Google Translate

English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Selasa, 25 Februari 2014

Bibi Tiri Ku Cinta Ku..


Diawali dari jaman aku sma. Dulu waktu aku sma,
aku selalu pilih-pilih dalam mencintai wanita. Hal ini
yang jadi awal mula cerita seks yang akan aku
ceritakan disini. Itulah mungkin yang mengakibatkan
cerita seks sedarah ini terjadi. Aku tak pernah
mendekati seorang cewek pun di SMA. Padahal boleh dibilang aku ini bukan orang yang jelek-jelek amat. Cerita Sedarah Main Sex Dengan Bibi Tiri Para gadis sering histeris ketika melihat aku beraksi
dibidang olahraga, seperti basket, lari dan
sebagainya. Dan banyak surat cinta cewek yang
tidak kubalas. Sebab aku tidak suka mereka. Untuk
masalah pelajaran aku terbilang normal, tidak terlalu
pintar, tapi teman-teman memanggilku kutu buku, padahal masih banyak yang lebih pintar dari aku,
mungkin karena aku mahir dalam bidangolahraga
dan dalam pelajaran aku tidak terlalu bodoh saja
akhirnya aku dikatakan demikian. Ketika kelulusan, aku pun masuk kuliah di salah satu
perguruan tinggi di Malang. Di sini aku numpang di
rumah bibiku. Namanya Dewi. Aku biasanya
memanggilnya mbak Dewi, kebiasaan dari kecil
mungkin. Ia tinggal sendirian bersama kedua
anaknya, semenjak suaminya meninggal Ketika aku masih SMP ia mendirikan usaha sendiri di kota ini.
Yaitu berupa rumah makan yang lumayan laris,
dengan bekal itu ia bisa menghidupi kedua anaknya
yang masih duduk di SD. Ketika datang pertama kali di Malang, aku sudah
dijemput pakai mobilnya. Lumayanlah,perjalanan
dengan menggunakan kereta cukup melelahkan.
Pertamanya aku tak tahu kalau itu adalah mbak
Dewi. Sebab ia kelihatan muda. Aku baru sadar
ketika aku menelpon hp-nya dan dia mengangkatnya. Lalu kami bertegur sapa. Hari itu
juga jantungku berdebar. Usianya masih 32 tapi dia
sangat cantik. Rambutnya masih panjang terurai,
wajahnya sangat halus, ia masihseperti gadis. Dan di
dalam mobil itu aku benar-benar berdebar-debar. “Capek Dek Iwan?”, tanyanya.
“Iyalah mbak, di kereta duduk terus dari pagi”,
jawabku. “Tapi mbak Dewi masih cantik ya?”
Ia ketawa, “Ada-ada saja kamu”. Selama tinggal di rumahnya mbak Dewi. Aku sedikit
demi sedikit mencoba akrab dan mengenalnya.
Banyak sekali hal-hal yang bisa aku ketahui dari
mbak Dewi. Dari kesukaannya, dari pengalaman
hidupnya. Aku pun jadi dekat dengan anak-
anaknya.Aku sering mengajari mereka pelajaran sekolah. Tak terasa sudah satu semester lebih aku tinggal di
rumah ini. Dan mbak Dewi sepertinya adalah satu-
satunya wanita yang menggerakkan hatiku. Aku
benar-benar jatuh cinta padanya. Tapi aku tak yakin
apakah ia cinta juga kepadaku. Apalagi ia adalah
bibiku sendiri. Malam itu sepi dan hujan di luar sana. Mbak Dewi sedang nonton televisi. Aku lihat kedua
anaknya sudah tidur. Aku keluar dari kamar dan ke
ruang depan. Tampak mbak Dewi asyik menonton tv.
Saat itu sedang ada sinetron. “Nggak tidur Wan?”, tanyanya.
“Masih belum ngantuk mbak”, jawabku. Aku
duduk di sebelahnya. Entah kenapa lagi- lagi dadaku
berdebar kencang. Aku bersandar di sofa, aku tidak
melihat tv tapi melihat mbak Dewi. Ia tak
menyadarinya. Lama kami terdiam. “Kamu banyak diam ya”, katanya.
“Eh..oh, iya”, kataku kaget.
“Mau ngobrolin sesuatu?”, tanyanya.
“Ah, enggak, pingin nemeni mbak Dewi aja”,
jawabku.
“Ah kamu, ada-ada aja” “Serius mbak”
“Makasih” “Restorannya gimana mbak? Sukses?”
“Lumayanlah, sekarang bisa waralaba. Banyak
karyawannya, urusan kerjaan semuanya tak serahin
ke general managernya. Mbak sewaktu-waktu saja
ke sana”, katanya. “Gimana kuliahmu?” ”Ya,
begitulah mbak, lancar saja”, jawabku. Aku memberanikan diri memegang pundaknya untuk
memijat. “Saya pijetin ya mbak, sepertinya mbak
capek”. “Makasih, nggak usah ah”
“Nggak papa koq mbak, cuma dipijit aja, emangnya
mau yang lain?”Ia tersenyum, “Ya udah, pijitin
saja” Aku memijiti pundaknya, punggungnya,
dengan pijatan yang halus, sesekali aku meraba ke
bahunya. Ia memakai t-shirt ketat.Sehingga aku bisa melihat lekukan tubuh dan juga tali bh-nya. Dadanya
mbak Dewi besar juga. Tercium bau harum
parfumnya. “Kamu sudah punya pacar Wan?”, tanyambak
Dewi.
“Nggak punya mbak”
“Koq bisa nggak punya, emang nggak ada yang
tertarik ama kamu?”
“Saya aja yang nggak tertarik ama mereka” “Lha koq aneh? Denger dari mama kamu katanya
kamu itu sering dikirimi surat cinta”
“Iya, waktu SMA. Kalau sekarang aku menemukan
cinta tapi sulit mengatakannya”
“Masa’?” “Iya mbak, orangnya cantik, tapi sudah janda”,
aku mencoba memancing.
“Siapa?”
“Mbak Dewi”.
Ia ketawa, “Ada-ada saja kamu ini”.
“Aku serius mbak, nggak bohong, pernah mbak tahu aku bohong?”,Ia diam.
“Semenjak aku bertemu mbak Dewi, jantungku
berdetak kencang. Aku tak tahu apa itu. Sebab aku
tidak pernah jatuh cinta sebelumnya. Semenjak itu
pula aku menyimpan perasaanku, dan merasa
nyaman ketika berada di samping mbak Dewi. Aku tak tahu apakah itu cinta tapi, kian hari dadaku makin
sesak. Sesak hingga aku tak bisa berpikir lagi mbak,
rasanya sakit sekali ketika aku harus membohongi
diri kalau aku cinta ama mbak”, kataku. “Wan, aku ini bibimu”, katanya. “Aku tahu, tapi
perasaanku tak pernah berbohong mbak, aku mau
jujur kalau aku cinta ama mbak”, kataku sambil
memeluknya dari belakang. Lama kami terdiam.
Mungkin hubungan yang kami rasa sekarang mulai
canggung. Mbak Dewi mencoba melepaskan pelukanku. “Maaf wan, mbak perlu berpikir”, kata mbak Dewi
beranjak. Aku pun ditinggal sendirian diruangan itu,
tv masih menyala. Cukup lama aku ada di ruangan
tengah, hingga tengah malam kira-kira. Aku pun
mematikan tv dan menuju kamarku. Sayup-sayup
aku terdengarsuara isak tangis di kamar mbak Dewi. Aku pun mencoba menguping. “Apa yang harus
aku lakukan?….Apa…” Aku menunduk, mungkin mbak Dewi kaget setelah
pengakuanku tadi. Aku pun masuk kamarku dan
tertidur. Malam itu aku bermimpi basah dengan mbak
Dewi. Aku bermimpi bercinta dengannya, dan
paginya aku dapati celana dalamku basah. Wah,
mimpi yang indah. Paginya, mbak Dewi selesai menyiapkaan sarapan. Anak-anaknya sarapan. Aku
baru keluar dari kamar mandi. Melihat mereka dari
kejauhan. Mbak Dewi tampak mencoba untuk
menghindari pandanganku.Kami benar-benar
canggung pagi itu. Hari ini nggak ada kuliah. Aku bisa
habiskan waktu seharian di rumah. Setelah ganti baju aku keluar kamar. Tampak mbak Dewi melihat-lihat
isi kulkas. “Waduh, wan, bisa minta tolong bantu mbak?”,
tanyanya.
“Apa mbak?”
“Mbak mau belanja, bisa bantu mbak belanja?
Sepertinya isi kulkas udah mau habis”,katanya.
“OK” “Untuk yang tadi malam, tolong jangan diungkit-
ungkit lagi, aku maafin kamu tapi jangan dibicarakan
di depan anak-anak”, katanya. Aku mengangguk.
Kami naik mobil mengantarkan anak-anak mbak
Dewi sekolah. Lalu kami pergi belanja.Lumayan
banyak belanjaan kami. Dan aku menggandeng tangan mbak Dewi. Kami mirip sepasang suami istri,
mbak Dewi rasanya nggak menolak ketika
tangannya aku gandeng.Mungkin karena barang
bawaannya banyak. Di mobil pun kami diam. Setelah
belanja banyak itu kami tak mengucapkan sepatah
kata pun. Namun setiap kali aku bilang ke mbak Dewi bahwa perasaanku serius. Hari-hari berlalu. Aku terus bilang ke mbak Dewi
bahwa aku cinta dia. Dan hari ini adalah hari ulang
tahunnya. Aku membelikan sebuah gaun. Aku
memang menyembunyikannya. Gaun ini sangat
mahal,hampir dua bulan uang sakuku habis.
Terpaksa nanti aku minta ortu kalau lagi butuh buat kuliah. Saat itu anak-anak mbak Dewi sedang
sekolah. Mbak Dewi merenung di sofa.Aku lalu
datang kepadanya. Dan memberikan sebuah kotak
hadiah. “Apa ini?”, tanyanya.
“Kado, mbak Dewikan ulang tahun hari ini”, Ia
tertawa. Tampak senyumnya indah hari itu. Matanya
berkaca-kaca ia mencoba menahan air matanya. Ia
buka kadonya dan mengambil isinya. Aku
memberinya sebuah gaun berwarna hitam yang mewan. “Indah sekali, berapa harganya?”, tanyanya.
“Ah nggak usah dipikirkan mbak”, kataku sambil
tersenyum. “Ini kulakukan sebagai pembuktian
cintaku pada mbak”
“Sebentar ya”, katanya. Ia buru-buru masuk
kamar sambil membawa gaunnya.Tak perlu lama, ia sudah keluar dengan memakai baju itu. Ia benar-
benar cantik. “Bagaimana wan?”, tanyanya.
“Cantik mbak, Superb!!”, kataku sambil
mengacungkan jempol. Ia tiba-tiba berlari dan
memelukku. Erat sekali, sampai aku bisa merasakan
dadanya. “Terima kasih”
“Aku cinta kamu mbak”, kataku.
Mbak Dewi menatapku. “Aku tahu” Aku memajukan bibirku, dan dalam sekejap bibirku
sudah bersentuhan dengan bibirnya.Inilah first kiss
kita. Aku menciumi bibirnya,melumatnya, dan
menghisap ludahnya.Lidahku bermain di dalam
mulutnya, kami berpanggutan lama sekali. Mbak
Dewi mengangkat paha kirinya ke pinggangku, aku menahannya dengan tangan kananku. Ia jatuh ke
sofa, aku lalu mengikutinya. “Aku juga cinta kamu wan, dan aku bingung”,
katanya.
“Aku juga bingung mbak” Kami berciuman lagi. Mbak Dewi berusaha melepas
bajuku, dan tanpa sadar, aku sudah hanya bercelana
dalam saja. Penisku yang menegang menyembul
keluar dari CD. Aku membuka resleting bajunya,
kuturunkan gaunnya, saat itulah aku mendapati dua
buah bukit yang ranum. Dadanya benar-benar besar. Kuciumi putingnya, kulumat, kukunyah, kujilati. Aku
lalu menurunkan terushingga ke bawah. Ha? Nggak
ada CD? Jaditadi mbak Dewi ke kamar ganti baju
sambil melepas CD-nya. “Nggak perlu heran Wan, mbak juga ingin ini koq,
mungkin inilah saat yang tepat”, katanya.Aku lalu
benar-benar menciumi kewanitaannya. Kulumat,
kujilat, kuhisap.Aku baru pertama kali
melakukannya.Rasanya aneh, tapi aku suka. Aku
cinta mbak Dewi. Mbak Dewi meremas rambutku,menjambakku. Ia menggelinjang. Kuciumi
pahanya, betisnya, lalu ke jempol kakinya. Kuemut
jempol kakinya. Ia terangsang sekali. Jempol kaki
adalah bagian paling sensitif bagi wanita.
“Tidak wan, jangan….AAAHH”, mbak Dewi
memiawik. “Kenapa mbak?” kataku. Tangannya
mencengkram lenganku. Vaginanya basah sekali. Ia
memejamkan mata, tampak ia menikmatinya. “Aku
keluar wan”Ia bangkit lalu menurunkan CD-ku. Aku
duduk di sofa sambil memperhatikan apa yang
dilakukannya.”Gantian sekarang”, katanya sambil tersenyum. Ia memegang penisku, diremas-remas dan dipijat-
pijatnya. Oh…aku baru saja merasakan penisku
dipijat wanita. Tangan mbak Dewi yang lembut,
hangat lalu mengocok penisku. Penisku makin lama
makin panjang dan besar. Mbak Dewi menjulurkan
lidahnya. Dia jilati bagian pangkalnya, ujungnya, lalu ia masukkan ujung penisku ke dalam mulutnya. Ia
hisap, ia basahi dengan ludahnya. Ohh…sensasinya
luar biasa. “Kalau mau keluar, keluar aja nggak apa-apa
wan”, kata mbak Dewi.
“Nggak mbak, aku ingin keluar di situ aja?”,kataku
sambil memegang liang kewanitaannya.Ia mengerti,
lalu aku didorongnya. Aku berbaring, dan ia ada di
atasku. Pahanya membuka, dan ia arahkan penisku masuk ke liang itu. Agak seret, mungkin karena
memang ia tak pernah bercinta selain dengan
suaminya. Masuk, sedikit demi sedikit dan
bless….Masuk semuanya. Ia bertumpu dengan sofa,
lalu ia gerakkan atas bawah. “Ohh….wan…enak wan…”, katanya.
“Ohhh…mbak…Mbak Dewi…ahhh…”, kataku.
Dadanya naik turun. Montok sekali, aku pun
meremas-remas dadanya. Lama sekali ruangan ini
dipenuhi suara desahan kami dan suara dua daging
beradu. Plok…plok..plok..cplok..!! “Waan…mbak keluar lagi…AAAHHHH” Mbak Dewi ambruk di atasku. Dadanya menyentuh
dadanku, aku memeluknya erat.Vaginanya benar-
benar menjepitku kencang sekali. Perlu sedikit waktu
untuk ia bisa bangkit. Lalu ia berbaring di
sofa.”Masukin wan, puaskan dirimu, semprotkan
cairanmu ke dalam rahimku. Mbak rela punya anak darimu wan”, katanya. Aku tak menyia-nyiakannya. Aku pun
memasukkannya. Kudorong maju mundur,posisi
normal ini membuatku makin keenakan. Aku
menindih mbak Dewi, kupeluk dia, dan aku terus
menggoyang pinggulku.Rasanya udah sampai di
ujung. Aku mau meledak. AAHHHH…. “Oh wan…wan…mbak keluar lagi”, mbak Dewi
mencengkram punggungku. Dan aku menembakkan
spermaku ke rahimnya, banyak sekali, sperma
perjaka. Vaginanya mbak Dewi mencengkramku
erat sekali, aku keenakkan. Kami kelelahan dan
tertidur di atas sofa, Aku memeluk mbak Dewi.Siang hari aku terbangun oleh suara HP.Mbak Dewi masih
di pelukanku. Mbak Dewi dan aku terbangun. Kami
tertawa melihat kejadian lucu ini. Waktu jamnya
menjemput anak-anak mbak Dewi sepertinya. Mbak Dewi menyentuh penisku. “Ini luar biasa,
mbak Dewi sampe keluar berkali-kali,Wan, kamu
mau jadi suami mbak?” ”eh?”, aku
kaget.”Sebenarnya, aku dan ibumu itu bukan
saudara kandung. Tapi saudara tiri. Panjang
ceritanya. Kalau kamu mau, aku rela jadi istrimu, asal kau juga mencintai anak-anakku, dan menjadikan
mereka juga sebagai anakmu”, katanya.Aku lalu
memeluknya, “aku bersedia mbak”. Setelah itu entah berapa kali aku mengulanginya
dengan mbak Dewi, aku mulai mencoba berbagai
gaya. Mbak Dewi sedikit rakus setelah ia
menemukan partnersex baru. Ia suka sekali
mengoral punyaku,mungkin karena punyaku terlalu
tangguhuntuk liang kewanitaannya. hehehe…tapi itulah cintaku, aku cinta dia dan dia cinta kepadaku.
Kami akhirnya hidup bahagia, dan aku punya dua
anak darinya. Sampai kini punia masih seperti dulu,
tidak berubah, tetap cantik.