba menguping.
“Apa yang harus aku lakukan?….Apa…”
Aku menunduk, mungkin mbak Dewi kaget setelah pengakuanku tadi. Aku pun masuk kamarku dan tertidur. Malam itu aku bermimpi basah dengan mbak Dewi. Aku bermimpi bercinta dengannya, dan paginya aku dapati celana dalamku basah. Wah, mimpi yang indah.
Paginya, mbak Dewi selesai menyiapkan sarapan. Anak-anaknya sarapan. Aku baru keluar dari kamar mandi. Melihat mereka dari kejauhan. Mbak Dewi tampak mencoba untuk menghindari pandanganku. Kami benar-benar canggung pagi itu. Hari ini nggak ada kuliah. Aku bisa habiskan waktu seharian di rumah. Setelah ganti baju aku keluar kamar. Tampak mbak Dewi melihat-lihat isi kulkas.
“Waduh, wan, bisa minta tolong bantu mbak?”, tanyanya.
“Apa mbak?”
“Mbak mau belanja, bisa bantu mbak belanja? Sepertinya isi kulkas udah mau habis”,katanya.
“OK”
“Untuk yang tadi malam, tolong jangan diungkit-ungkit lagi, aku maafin kamu tapi jangan dibicarakan di depan anak-anak”, katanya. Aku mengangguk.
Kami naik mobil mengantarkan anak-anak mbak Dewi sekolah. Lalu kami pergi belanja. Lumayan banyak belanjaan kami. Dan aku menggandeng tangan mbak Dewi. Kami mirip sepasang suami istri, mbak Dewi rasanya nggak menolak ketika tangannya aku gandeng.Mungkin karena barang bawaannya banyak. Di mobil pun kami diam. Setelah belanja banyak itu kami tak mengucapkan sepatah kata pun. Namun setiap kali aku bilang ke mbak Dewi bahwa perasaanku serius.
Hari-hari berlalu. Aku terus bilang ke mbak Dewi bahwa aku cinta dia. Dan hari ini adalah hari ulang tahunnya. Aku membelikan sebuah gaun. Aku memang menyembunyikannya. Gaun ini sangat mahal, hampir dua bulan uang sakuku habis. Terpaksa nanti aku minta ortu kalau lagi butuh buat kuliah.
Saat itu anak-anak mbak Dewi sedang sekolah. Mbak Dewi merenung di sofa. Aku lalu datang kepadanya. Dan memberikan sebuah kotak hadiah.
“Apa ini?”, tanyanya.
“Kado, mbak Dewikan ulang tahun hari ini”,
Ia tertawa. Tampak senyumnya indah hari itu. Matanya berkaca-kaca ia mencoba menahan air matanya. Ia buka kadonya dan mengambil isinya. Aku memberinya sebuah gaun berwarna hitam yang mewan.
“Indah sekali, berapa harganya?”, tanyanya.
“Ah nggak usah dipikirkan mbak”, kataku sambil tersenyum. “Ini kulakukan sebagai pembuktian cintaku pada mbak”
“Sebentar ya”, katanya. Ia buru-buru masuk kamar sambil membawa gaunnya.
Tak perlu lama, ia sudah keluar dengan memakai baju itu. Ia benar-benar cantik.
“Bagaimana wan?”, tanyanya.
“Cantik mbak, Superb!!”, kataku sambil mengacungkan jempol.
Ia tiba-tiba berlari dan memelukku. Erat sekali, sampai aku bisa merasakan dadanya. “Terima kasih”
“Aku cinta kamu mbak”, kataku.
Mbak Dewi menatapku. “Aku tahu”
Aku memajukan bibirku, dan dalam sekejap bibirku sudah bersentuhan dengan bibirnya. Inilah first kiss kita. Aku menciumi bibirnya, melumatnya, dan menghisap ludahnya. Lidahku bermain di dalam mulutnya, kami berpanggutan lama sekali. Mbak Dewi mengangkat paha kirinya ke pinggangku, aku menahannya dengan tangan kananku. Ia jatuh ke sofa, aku lalu mengikutinya.
“Aku juga cinta kamu wan, dan aku bingung”, katanya.
“Aku juga bingung mbak”
Kami berciuman lagi. Mbak Dewi berusaha melepas bajuku, dan tanpa sadar, aku sudah hanya bercelana dalam saja. Penisku yang menegang menyembul keluar dari CD. Aku membuka resleting bajunya, kuturunkan gaunnya, saat itulah aku mendapati dua buah bukit yang ranum. Dadanya benar-benar besar. Kuciumi putingnya, kulumat, kukunyah, kujilati. Aku lalu menurunkan terus hingga ke bawah. Ha? Nggak ada CD? Jadi tadi mbak Dewi ke kamar ganti baju sambil melepas CD-nya.
“Nggak perlu heran Wan, mbak juga ingin ini koq, mungkin inilah saat yang tepat”, katanya.
Aku lalu benar-benar menciumi kewanitaannya. Kulumat, kujilat, kuhisap. Aku baru pertama kali melakukannya. Rasanya aneh, tapi aku suka. Aku cinta mbak Dewi. Mbak Dewi meremas rambutku, menjambakku. Ia menggelinjang. Kuciumi pahanya, betisnya, lalu ke jempol kakinya. Kuemut jempol kakinya. Ia terangsang sekali. Jempol kaki adalah bagian paling sensitif bagi wanita.
“Tidak wan, jangan….AAAHH”, mbak Dewi memiawik.
“Kenapa mbak?” kataku.
Tangannya mencengkram lenganku. Vaginanya basah sekali. Ia memejamkan mata, tampak ia menikmatinya. “Aku keluar wan”
Ia bangkit lalu menurunkan CD-ku. Aku duduk di sofa sambil memperhatikan apa yang dilakukannya.
“Gantian sekarang”, katanya sambil tersenyum.
Ia memegang penisku, diremas-remas dan dipijat-pijatnya. Oh…aku baru saja merasakan penisku dipijat wanita. Tangan mbak Dewi yang lembut, hangat lalu mengocok penisku. Penisku makin lama makin panjang dan besar. Mbak Dewi menjulurkan lidahnya. Dia jilati bagian pangkalnya, ujungnya, lalu ia masukkan ujung penisku ke dalam mulutnya. Ia hisap, ia basahi dengan ludahnya. Ohh…sensasinya luar biasa.
“Kalau mau keluar, keluar aja nggak apa-apa wan”, kata mbak Dewi.
“Nggak mbak, aku ingin keluar di situ aja?”, kataku sambil memegang liang kewanitaannya.
Ia mengerti, lalu aku didorongnya. Aku berbaring, dan ia ada di atasku. Pahanya membuka, dan ia arahkan penisku masuk ke liang itu. Agak seret, mungkin karena memang ia tak pernah bercinta selain dengan suaminya. Masuk, sedikit demi sedikit dan bless….Masuk semuanya. Ia bertumpu dengan sofa, lalu ia gerakkan atas bawah.
“Ohh….wan…enak wan…”, katanya.
“Ohhh…mbak…Mbak Dewi…ahhh…”, kataku.
Dadanya naik turun. Montok sekali, aku pun meremas-remas dadanya. Lama sekali ruangan ini dipenuhi suara desahan kami dan suara dua daging beradu. Plok…plok..plok..cplok..!! “Waan…mbak keluar lagi…AAAHHHH”
Mbak Dewi ambruk di atasku. Dadanya menyentuh dadanku, aku memeluknya erat. Vaginanya benar-benar menjepitku kencang sekali. Perlu sedikit waktu untuk ia bisa bangkit. Lalu ia berbaring di sofa.
“Masukin wan, puaskan dirimu, semprotkan cairanmu ke dalam rahimku. Mbak rela punya anak darimu wan”, katanya.
Aku tak menyia-nyiakannya. Aku pun memasukkannya. Kudorong maju mundur, posisi normal ini membuatku makin keenakan. Aku menindih mbak Dewi, kupeluk ia, dan aku terus menggoyang pinggulku. Rasanya udah sampai di ujung. Aku mau meledak. AAHHHH….
“Oh wan…wan…mbak keluar lagi”, mbak Dewi mencengkram punggungku. Dan aku menembakkan spermaku ke rahimnya, banyak sekali, sperma perjaka. Vaginanya mbak Dewi mencengkramku erat sekali, aku keenakkan. Kami kelelahan dan tertidur di atas sofa, Aku memeluk mbak Dewi.
Siang hari aku terbangun oleh suara HP. Mbak Dewi masih di pelukanku. Mbak Dewi dan aku terbangun. Kami tertawa melihat kejadian lucu ini. Waktu jamnya menjemput anak-anak mbak Dewi sepertinya.
Mbak Dewi menyentuh penisku. “Ini luar biasa, mbak Dewi sampe keluar berkali-kali, Wan, kamu mau jadi suami mbak?”
“eh?”, aku kaget.
“Sebenarnya, aku dan ibumu itu bukan saudara kandung. Tapi saudara tiri. Panjang ceritanya. Kalau kamu mau, aku rela jadi istrimu, asal kau juga mencintai anak-anakku, dan menjadikan mereka juga sebagai anakmu”, katanya.
Aku lalu memeluknya, “aku bersedia mbak”.
Setelah itu entah berapa kali aku mengulanginya dengan mbak Dewi, aku mulai mencoba berbagai gaya. Mbak Dewi sedikit rakus setelah ia menemukan partner sex baru. Ia suka sekali mengoral punyaku, mungkin karena punyaku terlalu tangguh untuk liang kewanitaannya. hehehe…tapi itulah cintaku, aku cinta dia dan dia cinta kepadaku. Kami akhirnya hidup bahagia, dan aku punya dua anak darinya. Sampai kini pun ia masih seperti dulu, tidak berubah, tetap cantik.
read more “Cerita sex Bibiku adalah Cintaku ”

Tante Mei In Fang


Okey deh, saya perkenalkan diri dulu. Nama saya jhony atau biasa dipanggil jon tinggi badan 180 cm usiaku saat itu 18 thn dengan kulit putih bersih, maklum saya keturunan cina. Latar belakang keluarga saya adalah dari keluarga menengah, dimana saya sebagai anak bungsu dan saya mempunyai seorang tante yaitu istri dari paman saya nama tante rina atau biasa saya panggil dengan tante mey(mey in fang) umurnya sekitar 37 tahun tetapi memiliki body yang sangat bagus sintal padat berisi putih mulus dengan bibir yang sexy yang paling aku suka pantatnya yang bulat dan padat dengan payudara 36a yang meski agak turun dikit tetapi bodynya masih aduhai maklum dia aktif di sebuah sanggar aerobic sebagai instruktur pada saat suatu siang kebetulan rumah sedang kosong karena ortu saya memilki usaha di sebuah tempat perniagaan di kota Surabaya tante mey sering sekali maen kerumah saya karena kebetulan rumahnya sebelah dari rumah saya biasa dia minta bumbu masak atau hanya sekedar ngobrol2 dengan mama dan pada saat itu dia datang kerumah dengan memakai t-shir u can see dan celana pendek motif kembang2 yang kebetulan lagi kosong karena kita tidak memiliki pembantu saat itu.tante mey datang dengan membawa sebuah dvd yang ternyata itu adalah sebuah dvd game milik anaknya yang masih berusia 9 thn dan mungkin karena permainannya terlalau sulit dan menggunakan bahasa jepang maka dia berniat untuk bertanya kepada saya bagaimana memainkan game tsb dan saya mulai memasukkan dvd tsb kedalam ps saya dan yang terpampang hanyalah tulisan2 jepang yang tidak saya mengerti lalu saya usut-punya usut ternyata dia beli dari tc sebuah tempat grosir dvd game illegal di sby(sejak uu ttg HAKI semua pedangan jualan secara illegal) dan sesaat aku hanya mencoba2 dengan memencet tombol2 yang ada di stick dan mengacak menu2 yang ada dan akhirnya muncul sebuah permainan seperti suit batu,kertas,gunting dan aku coba2 dan selanjutnya yang membuat terkejut kita berdua muncullah sesosok wanita jepang yang sedang bugil sambil bermain dengan payudaranya dan sekitar 2 mnt dan saya lanjutkan dengan menu2 berikutnya.
Dan tante mey mulai memperhatikan celana saya yang menonjol lalu dia bertanya kamu konak ya???
Ahh ngakk kok biasa aja….
Lalu secara reflek tante mey menyentuh nya lhoo…..iya gini kok
Lalu saya mencoba untuk menipis tangannya tetapi malah menekannya mungkin karena gugup
Lalu untuk menutupi rasa malu saya balik bertanya tante juga kan???
Dia menjawab kalau aku bukan karena clips tadi tapi karena sentuh ****** kamu
Lho emangnya tante ngak pernah dapet dari om t
Udah lama ngak karena tante selalu tidur jadi satu ama anak2
Trus waktu itu tv saya matikan lalu kita ngobrol2 disofa ruang tamu
Entah dari mana akhirnya sampai aku Tanya “tante mey kalau cewek terangsang itu tandanya giman??(sebenarnya aku udah mengetahuinya)sambil memegang payudaranya yang sintal itu dia menjawab†disini lo†sambil agak diangkat sedikit
Secara reflek aku langsung memegang dan meremas payudaranya dan dia kaget dan marah bercampur malu segera aku melepas tanganku
“maaf deh tante “
“ohh ngak apa-apa kok namanya juga laki-laki normal emang kamu belum pernah gituan ama cewek?
‘belum tante paling-paling cium pipi aja karena mantan aku semua alim-2â€TM
‘sambil berdiri dia bertanya ‘kamu mau jonâ€
Aku tidak bisa menjawab dan langsung tangan tante mengandeng aku untuk menuju kamr aku sendiri†kunci semua pintu dulu yaâ€
Lalu aku bergegas mengunci semua pintu dan mulailah adegan yang tak terpikirkan olehku terjadi tante mey Sambil terus tertawa kecil tanteku ikut naik ke ranjangku dan memelukku dari belakang dan menciumku sambil berbisik, “Nggak apa apa jon.”. Jantungku deg-deg, apalagi ketika dengan lembut tanteku membelai rambutku terus tubuhku sambil berbisi, “Ehh, jangan malu, kamu senang ya sini tante ajariin kamu untuk jadi dewasa”. Mulanya aku ragu, takut kalau tanteku hanya memancing reaksiku saja, tetapi ketika rabaannya turun ke arah selangkanganku aku jadi berubah senang. Kuberanikan diri untuk menolehnya dan kudapati wajah tanteku yang tersenyum manis sekali dan matanya yang agak sayu membuat hatiku berbunga bunga. Kontolku yang tadinya sudah mengecil itu mendadak meregang lagi dan mendesak celanaku. Tanteku kemudian menciumi wajahku dengan kasih sayang, tangannya mulai meraba lagi bagian sensitifku dari bagian luar celanaku, aku yakin tanteku bisa merasakan penisku yang meregang dan keras itu, elusan tanteku terasa kurang nikmat, aku berpikir seandainya tanteku memegang langsung burungku, tentu lebih nikmat. Belum habis aku berpikir, tiba-tiba saja Tante mey memelorotkan celana pendekku sampai terlepas, sehingga burungku yang sudah tegang itu bebas mengacung diudara terbuka. Dengan kelima jarinya tanteku menggenggam burungku dan meremasnya pelan. Aku merasa gatal dan geli serta nikmat yang tak kumengerti tapi membuat aku merasa seperti melayang dan menggeliat serta merintih pelan.
Dengan memandang tajam mataku, remasan jari lentik Tante Murni di burungku menjadi semakin cepat bahkan juga dikocoknya naik turun kadang-kadang juga dielusnya buah pelirku. Aku semakin meringis merasakan kenikmatan ini, secara naluriah aku berusaha merangkul tanteku agar rasa geli itu makin terasa nikmat. Aku juga berusaha menempelkan wajahku ke wajah Tante mey yang kulihat juga merah padam dan bibirnya gemetar, nafas Tante mey semakin memburu dan dia makin merapatkan tubuhnya ke tubuh kekarku, tanganku diraihnya lalu dituntun ke dadanya yang montok dan kenyal itu.
Tanganku terasa menempel di puting susu Tante Murni yang terasa keras seperti kelereng itu, aku meremasnya dengan agak sulit, karena telapak tanganku yang kecil itu tak bisa meremas keseluruhan permukaan dada Tante padat besar dan keras itu Kuperhatikan tanteku saat itu mengenakan t-shit ucan see yang tipis tanpa mengenakan apa apa lagi dibaliknya. Merasa kurang puas hanya meremas dari luar, akupun menyelusupkan tanganku ke lubang tangan t-shirt Tante mey sehingga tanganku secara langsung bersentuhan dengan dada yang telah lama aku kangeni itu, hangat dan licin sekali. Kalau tadinya tanteku yang asyik meremas-remas kontolku, sekarang justru aku yang beringas meremas-remas payudara tanteku bahkan tanganku yang lain juga ikut ikutan meremas payudara Tante Murni yang satunya. Tante mey hanya memejamkan matanya rapat rapat sambil menggigit bibirnya.
ingin memanfaatkan seluruh tubuhku untuk menikmati kekenyalan dada Tante mey ini. Dikocoknya pelan-pelan tapi pasti sampai-sampai aku melayang karena baru pertama kali merasakan yang seperti ini.
“Achh.. cchh..” aku hanya mendesah pelan dan tanpa kusadari tanganku memegang vagina Tante mey yang masih di balut dengan celana pendek dan CD tapi Tante mey hanya diam saja sambil tertawa kecil terus masih melakukan kocokannya. Sekitar 10 menit kemudian Aku tak mempedulikan apapun sikap Tante Murni, bagiku kesempatan emas ini harus benar-benar dinikmati dan peduli dengan tanteku. Tanganku bukan hanya meremas, tetapi juga memelintir puting susu tanteku yang putih dan keras itu, lucu sekali melihat kedua tanganku menelinap dan bergerak-gerak di dalam t-shirt ucan see tanteku. Kurasakan tangan tanteku sudah tak mengocok kontolku, tetapi hanya kadang kadang saja dia meremasnya dengan keras membuat aku kesakitan. Dari luar dadanya yang bert-shirt mulutku ikut ikutan menciumi dada tanteku itu, rasanya bila memungkinkan aku ingin memanfaatkan seluruh tubuhku untuk menikmati kekenyalan dada Tante mey ini. Tak kusadari nafas tanteku makin lama makin memburu, rupanya dia juga sangat menikmati kekasaran tanganku ini. Tiba-tiba saja Tante mey mengangkat tshirtdan bh krem bereda sehingga dadanya tersibak, baru saat itu aku bisa melihat kemontokan payudara tanteku ini, tanganku hanya dapat menutupi sebagian ujung atas payudaranya, sedangkan bagian yang lain masih belum tersentuh oleh remasanku. Dada yang montok itu dipenuhi oleh barut-barut merah bekas remasanku. Setelah dadanya terbuka dengan gemetar Tante mey berbisik, ” jon, isep pentilnya pelan-pelan ya”. Tak perlu diperintah dua kali, aku segera melumat puting susu tanteku dan mengenyotnya sekuatku, Tante Mey mendesis desis dan menekan kepalaku kuat kuat kedadanya, aku memeluk pinggangnya dan kutindih badan Tante mey dengan tubuhku yang telanjang bawah itu. Terasa kontolku yang kaku itu menghunjam di tubuh putih mulus ala amoy tanteku yang hanya dilapisi celana dalam itu. Tanteku makin kencang memeluk tubuhku, bahkan ia menyuruh aku untuk menjilati juga putingnya. Kulakukan semua itu dengan penuh semangat, entah apa pengaruh kepatuhanku ini pada Tante Mey, yang jelas aku sangat menikmatinya, kontolku yang menggeser-geser diperut Tante Murni terasa sangat mengasikkan. Mungkin karena sudah tak tahan dengan semua itu, tiba-tiba saja Tante mey i juga melepaskan celana dalamnya. Selama ini aku hanya bernafsu pada buah dadanya saja, aku tak pernah berpikiran lebih dari itu. Ketika dengan berbisik ia menyuruhku memindahkan ciumanku, aku agak bingung juga. ” Mas, ayo sekarang ciumi selangkangan tante ya, nanti punya kamu juga tante ciumi”. Aku menghentikan kesibukanku di dada Tante Murni dan memandang ke selangkangannya. Aku takjub sekali melihat selangkangan Tante meyi itu karena ada rambut keriting yang tumbuh di ujung selangkangannya yang cembung itu, ini adalah pemandangan yang sama sekali baru bagiku, selama ini aku hanya pernah melihat selangkangan dalam film bf Namun selangkangan wanita secara nyata yang berbulu, ya baru kepunyaan Tante Mey ini!perlahan kedekati dan mulai membelah bibir memeknya dan bulu2 yang agak lebat dan mulai lidahku menari-nari disana dalam posisi 69 tiba-tiba aku merasakan sesuatu
“Tante sudah dulu yah aku mau keluar nih” kataku.
“Sudah, keluarnya di mulut Tante saja yah enggak apa-apa kok” kata Tante mey
Aku bingung campur heran melihat penisku dikulum dalam mulut Tante mey karena Tante mey tahu aku sudah mau keluar dan aku hanya bisa diam karena merasakan enaknya. “Hhgg..achh.. Tante aku mau keluar nih bener ” kataku sambil melumat vagina Tante mey yang kurasakan berdenyut-denyut.
Tante meyypun langsung menghisap dengan agresifnya dan badanku pun mengejang keras.
“Croott.. ser.. err.. srett..” muncratlah air maniku dalam mulut Tante mey, Tante meypun langsung menyedot dengan keras sambil menelan maniku namun karena saking gelinya aku tak tahan lagi secara paksa aku tarik kontolku ternyata udah bersih dan mengkilat dan sehabis minum dan mengambil tisu tante mey menghampiri aku yang masih lemas jon pegang nih enggak apa-apa kok sudah Tante lap” katanya. Akupun mulai memegang vagina Tante mey dengan tangan yang agak gemetar, Tante mey hanya ketawa kecil.
“jon, kenapa? Biasa saja donk kok gemetar kaya gitu sih” kata Tante mey.
Dia mulai memegang penisku lagi, “jon Tante mau itu nih”.
“Mau apa Tante?”
“Itu tuh”, aku bingung atas permintaan Tante mey.
“Hmm itu tuh, punya kamu di masukin ke dalam itunya Tante kamu mau kan?”
“Tapi jhony enggak bisa Tante caranya”
“Sudah, kamu diam saja biar Tante yang ajarin kamu yah” kata Tante mey padaku.
Tante mey pun masih asyik mengulum penisku yang masih layu kemudian Tante Erni menghentikannya dan berbalik menghadapku langsung mencium bibirku dengan nafas yang penuh nafsu dan menderu.
“Kamu tahu enggak mandi kucing jon” kata Tante mey.
Aku hanya menggelengkan kepala dan Tante mey pun langsung menjilati leherku menciuminya sampai-sampai aku menggelinjang hebat, ciumannya berlanjut sampai ke putingku, dikulumnya di jilatnya, lalu ke perutku, terus turun ke selangkanganku dan penisku pun mulai bereaksi mengeras. Dijilatinya paha sebelah dalamku dan aku hanya menggelinjang hebat karena di bagian ini aku tak kuasa menahan rasa geli campur kenikmatan yang begitu dahsyat. Tante Erni pun langsung menjilati penisku tanpa mengulumnya seperti tadi dia menghisap-hisap bijiku Kulihat payudara Tante mey mengeras, Tante mey menjilati sampai ke betisku dan kembali ke bibirku dikulumnya sambil tangannya mengocok penisku, tanganku pun meremas payudara Tante mey Entah mengapa aku jadi ingin menjilati vagina Tante mey , langsung Tante mey kubaringkan dan aku bangun, langsung kujilati vagina Tante mey seperti menjilati es krim.
“Achh.. uhh.. hhghh.. acch jon enak banget terus jon, yang itu isep jilatin jon” kata Tante mey sambil menunjuk sesuatu yang menonjol di atas bibir vaginanya.
Aku langsung menjilatinya dan menghisapnya, banyak sekali lendir yang keluar dari vagina Tante mey tanpa sengaja tertelan olehku.
“jon masukin donk Tante enggak tahan nih”
“Tante gimana caranya?”
Tante mey pun menyuruhku tidur dan dia jongkok di atas penisku dan langsung menancapkannya ke dalam vaginanya. Tante mey naik turun seperti orang naik kuda kadang melakukan gerakan maju mundur dan sempat beberapa kali ujung penisku menyentuh dinding rahim tante mey Setengah jam kami bergumul dan Tante mey pun mengejang hebat.
“jon Tante mau keluar nih eghh.. huhh achh” erang Tante mey
Akupun di suruhnya untuk menaik turunkan pantatku dan tak lama kurasakan ada sesuatu yang hangat mengalir dari dalam vagina Tante meyi. Hmm sungguh pengalaman pertamaku dan juga kurasakan vagina Tante mey mungurut-urut penisku dan juga menyedotnya. Kurasakan Tante mey sudah orgasme dan permainan kami terhenti sejenak. Tante mey tidak mencabut penisku dan membiarkanya di dalam vaginanya.
“jon nanti kalau mau keluar kaya tadi langsung aja keluariin dalem tadikan dimulut udah tante udah steril kok(kb permanent dengan menutup rahim) ya” pinta Tante mey padaku.
Akupun langsung mengiyakan tanpa mengetahui maksudnya dan Tante mey langsung mengocok penisku dengan vaginanya dengan posisi yang seperti tadi.
“Achh .. Tante enak banget achh.., gfggfgfg..” kataku dan tak lama aku pun merasakan hal yang seperti tadi lagi.
“Tante johny kayanya mau keluar niih” dan akhirnya muncratlah pejuhku di liang kewanitaan tante meyinsesaat setelah kicabut penisku meleleh sisa pejuhku dari vagina tante mey dan dengan bergegas dia masuk toilet membasuh memeknya dan memakai baju sambil menciumku dan pulang dan dvd tsb udah aku buang karena takut ketahuan ortu aku sampai saat ini hub kami masih berlanjut dan makin hot demikianlah cerita nyata yang telah saya alami
read more “Tante Mei In Fang”

Cucuku Dhea dan Marsha


Namaku Budyanto, saat ini usiaku 63 tahun. Boleh dibilang untuk urusan main perempuan aku pakarnya. Ini bisa kukatakan karena pada saat usiaku 13 tahun aku sampai menghamili 3 temanku sekaligus. Dan di usiaku ke 17 sampai dengan 5 orang teman yang aku hamili, satu di antaranya Winnie, seorang gadis peranakan Belanda dan Cina yang pada akhirnya aku terpaksa mengawininya karena hanya dia yang ambil risiko untuk melahirkan bayi atas kenakalanku dibanding gadis lain. Winnie sampai memberiku 3 orang anak, tetapi selama aku mendampinginya dalam hidupku, aku masih juga bermain dengan perempuan sampai usiaku 50 tahun, inipun disebabkan karena Winnie harus tinggal di Belanda karena sakit yang dideritanya hingga akhir hayatnya yaitu 7 tahun yang lalu, otomatis aku harus mendampinginya di Belanda sementara ketiga anakku tetap di Indonesia.
Kira-kira satu tahun yang lalu petualanganku dengan perempuan terjadi lagi, tapi kali ini orangnya adalah yang ada hubungan darah denganku sendiri yaitu Dhea dan Marsha, keduanya merupakan cucuku sendiri. Satu tahun yang lalu, anakku yang kedua mengontakku di Belanda yang memberitahukan bahwa kakaknya yaitu anakku yang pertama dan istrinya mengalami kecelakaanyang akhirnya harus meninggalkan dunia ini. Aku pun langsung terbang ke Jakarta. Setiba di Jakarta aku lansung menuju ke rumah anakku, di sana aku menemukan anakku dan istrinya telah terbujur kaku dan kulihat Dhea dan adiknya Marsha sedang menagis meraung-raung di depan keduajenazah itu. Sewaktu kutinggal ke Belanda, Dhea dan Marsha masih kecil. Setelah peguburan jenazah kedua anakku, atas anjuran anakku yang kedua, aku diminta untuk tinggal di Jakarta saja dan tidak usah kembali ke Belanda, aku harus menjaga kedua cucuku, aku pun setuju. Sejak saat itu, aku pun tinggal di Indonesia.
Satu minggu aku sudah tinggal di rumah almarhum anakku, dan kutahu Dhea usianya 15 tahun (kelas 3 SMP) sedangkan adiknya Marsha usianya 13 tahun (kelas 1 SMP) ini kutahu karena tugasku sekarang menjaga dan mengantarkan cucuku sekolah. Dhea sudah tumbuh menjadi anak gadis tetapi kelakuannya agak nakal, setiap pulang dari sekolah bukannya belajar malah main ke temannya sampai jam 09.00 malam baru kembali, di saat aku sudah tertidur.
Suatu hari ketika Dhea pulang aku masih terbangun, Dhea langsung masuk kamar setelah mandi dan berdiam di dalam kamarnya yang membuat aku penasaran melihat sikap Dhea, sampai di depan kamarnya sebelum kuketuk aku coba mengintip dari lubang pintu dan aku terkaget-kaget melihat apa yang dilakukan Dhea di kamarnya. TV di kamar itu menyala dimana gambarnya film porno, sedangkan Dea sedang mengangkat roknya dan jarinya ditusukkan ke dalam lubang kemaluannya sendiri. Aku mengintipnya hampir 15 menit lamanya yang membuat aku tidak sadar bahwa batangkemaluanku mulai mengeras dan celanaku basah. Setelah itu kutinggalkan Dhea yang masih onani, sedang aku pun ke kamar untuk tidur, tapi dalam tidurku terbayang kemaluan Dhea.
Paginya aku bangun terlambat karena mimpiku. Dhea dan Marsha sudah berangkat sekolah naik angkutan kota. Sore hari aku kembali setelah mengurus surat-surat kuburan anakku. Ketika aku masuk ke ruang keluarga, aku sempat terkejut melihat Dhea sedang menonton TV, pikirku tumben sore-sore Dhea ada di rumah dan aku makin terkejut ketika aku menghampiri Dhea, Dhea sedang melakukan onani sementara TV yang ia tonton adalah film porno yang tadi malam sudah dilihatnya. Dhea pun tidak tahu kalau aku sedang memperhatikannya dimana Dhea sedang asyik-asyiknya onani.
"Dhea.. kamu lagi.. ngapain?"
"Uh.. kakek.. ngagetin aja.. nih.."
Dhea yang kaget langsung menutupinya dengan rok dan memindahkan channel TV.
"Kamu kaget.. yach, kamu.. belajar begini sama siapa.. kamu ini bandel yach.."
"Belajar dari film dan bukunya temen, tapi Dhea.. nggak bandel loh.. Kek.."
"Sini Kakek.. juga mau nonton," kataku sambil duduk di sebelahnya."Kakek mau nonton juga.. Kakek nggak marah sama Dea khan?" katanya agak manja sambil melendot di bahuku.
"Nggak.. ayo pindahin channel-nya!"
Gambar TV pun langsung berubah menjadi film porno lagi. Tanpa bergeming, Dhea asyik menatap film panas itu sementara nafasku sudah berubah menjadi nafsu buas dan batang kemaluanku mulai mengeras berusaha keluar dari balik celanaku. "Dhe.. mau Kakek pangku.. nggak?" Tanpa menoleh ke arahku Dhea bergeser untuk dipangku. Dhea yang sudah meloloskan celana dalamnya merasa terganggu ketika kemaluannya yang beralaskan roknya tersentuh batang kemaluanku yang masih tertutup celana.
"Ah.. Kakek.. ada yang mengganjal lubang kemaluan Dhea nih dari bawah."
"Supaya nggak ganjal, rok kamu lepasin aja, soalnya rok kamu yang bikin ganjal."
Tiba-tiba Dhea menungging dipangkuan melepaskan roknya, badannya menutupi pemandanganku ke arah TV tapi yang kulihat kini terpampang di depan mukaku pantat Dhea yang terbungkus kulit putih bersih dan di bawahnya tersembul bulu-bulu tipis yang masih halus menutupi liang kemaluannya yang mengeluarkan aroma bau harum melati.
"Dhea.. biar aja posisi kamu begini yach!"
"Ah.. Kakek, badan Dhea khan nutupin Kakek.. nanti Kakek nggak lihat filmnya."
"Ah.. nggak apa-apa, Kakek lebih suka melihat ini."
Pantatnya yang montok sudah kukenyot dan kugigit dengan mulut dan gigiku. Tanganku yang kiri memegangi tubuhnya supaya tetap berdiri sedangkan jari tengah tangan kananku kuusap lembut pada liang kemaluannya yang membuat Dhea menegangkan tubuhnya.
"Ah.. Ah.. ssh.. sshh.." Pelan-pelam jari tengahku kutusukkan lebih ke dalam lagi di lubamg kemaluannya yang masih sangat rapat. "Aw.. aw.. aw.. sakit.. Kek.." jerit kecil Dhea. Setelah lima menit jariku bermain di kemaluannya dan sudah agak basah, sementara lubang kemaluannya sudah berubah dari putih menjadi agak merah. Kumulai memainkan lidah ke lubang kemaluannya. Saat lubang kemaluan itu tersentuh lidahku, aku agak kaget karena lubang kemaluan itu selain mengeluarkan aroma melati rasanya pun agak manis-manis legit, lain dari lubang kemaluan perempuan lain yang pernah kujilat, sehingga aku berlama-lama karena aku menikmatinya.
"Argh.. argh.. lidah Kakek enak deh.. rasanya.. agh menyentuh memek Dhea.. Dhea jadi suka banget nih."
"Iya.. Dhea, Kakek juga suka sekali rasanya, memekmu manis banget rasanya."
Dengan rakusnya kujilati lubang kemaluan Dhea yang manis, terlebih-lebih ketika biji klitorisnya tersentuh lidahku karena rupanya biang manisnya dari biji klitorisnya. Dhea pun jadi belingsatan dan makin menceracau tidak karuan. "Argh.. sshh.. agh.. aghh.. tiddaak.. Kek.. uenak.. buanget.. Kek.. argh.. agh.. sshh.." Hampir 30 menit lamanya biji klitoris Dhea jadi bulan-bulanan lidahku dan limbunglah badan Dhea yang disertai cairan putih kental dan bersih seperti lendir, mengucur deras dari dalam lubang kemaluannya yang langsung membasahi lubang kemaluannya dan lidahku. Tapi karena lendir itu lebih manis lagi rasanya dari biji klitorisnya langsung kutelan habis tanpa tersisa dan membasahi mukaku. "Argghh.. aawww.. sshh.. tolong.. Kek.. eennaak.. baangeet.. deh.." Jatuhlah tubuh Dhea setelah menungging selama 30 menit meniban tubuhku.
Setelah tubuhku tertiban kuangkat Dhea dan kududukkan di Sofa, sementara badannya doyong ke kiri, aku melepaskan semua pakaianku hingga bugil dimana batang kemaluanku sudah tegang dan mengeras dari tadi. Kemudian kedua kaki Dhea aku lebarkan sehingga lubang kemaluan itukembali terbuka lebar dengan sedikit membungkuk kutempelkan batang kemaluanku persis di liang kemaluannya. Karena lubang kemaluannya masih sempit, kumasukkan tiga buah jari ke lubang kemaluannya, supaya lubang kemaluan itu jadi lebar. Ketika jari itu kuputar-putar, Dhea yang memejamkan mata hanya bisa menahan rasa sakit, sesekali ia meringis. Setelah 5 menit lubang kemaluannya kuobok-obok dan terlihat agak lebar, kutempelkan batang kemaluanku tepat di lubang kemaluannya, lalu kuberikan hentakan. Tapi karena masih agak sempit maka hanya kepala kemaluanku saja yang bisa masuk. Dhea pun menjerit.
"Awh.. sakit.. Kek.. sakit.. banget.."
"Sabar.. sayang.. nanti juga enak.. deh.."
Kuhentak lagi batang kemaluanku itu supaya masuk ke lubang kemaluan Dhea, dan baru yang ke-15 kalinya batangan kemaluanku bisa masuk walau hanya setengah ke lubang kemaluan Dhea. Dhea pun 15 kali menjeritnya. "Ampun.. Kek.. sakit.. banget.. ampun!" Karena sudah setengah batang kemaluanku masuk, dan mulai aku gerakan keluar-masuk dengan perlahan, rasa sakit yang dirasakan Dhea berubah menjadi kenikmatan.
"Kek.. Kek.. gh.. gh.. enak.. Kek.. terus.. Kek.. terus.. Kek.. batang.. Kakek.. rasanya.. sampai.. perut Dhea.. terus.. Kek!"
"Tuh.. khan.. benar.. kata Kakek.. nggak.. sakit lagi sekarang.. jadi enak.. kan?"
Dhea hanya mengangguk, kaus yang digunakannya kulepaskan berikut BH merah mudanya, terlihatlah dengan jelas payudara Dhea yang baru tumbuh tapi sudah agak membesar dimana diselimuti kulit putih yang mulus dan di tengahnya dihiasi puting coklat yang juga baru tumbuh membuatku menahan ludah. Lalu dengan rakusnya mulutku langsung mencaplok payudara itu dan kukulum serta kugigit yang membuat Dhea makin belingsatan.
Setelah satu jam, lubang kemaluan Dhea kuhujam dengan batang kemaluanku secara ganas, terbongkarlah pertahanan Dhea yang sangat banyak mengeluarkan cairan lendir dari dalam lubang kemaluannya membasahi batanganku yang masih terbenam di dalam lubang kemaluannya disertai darah segar yang otomatis keperawanan cucuku Dhea telah kurusak sendiri. Dhea pun menggeleparlalu ambruk di atas Sofa. "Agh.. agh.. agh.. argh.. argh.. sshh.. sshh.. argh.. gh.. gh.. Dhea.. keluar.. nih.. Kek.. aw.. aw.."
Lima belas menit kemudian aku pun sampai pada puncak kenikmatan, dimana tepat sebelum keluar aku sempat menarik batang kemaluanku dari lubang kemaluan Dhea dan menyemburkan cairan kental hangat di atas perut Dhea dan aku pun langsung ambruk meniban tubuh Dhea. "Aw.. agh.. agh.. Dhea.. memekmu.. memang.. luar biasa, kontol Kakek.. sampai dipelintir di dalam memekmu..agh.. kamu.. me.. memeng.. hebat.."
Setengah jam kemudian, dengan terkaget aku terbangun oleh elusan tangan lembut memegangi kontolku.
"Kakek.. habis.. ngapain.. Kakak Dhea.. kok.. Kakak Dhea dan Kakek telanjang.. kayak habis.. mandi.. Marsha juga.. mau dong telanjang.. kayak.. Kakek dan.. Kakak Dhea."
"Hah.. Marsha jangan.. telanjang!"
Tapi perkataanku kalah cepat dengan tindakannya Marsha yang langsung melepaskan semua pakaiannya hingga Marsha pun bugil. Aku terkejut melihat Marsha bugil dimana tubuh anak umur 11 tahun ini kelihatan sempurna, lubang kemaluan Marsha yang masih gundul belum tumbuh bulu-bulu halus tetapi payudaranya sudah mulai berkembang malah lebih montok dari payudara Dhea. Kulit tubuh Marsha pun lebih putih dan mengkilat dibanding kulit tubuh Dhea, sehingga membuat nafsu seks-ku kembali meningkat.
"Kek.. Marsha kan tadi ngintip ketika perut Kakak Dhea dimasukin sama punya kakek.. Marsha juga mau dong.. kata mama dan papa, kalau Kakak Dhea dapat sesuatu pasti Marsha juga dapat."
"Oh.. mama dan papa bilang begitu yach, kamu memang mau perut kamu dimasukin punya Kakek."
"Iya.. Kek.. Marsha mau sekali."
Tanpa banyak basa-basi kusuruh Marsha terlentang di atas karpet. Dengan agak riang Marsha langsung terlentang, aku duduk di sampingnya kedua kakinya aku lebarkan sehingga lubang kemaluannya yang gundul terlihat jelas. Kusuruh Marsha menutup mata. "Marsha sekarang tutup matanya yach, jangan dibuka kalau Kakek belum suruh, nanti kalau sakit Marsha hanyaboleh bilang sakit." Marsha pun menuruti permintaanku. Lubang kemaluannya kuusap dengan jari tengahku dengan lembut dan sesekali jariku kumasukkan ke lubang kemaluannya. Tangan kiriku dengan buasnya telah meremas payudaranya dan memelintir puting yang berwarna kemerahan. Marsha mulai menggelinjang. Dia tetap memejamkan matanya, sedang mulutnya mulai nyerocos. "Ah.. ah.. ah.. sshh.. ssh.." Kedua kakinya disepakkan ketika jari tengahku menyentuh klitorisnya. Lidahku mulai menjilati lubang kemaluannya karena masih gundul, dengan leluasa lidahku mengusapliang kemaluannya sampai lidahku menyentuh klitorisnya. Dikarenakan usianya lebih muda dari Dhea maka lubang kemaluan dan klitoris Marsha rasanya belum terlalu manis dan 10 menit kemudian keluarlah cairan kental putih yang rasanya masih hambar menetes dengan derasnya dari dalam lubang kemaluannya membasahi lidahku yang sebagian tidak kutelan karena rasanya yang masih hambar sehingga membasahi paha putihnya.
"Ah.. ah.. ngeh.. ngeh.. Marsha.. basah nih Kek.." Kuambil bantal Sofa dan kuganjal di bawah pantat Marsha sehingga lubang kemaluan itu agak terangkat, lalu kutindih Marshadan kutempelkan batang kemaluanku pada lubang kemaluannya yang masih berlendir. Kuhentak batang kemaluanku ke dalam lubang kemaluan Marsha yang masih lebih rapat dari lubang kemaluan Dhea. Kuhentak berkali-kali kemaluanku sampai 25 kali baru bisa masuk kepala kemaluanku ke lubang kemaluan Marsha. 25 kali juga Marsha menjerit.
"Aw.. aw.. sakit.. Kek.. sakit.. sekali.."
"Katanya kamu mau perutmu aku masukin punya Kakek seperti lubang kemaluan Kakak Dhea."
"Iya Kek.. Marsha mau.. Marsha tahan aja deh sakitnya."
Kepala kemaluanku yang sudah masuk ke lubang kemaluan Marsha kehentak sekali lagi, kali ini masuk hampir 3/4-nya batang kemaluanku ke lubang kemaluan Marsha, ini karena lubang kemaluan Marsha masih licin sisa lendir yang tadi dikeluarkannya. "Hegh.. hegh.. hegh.. iya Kek sekarang Marsha nggak sakit lagi.. malah enak.. rasanya di perut Marsha ada yang dorong-dorong.. Hegh.. Hegh.." komentar Marsha ketika menahan hentakan batang kemaluanku di lubang kemaluannya. Setelah 30 menit lubang kemaluannya kuhujam dengan hentakan batang kemaluanku, meledaklah cairan kental dan tetesan darah dari lubang kemaluan Marsha keluar dengan derasnya yang membasahi kemaluanku dan pahanya. Marsha pun langsung pingsan. "Arrgh.. arrghh.. ssh.. Kek.. Marsha.. nggak kuat.. Kek.. Marsha.. mau pingsan.. nih.. nggak.. ku.. kuaatt.."
Pingsannya Marsha tidak membuatku mengendorkan hentakan kemaluanku di lubang kemaluannya yang sudah licin, malah membuatku makin keras menghentaknya, yang membuatku sampai puncak yang kedua kalinya setelah yang pertama kali di lubang kemaluannya Dhea, tapi kali ini aku tidak sempat menarik batang kemaluanku dari dalam lubang kemaluan Marsha sehingga cairan kental hangat itu kubuang di dalam perut Marsha dan setelah itu baru kulepaskan batang kemaluanku dari lubang kemaluan Marsha yang masih mengeluarkan lendir. "Ah.. ah.. ser.. ser.. ser.. jrot.. jrot.. agh.. ag.. ssh.. argh.." Tubuhku pun langsung ambruk di tengah Marsha yang pingsan di atas karpet dan Dhea yang tertidur di sofa. Satu jam kemudian aku terbangun di saat batang kemaluanku berasa dijilat dan ketika aku melirik aku melihat Dhea dan Marsha sedang bergantian mengulum batang kemaluanku dan menjilati sisa cairan lendir tadi, kuusap kedua kepala cucuku itu yang lalu kusuruh keduanya mandi.
"Dhea.. sudah.. sayang.. sana ajak adikmu.. bersih-bersih dan mandi setelah itu kita ke Mall, beli McDonal.. ayo sayang!"
"Kek.. Dhea puas deh.. lain.. kali lagi yach Kek!"
"Asyik beli McDonal.. tapi lain kali lagi yach.. Kek, perut Marsha jadi hangat.. deh.. enak.."
"Iya.. sayang.. pasti lagi.. ayo sekarang Kakek yang mandiin."
Setelah itu kami pun mandi bertiga, sejak saat itu kedua cucuku selalu tiap malam minta coba lagi keganasan batang kemaluanku. Aku pun tersenyum bangga bahwa aku memang penakluk perempuan, walau perempuan yang aku taklukan adalah kedua cucuku yang sekarang tinggal bersamaku.
read more “Cucuku Dhea dan Marsha”