Ngentot Anak SD
Dari kamarku aku bisa melihat seluruh bagian gudang.
Sambil menunggui gudang aku mengikuti kuliah di sebuah perguruan tinggi swasta.. Umurku sekarang 20 tahun.
Meski aku tidak kaya tetapi dianugerahi badan yang bagus dengan tinggi 175 dan wajah yang tidak terlalu jelek.
Gudang yang kujaga sering digunakan anak-anak di kampung belakang untuk
arena bermain. Sepulang sekolah mereka selalu bermain di lantai gudang
yang luas.
Aku memperbolehkan saja mereka disitu bermain, itung-itung untuk
menemaniku, jika kebetulan hari itu tidak ada kuliah. Aku mensyaratkan
mereka sebagai imbalan bermain di gudang adalah membantu menyapu lantai
gudang agar tetap dalam keadaan bersih.
Ada sekitar 10 anak yang selalu bermain di gudangku, mereka umumnya
cewek-cewek kecil dan tanggung. Kalau pun ada laki-laki adalah adik-adik
mereka yang masih kecil. Kelihatannya anak laki-laki kurang suka main
bercampur cewek di gudang itu. Mereka memilih main sepeda dan bola di
lapangan yang tidak jauh di belakang gudang.
Dari sekian anak yang sering main ke gudangku adalah Leni yang
kelihatannya genit. Wajahnya manis rambutnya lebat hitam lurus. Dia
selalu mencari perhatianku. Lagaknya seperti cewek dewasa yang menebar
pesona ke aku.
Suatu kali aku sedang santai di kamarku menonton TV dia tiba-tiba muncul
di depan pintu. “Kak, Leni dan Ami boleh gak main ke kamar kakak ikut
nonton TV,” katanya.
Aku mempersilakan mereka masuk. Di kamarku memang ada TV kecil dan di
depannya ada selembar tikar. Keduanya duduk di tikar sementara aku
tiduran di dipan beralaskan kasur.
Kedua mereka ini bersahabat, cantik dan keturunan Tionghoa, tetapi jarang di rumah karena kedua orang tuanya sibuk berbisnis.
Kedua orang tua mereka seharian menunggui tokonya di Mangga Dua dan
Glodok. Biasanya mereka pulang sekolah selalu istirahat di toko tempat
ibunya berjualan. Namun sejak mengenal tampat permainan di gudangku,
mereka beralasan lebih suka pulang ke rumah. Sebenarnya mereka tidak
dirumah, karena hanya berganti baju sekolah sebentar lalu main ke
tempatku.
Sejak saat itu mereka sering main dikamarku. Mereka sudah menganggap
kamarku sebagai rumah kedua mereka. Kami sering main kartu, main
monopoli dan kadang-kadang menonton DVD. Aku tentunya menjaga koleksi
DVDku yang porno dari jangkauan mereka.
Suatu hari badanku terasa lelah sekali, aku berpikir kalau aku telungkup
di injak-injak mereka berdua rasanya pasti nikmat. Ketika mereka
kuminta, sama sekali tidak ada keberatan, malah keduanya senang. Memang
nikmat sekali diinjak-injak begini oleh dua gadis kecil.
Beratnya belum terasa menyakitkan, malah mungkin kurang berat, tetapi lumayanlah untuk menghilangkan pegal-pegal.
Acara menginjak-injak badanku jadi kegiatan rutin, malah kadang-kadang mereka sendiri yang berinisiatif menginjak-injak badanku.
Suatu hari mereka bawa DVD .
DVD itu tidak ada bungkusnya, tetapi ketika diputar, ternyata itu adalah
film porno. Aku buru-buru mematikannya. Mereka kuingatkan masih terlalu
kecil menonton adegan orang dewasa seperti ini. Tapi keduanya
merengek-rengek minta diputarkan, karena mereka hanya boleh pinjam
sehari dari teman sekolahnya.
Aku tidak bisa bertahan dan terpaksa kuputar kembali DVD bawaan
mereka. Adegannya cukup vulgar dari pemain barat. Pemainnya memang
cantik dan gagah dengan kemaluan yang besar. Keduanya asyik mengikuti
gambar yang ditayangkan. Aku mengingatkan bahwa anak kecil belum pantas
nonton yang begituan. “ Emang kenapa,” tanya Ami.
“ Lha nanti kalau terpengaruh gimana, kalian kan masih kecil,” kataku.
“Ah biasa aja kok, “ kata Leni.
“ Kita kan ingin tau juga permainan orang gede, bosan nonton film anak-anak terus,” tambah Leni.
“Ya udah kalau kalian nanti kepengen, oom gak tanggung jawab,” kataku.
“ Kepengen apaan,” tanya Ami.
“Ya kepengen yang kayak di film itu,” kataku.
“Ah gampang kan ada yang ngajarin,” kata Leni.
“Hah siapa yang ngajarin,” tanyaku keheranan.
“Ya kakak lah,” kata keduanya serempak dengan enteng.
Kedua gadis kecil ini sudah gila pikirku, masak dia berani menantangku.
Setelah film pertama itu, mereka kemudian berkali-kali membawa film sejenis ke kamarku.
Sungguh mati jiwa mudaku bergelora juga menonton adegan-adegan syur itu.
Tapi masak kulampiaskan ke gadis kecil gini. Badannya saja masih kecil
dan kurus. Teteknya belum ada. Mereka kelas 5 SD, kutaksir masih berumur
11 tahun lebih sedikit.
“Kak ajari kita ciuman dong,” kata Leni yang disambung Ami dengan kata “ Iya dong.”
Buset dah anak sekecil ini udah berani minta yang beginian. Diam-diam mereka sudah punya rencana terhadapku rupanya.
“Emang untuk apa belajar yang gituan, “ tanya ku.
“ Kita kan pengen tau rasanya ciuman, kayaknya di film itu kok enak sih,” kata Ami.
“Bener nih,” kataku ingin meyakinkan permintaan mereka.
“Iya suer, ajari dong,” kata Leni.
“Nanti kalau orang tua kalian tau, habis deh gua, “ kataku.
“ Ah kita yang gak bilang ke mama papa dong, suer deh kak, ajari ya,” kata Ami.
“Bener ya jangan bilang ke sapa-sapa ya kalau kakak ngajari kalian
ciuman, nanti kalau orang tua kalian tau kakak bisa berabe,” kataku.
“Iya deh janji,” kata mereka serentak.
“Gini deh sebelum belajar kita gosok gigi dulu biar mulut kita baunya enak,” kataku.
Mereka lalu kusuruh menggunakan sikat gigi yang baru ku beli untuk membersihkan mulutnya. Setelah itu aku juga menyikat gigiku.
Rasa mulutku sudah segar.
“Siapa yang duluan,” tanyaku.
Leni maju dengan wajah malu-malu. Leni kupangku, lalu kuciumi pipi,
kening rambut dan selanjutnya aku mencium mulutnya . Mulut Leni masih
kaku sehingga masih terus terkatup.Dengan lidahku ku buka mulutnya dan
lalu aku menciumnya dengan mesra. Nafas Leni terengah-engah. Mungkin dia
susah bernafas ketika mulutnya kucium,atau karena dia bernafsu sehingga
nafasnya memburu. Sekitar 5 menit aku menuntaskan mencium Leni.
Selanjutnya giliran Ami.
“Gimana rasanya,” tanyaku.
“Enak juga kok,” kata Leni.
Leni dan Ami kubopong berbaring di kasurku aku lalu menindih keduanya
dan kembali menciumi mereka. Tanganku tidak tinggal diam, tetapi merabai
kedua dada mereka. Terasa ada daging yang menyembul sedikit di dadanya.
Mereka ternyata sudah mulai tumbuh teteknya. Tetapi karena selama ini pakai baju tebal sehingga tidak tampak bahwa teteknya sudah mulai tumbuh..
Tidak puas merabai kedua teteknya tanganku satu persatu ke kedua cewek
ini menelusup ke bawah kausnya . Mereka masih dilapisi lagi oleh kaus
singlet tipis. Tanganku berhasil merabai tetek kecil keduanya. Aku lalu
duduk diantara keduanya dan tanganku menarik kaus dalam mereka. “ Kakak
mau ngapain, “ kata Leni.
“ Tenang aja, katanya kalian mau diajari. “ kataku.
Tangan Leni yang tadinya menahan agar kausnya tidak di singkap akhirnya
membolehkan tanganku menelusup ke bawah kaus kutangnya. Terasa lembut
dan kenyal kedua tetek mereka. Ami terasa lebih gemuk dibanding Leni,
tetapi keduanya masih kecil pentilnya. Mereka kuminta duduk dan satu
persatu aku bukai bagian atas pakaian mereka, sehingga keduanya
telanjang dada. Ami dan Leni langsung otomatis menutup kedua teteknya
dengan kedua tangan mereka. Mereka aku rebahkan lagi dan kini aku
menciumi dada mereka yang baru tumbuh.Meski pentilnya masih kecil,
tetapi sudah bereaksi atas rangsangan lidahku. Terasa ujung pentilnya
mengeras kaku.
“Gimana rasanya,” tanyaku.
“Geli-geli gimana, gitu,” kata Ami.
Sambil kuciumi kedua tetek mereka
sembari menjilat-jilat mereka mulai melenguh. Kesempatan birahi mereka
mulai bangkit, tanganku langsung membekap selangkangan keduanya. Mereka
tidak bereaksi ketika tanganku meremas-remas selangkangan mereka.
Merasa mereka tidak ada penolakan, pelan pelan tanganku menelusup ke
dalam langsung ke celana dalam . Pertama tangan aku telusupkan ke memek
Leni. Tangan Leni otomatis seperti mencegah tanganku mencapai memeknya,
tetapi dia tidak bersungguh-sungguh menahan tanganku, karena ketika jari
tengahku menemukan kelentitnya Leni langsung bergelinjang. Tanganku
yang satunya giliran menelusup ke dalam celana dalam Ami. Dia tidak
menyadari tanganku sudah mendekati memeknya, karena putingnya sedang aku
rangsang dengan jilatan lidahku. Ketika ujung jariku menyentuh
clitorisnya, tangannya berusaha menarik tanganku, tetapi dari tenaganya
kuketahui dia tidak sungguh-sungguh.
Aku bangkit dan berbalik duduk ke arah kaki mereka diantara mereka yang
sedang berbaring setengah telanjang. Tanganku kembali kususupkan dan
menstimulasi kedua clitoris mereka. Keduanya bergelinjang gelinjang
nikmat dan cairan mulai membasahi celah memeknya. Aku jadi penasaran
bagaimana bentuk memek mereka. Dari rabaanku memek mereka masih gundul
dan menggunduk. Satu persatu celana mereka aku pelroti. Mereka pasrah
saja sambil menutup mata. Terpampanglah dua gundukan dengan
masing-masing belahan yang masih rapat. Ketika satu persatu aku kuak,
terlihat warna merah jambu di dalamnya dan ujung lipatan bibir dalam
yang mencuat.
Kukatakan kepada mereka bahwa aku akan memberi kenikmatan yang tinggi,
tetapi harus bergantian satu persatu. Mereka pasrah saja, aku memulai
dengan mengoral memek Ami. Baunya memang rada-rada pesing karena dia
belum sempat cebok. Tapi bagiku tidak masalah, karena birahiku sudah
menyingkirkan rasa jijik. Ketika lidahku menyentuh clitoris Ami dia
menggelinjang. Menurut dia rasanya geli, tapi enak juga. Aku terus
menyerang kelentit Ami sampai dia melonjak-lonjak. Cukup lama juga dia
baru bisa mencapai orgasmenya sekitar 15 menit. Memek Ami berkedut-kedut
dan ada sedikit cairan meleleh diantara belahan memeknya.
Ami tak kuasa membuka matanya dia terbujur. Sementara itu Leni yang penasaran bertanya ke Ami, “ Gimana Mi sakit nggak,”
Ami hanya menjawab singkat, “ enaaaaaak banget,” katanya dengan mata
tetap tertutup. Badannya kututup sarung. Sebelum Leni mendapat giliran
dia kuminta mencuci dulu memeknya. Leni mengikuti anjuranku dan kembali
langsung kusuruh berbaring dengan posisi mengangkang dan kaki ditekuk.
Memeknya sama sekali tidak berbau dan berwarna merah di dalamnya. Aku
segera menyerang clitorisnya. Leni terkejut dan melonjak ketika
clitorisnya tersentuh lidahku. Reaksi Leni lebih rame, dia
mengerang-erang sambil berucap, “ aduh…..aduuuuh enaaaak,,,,,,,”
Aku terus menyerang clitorisnya . dia juga cukup lama mencapai
orgasmenya sama seperti Ami mungkin sekitar 15 menit dia akhirnya
mencapai orgasme dan kedua kakinya menjepit kepalaku dan rambutku
dijambak-jambaknya dan ditekan ke arah memeknya. Mulutku merasa
permukaan lubang vaginanya berkedut-kedut seperti pria sedang
menyemprotkan sperma.
Leni berkeringat dan tidur terbujur. Keduanya langsung tidur terlelap.
Sementara itu aku ngaceng berat. Ketika mereka tidur aku menonton TV
duduk di bawah. Lama-lama aku merasa ngantuk juga.
Aku terbangun ketika merasa celanaku ada yang membuka, Kuintip kedua
anak kecil itu berusaha membuka celana ku. Dengan agak bersusah payah
mereka membuka semua celanaku. Kontolku tentu tidak bisa tinggal diam,
dia langsung tegang mengacung. Apa kira-kira yang akan dilakukan kedua
anak ini, batinku.
Ami meremas-remas batangku, sementara Leni menekan-nekan bijiku. Remasan
Leni terlalu keras sehingga aku tidak bisa terus berpura-pura tidur. “
Kalian ngapain sih, kok nelanjangi kakak,” tanyaku.
“Gak adil dong masak kita aja yang telanjang, kita kan pengen juga ngliat barangnya kakak,” kata Leni.
Aku kembali berbaring dan dengan santai tanpa basa-basi kusuruh mereka menciumi kontolku. Mulanya kata mereka “jijik ah,”
“Gak adil dong memek kalian sudah kakak jilatin sampai kalian kelojotan, sekarang giliran kakak dong yang di senengi,” kataku.
Ami mulai menunduk menciumi ujung penisku lalu dijilati. Leni lebih
fokus ke bijiku. Dia menciumi dan juga menjilati. “ Isep,” kataku.
Leni melahap kantong menyan sementara Ami melahap kepala kontolku. Aku
seperti melayang kelangit ke tujuh merasakan nikmatnya hisapan mereka.
Tiba-tiba Ami bicara, “ Kak boleh gak kita nyoba kayak yang di film itu,”
“ Yang mana,” tanyaku.
“Itu yang barangnya laki dimasukin ke barangnya cewek,” kata Leni menyambung.
“Ah kalian belum bisa karena masih kecil, barang kakak kan besar, memek kalian masih kecil mana muat,” kataku.
“Ala dicoba aja kan gak apa-apa,” kata Leni ngotot.
“Ya udah tapi kalau sakit, kakak gak tanggung ya,” kataku.
Leni naik ke atas tubuhku di pegangnya penisku lalu diarahkannya ke
lubang memeknya. Dia berusaha berkali-kali, tetapi selalu meleset.
“ Kok susah banget ya, di filim keliatannya gampang, “kata Leni.
“ Sini coba gua,” kata Ami.
Sebelum Ami mencoba, aku menyuruh mereka melumasi kepala penisku dengan
body lotion biar licin. Ami mengambil body lotion dan melumuri seluruh
kontolku sampai licin. Dia lalu ngangkang dan mengarahkan penisku ke
lubang memeknya yang masih kecil. Kepala penisku terasa tepat berada di
lubang memeknya.
Ami menekan badannya kebawah sambil meringis. “ Sakit ya, tapi di film kok enak keliatannya,”
“Masak sih coba sekarang gua kata Leni mengambil alih posisi.
Leni pun merasa memeknya sakit ketika kepala penisku masuk ke belahan memeknya.
Sementara penisku dijadikan eksprimen, kepalaku sudah nyut-nyutan karena nafsu sudah diubun-ubun.
“ Sekarang coba kakak yang masukin,” kataku sambil memerintahkan mereka berbaring.
Ami kukangkangkan dan kakinya kutekuk. Kepala penisku aku arahkan ke
lubang kecil memeknya dan pelan-pelan kutekan. Kepala penisku bisa
masuk, tapi masih terlalu ketat lubangnya. Aku tarik lagi sedikit lalu
ku dorong. Begitu berkali-kali sampai penisku bisa masuk sekitar 5 cm.
Terasa di dalam ada yang menghalangi. Aku berhenti tidak memaksa
memecahkan selaput perawannya, karena khawatir mereka akan terluka.
Giliran Leni juga begitu, kepala kontolku bisa masuk, tapi juga mentok
di selaput perawannya. Aku mengocoknya pelan-pelan sampai akahirnya aku
mencapai orgasme dan kutarik keluar kontolku sebelum menyembur. Spermaku
aku tampung di telapak tanganku sendiri.
“ Ih apaan itu kak, kok kentel-kentel kayak lem,” kata Ami.
Kujelaskan bahwa itulah sperma laki-laki yang bisa membuat cewek bunting kalau masuk kedalam memek.
Mereka merasa ngeri. Namun setelah kujelaskan bahwa mereka belum bisa
bunting sebelum mereka mendapat mensturasi. Jadi seandainya spermaku
masuk ke dalam memek mereka, tetap aman . akhirnya mereka mengerti.
“Gimana rasanya disodok ****** kakak,” tanyaku.
“Sakit sih tapi rasanya penasaran aja gitu,” kata Amy.
Ya udah lain kali kita coba lagi, kalau dicoba berkali-kali baru tidak sakit, dan akhirnya enak.
“ Emang enaknya kayak apa sih,” kata Leni.
“Ya lebih enak dari yang kalian rasakan ketika kakak jilatin memek kalian tadi.”
“ Ah masak sih ada yang lebih enak dari yang tadi itu, rasanya jadi kepengen deh,” kata Ami.
“ Ya besok-besoklah kalau kalian sudah tidak sakit lagi, sekarang bekasnya masih sakit,” tanyaku.
“Iya dikit,” kata Leni.
“ Coba kalian jalan, sakit nggak,” pintaku.
Leni dan Ami mondar mandir dikamarku. Kelihatannya jalannya tidak aneh,
jadi aku tidak perlu khawatir ketahuan orang tuanya bahwa memek mereka
sudah aku sodok.
Dua atau tiga hari kemudian mereka datang lagi.
“ Kak kita kepengen enak yang kayak hari itu dong,” kata mereka berdua.
“Emangnya memek kalian sudah gak sakit lagi,” tanyaku.
“Udah enggak kok,” kata Leni..
Gila emang dua cewek ini, sex maniak atau apa sih, batinku.
“Ya udah sana ke kamar mandi bersih-bersih sekalian gosok gigi,” kataku.
Mereka kembali mendatangiku setelah dari kamar mandi.
“Sekarang kakak menggarapnya satu-satu, siapa mau duluan,” tanyaku.
Leni maju. Aku duduk di dipanku dn Leni kupangku. Aku mulai melakukan
foreplay dan menciuminya. Selanjutnya bajunya kubuka satu persatu.
Teteknya aku kemot kiri dan kanan lalu celananya ku pelorotkan. Gila
juga Leni tidak pakai celana dalam. Anak ini udah siap banget
keliatannya.
Aku kangkangkan kaki Leni dan aku mulai mengoralnya. Leni
menggelinjang-gelinjang sambil terus melenguh melampiaskan kenikmatan
yang diarasakan. Kali ini dia lebih cepat mencapai orgasme. Belum 10
menit, kakinya sudah menjepit kepalaku dan memeknya berkedut-kedut.
Ami yang mendapat giliran berikutnya sudah siap. Dia hanya mengenakan
celana dalam dan berkaus kutang. Ami aku pangku dan mulai melancarkan
foreplay. Pertama dengan ciuman berikutnya membuka kausnya dan menghisap
kedua putting susunya. Selanjutnya kupelorotkan celana dalamnya dan aku
segera menyerbu memeknya dengan oral. Ami menggelinjang liar sehingga
aku harus menahan badannya agar jilatanku tidak kepeleset ke mana-mana.
Ami rupanya juga melenguh-lenguh keras melampiaskan rasa nikmatnya. Dia juga cepat mencapai orgasme.
Aku selanjutnya membuka baju dan celanaku lalu berusaha menyodokkan
kontolku ke memek Ami yang kecil dan gundul. Dengan bantuan body lotion
kali ini kepala kontolku lebih mudah masuk. Aku mengocoknya pelan sampai
Ami tidak merasa sakit karena memeknya disumpal kontolku. Pada garis
terakhir dimana terdapat portal perawan, aku bertahan pada posisi
mentok. Aku mengejan mengeraskan tegangan penisku.
Ami meringis katanya agak sakit. Ku kendorkan lagi lalu kutegangkan
kembali. Begitu berkali-kali, sampai Ami terbiasa oleh ritmenya.
Seterusnya sambil ku tekan sedikit, aku lalu menegangkan penisku. Terasa
seperti bunyi kreek. Amy menjerit. Aku mengendorkan lagi. Dan istirahat
sebentar. Setelah dia mengusai dirinya dan tidak terlalu merasa sakit
aku mulai lagi dengan menegangkan penisku.
Rasanya sih ada kemajuan. Ketika kudorong sedikit kontolku bisa maju
sedikit. Aku terus menengangkan dan melemaskan sambil terus sedikit
mendorong sampai akhirnya terasa separuh penisku sudah terbenam di memek
Ami. Aku mencoba menarik dan mendorong penisku pelan-pelan. Ami
meringis, katanya agak perih. Aku minta dia menahannya sebentar, karena
lubang memeknya belum terbuka seluruhnya. Setelah gerakan maju mundur
berlangsung 10 kali, rasa sakit dan perih yang dirasakan Ami agak
berkurang. Aku mencoba lagi mendorong pelan-pelan lebih jauh. Penisku
bisa masuk terus pelan-pelan sampai akhirnya tenggelam seluruhnya.
Terasa liang vagina ami hangat dan ketat sekali. Aku mulai melakukan
gerakan bersetubuh secara normal namun dengan gerakan hati-hati. Ami
masih merasakan sakit, tetapi tidak terlalu mengganggu karena lubang
vaginanya sudah licin. Ketatnya cengkeraman memek Amy membuat aku tidak
mampu bertahan sehingga kusemprotkan sepermaku di dalam memeknya. “
Apaan kak kok anget-anget,” kata Ami.
“Spermaku keluar di dalam,” kataku
Ketika kucabut pelan-pelan setelah penisku agak mengendor, terlihat ada
sedikit darah. Di permukaan lubang memek Ami mengalir spermaku bercampur
juga dengan sedikti darah.
Aku segera melapisi bawah pantatnya dengan handuk kecil agar tidak
meleleh ke tempat tidurku. Lalu kulapkan lelehan mani dari memek Ami
sampai bersih. Dia kuminta istirahat dulu sebentar.
Ami tertidur sekitar 15 menit. Ketika bangun dia merasakan memeknya agak
perih. Aku agak khawatir juga apakah dia bisa jalan dengan memek yang
luka itu. Ketika dia jalan ke kamar mandi kelihatannya jalannya normal.
“ Gimana Mi rasanya,” tanya Leni penuh selidik.
“ Sakit sih tapi enak juga kok rasanya di dalam ngeganjal, coba deh lu pasti keenakan, “ kata Ami.
Leni kubopong lalu aku pangku . Aku mulai mencumbuinya dengan penuh
perasaan. Leni membalasnya dengan kepasrahan. Nafas Leni mulai memburu
ketika lehernya aku ciumi. Leni kubaringkan di sebelah Ami lalu kuciumi
kedua susunya yang kecil. Aku agak gemas juga melihat setumpuk daging
kecil di dada Leni, tetapi kalau aku remas terlalu kuat dia mengeluh
rasanya sakit.
Aku mempersiapkan diri untuk ronde kedua ku. Tugasku kali ini adalah
menjebol keperawanan Leni. Seluruh penisku aku lumuri body lotion,
demikian juga permukan memek Leni. Kakinya kukangkangkan dan kulipat
keatas. Lubang memeknya menganga berwarna merah. Terlihat sedikit celah
dan lipatan bibir dalam yang mencuat keluar di bagian atasnya. Sambil
bersimpuh kuarahkan kepala penisku ke lubang memek Leni secara
hati-hati. Setelah terasa pas aku dorong pelan-pelan agar melesat ke
dalam. Leni meringis sakit. Kepala kontolku berhasil dibenamkan.
Kucabut lagi sedikit lalu kudorong. Bagitu berulang kali sampai lubang
depan memeknya terasa melonggar. Aku menekan lagi perlahan-lahan sampai
akhirnya terhenti oleh rintangan selaput keperawanan Leni. Aku mengubah
posisiku menindih Leni dan badanku bertopang pada kedua siku. Aku
melakukan gerakan maju mundur sedikit demi sedikit, sampai rasanya agak
leluasa dan akhirnya terhenti di rintangan itu. Seperti teknik menjebol
keperawanan Ami, aku mengeraskan penisku sambil agak menekan. Leni
meringis lagi. Kukendorkan lalu kukencangkan sambil sedikit tekanan ke
dalam. Saat kutegangkan terasa kepala penisku menembus sesuatu.
Aku terus menekan pelan sambil terus menengangkan dan melemaskan.
Penisku yang menegang seolah-olah membuka jalan di dalam liang vagina
Leni. Aku merasa penisku maju sedikit demi sedikit ke dalam liangnya.
Leni kelihatannya tidak merasa sesakit Ami. Aku pun tidak merasa
menembus selaput. Perlahan-lahan dalam waktu cukup lama sekitar 10
menitan barulah akhirnya seluruh penisku terbenam. Ketika kutarik pelan
Leni meringis. Aku melakukan gerakan maju mundur dengan ritme yang pelan
sekali, sampaia terasa lubang vagina Leni terlumasi. Halangan terhadap
gerakanku relatif tidak terlalu sulit, sehingga aku mulai bisa
menggenjot dengan gerakan yang makin cepat. Leni masih meringis, ringis,
tetapi nafasnya terus memburu. Aku mencoba memcah kosentrasi Leni
terhadap rasa sakit di vaginanya dengan menciuminya secara ganas.
Karena pecah kosentrasinya Leni tidak merintih lagi dia malah memelukku erat sekali. Kadang-kadang pinggulnya bergoyang.
Mungkin karena ini ronde keduaku, maka orgasmeku terasa masih jauh. Aku
merubah posisi dengan bersimpuh lalu pelan-pelan kutarik badan Leni yang
kecil agar bangun merapat ke badanku. Setelah ia berada di posisi
pangkuanku aku memutar dan menrunkan kedua kakiku ke bawah tempat tidur.
Leni dalam posisi kupangku kuarahkan agar dia menggerakkan pinggulnya
maju mundur. Rasanya penisku seperti diremas-remas vagina Leni.
Kakinya kuminta melingkar ke badanku, dan pelan-pelan aku bangkit dan
posisi Leni seperti kugendong pinggulnya kupegangi dan kugerakkan maju
mundur. Sensasi luar biasa, tetapi terus terang rasanya tidak nyaman dan
lama-lama melelahkan juga. Aku kembali ke tempat tidur dan pelan=pelan
sambil menjaga agar kontolku tidak terlepas aku berbaring dan Leni
berada di atasku menindih. Dia kuajari melakukan gerakan naik turun.
Gerakan naik turunnya tidak terkontrol sehingga penisku lepas. Ketika
kusodokkan ke dalam memeknya relatif agak mudah masuk.
Untuk mengontrol gerakannya aku terpaksa menahan pantatnya agar tidak
menarik terlalu jauh Leni merasa lelah pada posisi itu. Kulepas kontolku
dari cengkeraman memek Leni. Dia kuatur pada posisi merangkak dan aku
menghunjam penisku dari arah belakang. Penisku agak mudah masuk dan aku
menggenjotnya . Kontras sekali besarnya kedua badan kami. Badanku yang
besar berhadapan dengan cewek imut yang masih kecil. Aku terus menyodok
memeknya sampai terasa agak lelah. Kami kembali keposisi misionaris dan
aku berkonsentrasi menyetubuhi Leni.
Orgasmeku mulai meremang dan aku menggenjot makin cepat, sampai akhirnya
muncrat juga spermaku ke dalam liang vagina Leni. Terasa sekali
lelahnya badanku sehingga aku melepas penisku dari memek Leni dan
langsung terkapar di tikar. Kulihat bekas sodokanku di memek Leni
meinggalkan celah lubang yang cukup besar. Air maniku meleleh dari celah
lubangnya berwarna agak kemerah-merahan. Spermaku bercampur dengan
darah keperawanan Leni.
“ Gimana Len, enak apa sakit,” tanya Ami.
“ Enak juga kok, mulanya sih agak sakit, tapi lama-lama gak gitu kerasa,” kata Leni.
Kami mengakhiri sesi itu denganmandi bersama. Setelah segar, kami
menonton TV dan tidak lama kemudian mereka pamit pulang. Aku
memperhatikan jalannnya kedua gadis kecil itu, apakah terlihat agak
aneh. Sebab kalau dia jalan sambil menahan rasa sakit, bisa bisa aku
didamprat orang tua mereka berdua.
Seminggu lebih mereka berdua tidak muncul. Aku tentu saja khawatir,
bahwa kedua orang tuanya tau bahwa anaknya dientot orang lalu dimarahi
dan dihukum tidak boleh keluar rumah. Aku merasa tidak tenang, sehingga
aku sering pulang ke gudang tuaku agak malam.
Namun dihari Minggu , pagi-pagi kedua anak itu sudah muncul dengan wajah
cerianya. Ketika kutanya kenapa sudahlama nggak muncul. Ternyata
jawaban mereka tidak seperti yang kukhawatirkan. Mereka malah minta
bermain lagi seharian minggu ini. Keduanya sudah membawa bungkusan
makanan untuk persediaan makan siang kami . Dengan demikian kami
seharian bisa melakukan sex party sampai sore.
Aku hari itu melakukan sex maraton sampai 5 kali ejakulasi. Leni dan Ami
pada persetubuhan kali ini mulai bisa mencapai orgasme. Mereka heboh
sekali jika mencapai orgsmenya karena menjerit-jerit. Untung aku
mengeraskan suara televisiku. Khawatir juga terdengar oleh anak-anak
yang main di bawah sana.
Aku seterusnya seperti budak sex mereka berdua sampai mereka lulus SMP.
Paling tidak seminggu dua kali mereka minta jatah. Ketika aku katakan,
mengapa tidak pacaran saja. Menurut mereka , teman cowoknya pada
culun-culun dan bego. Lagi pula mereka khawatir jika berhubungan badan
dengan teman cowonya nanti diceritakan ke temen-temennya. Mereka merasa
lebih safe melakukan denganku, karena kami bisa saling menjaga rahasia.