Google Translate

English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Jumat, 18 Januari 2013

Satu siang di toko buku

Suatu siang aku berada di satu toko buku besar. Toko itu baru selesai direnovasi. Pembagian antara seksi buku, stationary, edutainment dan alat olahraga sih jelas. Karena ini adalah toko buku maka seksi buku pastinya mendapat porsi yang paling besar, hampir separuh dari ruang yang sudah direnov itu diperuntukkan bagi seksi buku. Hanya penempatan buku di rak2 yang dulu teratur sekarang menjadi kacau, paling gak buat aku.

Aku nanya kepada pegawai toko buku itu, merekapun bingung dimana buku komik, misalnya diletakkan. Ya sudah aku browsing saja disemua jenis buku untuk familiarisasi lagi dimana buku tertentu diletakkan. Aku sedang membaca2 buku tentang bagaimana perempuan bisa mencapai klimax berkali2 dalam satu ronde. Seru juga buku itu karena detail menerangkan teknik2nya.

Tiba2 ada yang batuk2 disebelahku. Aku menoleh, ada seorang om2, nggak tua sih, aku menduga umurnya baru 30-40tahun, paling ringgi 40tahun. Dia tersenyum padaku, dan aku pun membalas senyumnya, gak masalah kan membalas senyum seseorang walaupun yang belum kita kenal. Dia bertanya, "Kok serius amat baca buku begituan". "Begituan gimana", jawabku. "Ya buku itu kan buat yang udah nikah, emangnya kamu dah nikah". "Ya belum sih, tapi buat pengetahuan kan gak ada salahnya kan". "Perkenalkan aku Roni, kamu?" katanya sambil mengulurkan tangannya. "Ines", jawabku sambil menyambut uluran tangannya. Dia menggenggam tanganku, jempolnya mengelus2 punggung tanganku yang digenggamnya, sepertinya ini bukan sekedar jabatan tangan deh. Aku gak masalah dengan kelakuannya, lelaki memang suka cari perhatian.

"Kamu seksi banget deh", dia mulai mengeluarkan jurus gombalnya. "Seksi, biasa aja tuh". Memang saat itu aku hanya mengenakan tanktop ketat sepinggang dan celana pendek yang juga ketat sehingga tonjolan2 menggairahkan yang ada di badanku menjadi terekspose semuanya. Toketku yang besar, pinggangku yang ramping dan pantatku yang membulat.

Kalo aku bergerak, tanktopku terangkat sehingga pinggang dan juga puserku jadi terbuka, ini tentunya menambah gairah lelaki yang ngeliat. Roni ganteng juga sih, perawakannya tegap atletis dengan dada yang bisang dan perut yang tidak membuncit seperti umumnya lelaki pada usia tersebut.

"Pak, eh om, Ines manggil apa neh". "Panggil om aja deh, kalo dipanggil pak rasanya formal dan jadi tua deh". "Ok deh, om sering olahraga ya, bodinya juga asik tuh". "Asik gimana". "Iya, atletis dan gak gendut. Ines gak suka ama lelaki yang gendut, gak bisa jaga penampilan. Mendingan yang gendut yang lainnya", aku sengaja mancing2 dia. "Yang lain yang mana?" "Yang suka diumpetin itu lo, kalo itu gendut kan enak", aku makin menjurus lagi. "Apanya yang diumpetin?". "Ah om pura2 gak tau neh. Om mo nyari buku juga toh". "Ah enggak, om dah tertarik ama kamu sejak ketemu kamu di atrium mal, makanya om buntutin kamu sampe kesini". "Berburu nih ye", godaku. "Kamu mo beli buku itu, ntar om beliin". "Boleh deh om".

"Dah makan belon". "Belon om, mo nraktir?". "Yuk kita makan aja, kamu mo makan apa?' "Kayanya Ines dah lama gak makan shabu2 deh om". "Hah kamu suka nyabu toh, he he", dia ketawa. Dia membayar buku yang tadi kubaca2, diberikannya kepadaku. Aku digandengnya menuju ke resto yang menyediakan makanan ala Jepang itu. Dia memilih tempat dipojok, "Biar ada privacynya", katanya. "Emangnya om mo ngomongin yang rahasia2 ya". "Enggak, cuma mo kenal kamu lebih dalem aja". Sambil makan kita ngobrol kesana kesini. "Tadi kamu ngomong yang gendut yang diumpetin, apaan seh, aku bener lo gak ngerti". "Gak ngerti atau pura2 gak ngerti". "Bener gak ngerti kok, apaan seh". "Kalo perut gendut mengganggu penampilan lelaki, om setuju kan". "Setuju banget, trus yang gendut yang diumpetin apa", penasaran sekali dia. "Kalo bawahnya perut yang gendut kan enak, kan tempatnya tersembunyi". "O, itu toh maksud kamu, emangnya kamu dah ngerasain enaknya yang dibawah perut lelaki ya. Sering ya Nes". "Sering sih enggak om", kataku terus terang. "Om punya gendut gak". "Susah neranginnya, mesti diliat langsung. Kamu mo liat?" "Ngapain juga Ines ngeliat punya om, ntar om kepingin lagi". "Sekarang ngeliat kamu seksi gini, aku dah napsu banget Nes", diapun mulai to the point ngomongnya. "Abis ini kamu mo kmana?" tanyanya setelah kita selesai makan.

Dia minta billnya. "Gak ada tujuan om, napa, om mo ngajak Ines kemana, mo nunjukin yang gendut yang laen ya om". "Iya, kamu mo liat kan. Aku sebenarnya dari Surabaya, aku miting disini, kemarin dah selesai mitingnya, makanya aku jalan2 aja di mal sebelum balik lagi ke Surabaya, kebetulan dekat dengan hotel dimana aku nginep. Kata bellboynya disini banyak abgnya. Gak taunya bener, ketemu kamu yang seksi gini". Dia membayar billnya dan kemudian mengajakku keluar resto.

Ketika melewati toko yang khusus jual lingerie, "Nes, daleman kamu seksi juga gak". "Napa om mo beliin Ines lingeri seksi, Ines gak nolak lo om". Aku langsung diajaknya masuk ke toko itu. "Beli yang tipis dan minim Nes", bisiknya. Sebetulnya dalemanku sudah berbentuk bikini tipis dan minim dan cuma ditaliin. Aku mencari daleman model bikini laennya. Dia malah bantu milihin, dan aku dibelikan 2 set. "Kamu gak beli pakean luar skalian Nes".

Mumpung ada yang nawarin ya knapa enggak kan. Segera kita menuju de dept store. Aku dibelikan jeans dan tanktop yang ketat, kegemaranku dan pastinya kegemaran lelaki yang suka menelanjangi aku, mula2 dengan matanya. Setelah itu dia mengajakku ke supermarket yang ada di mal tersebut. Dia membeli minuman kaleng, makanan kecil, coklat, permen, buah2an dan kue2. "Buat apa seh om, banyak banget belinya", tanyaku. "Buat di hotel, beli di hotel kan mahal". “Abis ini kita mau kemana om”, tanyaku, setelah selesai belanja dan berada digerbang mal. “Ke hotel tempat aku nginep ya”, jawabnya.

Dia manggil taksi menuju ke hotelnya, aku ditariknya masuk kedalam taksi tanpa menunggu persetujuanku mau atau enggak ikut ke hotelnya. Di dalam taksi, dia selalu mengelus2 pahaku yang tersingkap lebih dari separuh karena celana pendekku tertarik ke atas. Hal ini perlahan2 membuatku terangsang juga, toh om Roni ganteng juga dan tipe lelaki idealku. Apalagi dia dah ngebelanjain aku, jadi sekarang giliranku memenuhi hasratnya yang sudah ditunjukkan sejak tadi di toko buku. Saat itu sudah menjelang sore.

Di kamar, aku dirangkulnya. Sebuah ciuman mendarat dipipiku. Aku berdebaran. DIa menggandengku dan duduk di sofa empuk yang ada di kamar. Kamar hotelnya cukup besar, berisi satu tempat tidur besar dan seperangkat sofa, selain meja rias. Dia mengambil minuman kaleng yang dibelinya, dibukanya dan diberikan kepadaku. “Ayo minum, santai saja, mau mandi dulu enggak, kan tadi panas diluar”, katanya sambil menepuk2 pahaku. Sambil tersenyum-senyum dia berlalu ke kamar mandi. Gak lama kemudian, dia keluar dari kamar mandi hanya dengan bersarungkan handuk dipinggangnya.

“Gantian deh mandi biar segar”. Di kamar mandi, di bawah shower, aku mengelus2 toketku dengan busa sabun, demikian pula dengan jembut dan no nokku, sehingga napsuku menjadi berkobar2. Selesai mandi aku memakai dalemanku yang seksi yang tadi dibeliin,bra dan CD mini yang tipis model bikini, sehingga bra hanya ditalikan di belakang leher dan punggungku, sedang CD mininya ditalikan di kiri dan kanannya. Karena branya tipis, otomatis pentilku yang sudah mengeras menonjol sekali, demikian juga jembutku yang lebat sangat berbayang dengan CD tipis itu. Karena bentuknya yang mini, jembutku menyembul di bagian atas, kiri dan kanan CD ku.

Dia yang sedang duduk di sofa membelalakkan matanya ketika melihat aku keluar dari kamar mandi hanya berbalut bikini tipis dan seksi itu. “Lama sekali sih mandinya, pasti deh ngelus2 diri sendiri, ya. Kamu cantik sekali Nes, seksi sekali” katanya.

Aku duduk disebelahnya dan menjawab “Habis om sih mandinya gak ngajak2, sehingga terpaksa Ines ngelus2 sendiri. om suka kan ngeliat Ines pakai bikini seperti ini”. “Suka banget, kamu napsuin deh Nes”. “Udah ngaceng dong om”. Aku yakin melihat pemandangan yang menggairahkan ini pasti mengungkit nafsu nya. kon tolnya terlihat mulai bergerak-gerak dibalik handuk yang disarungkan dipinggangnya. ”Ines tahu, pasti om suka, tak usah khawatir, malem ini Ines sepenuhnya milik om.”

Ia lalu mencium pipiku. Nafasnya menderu-deru. Dalam hitungan detik mulut kami sudah lekat berpagutan. Aku direngkuh dengan ketat ke dalam pelukannya. Tangannya mulai bergerilya meremas2
toketku. Pentilku yang sudah mengeras dipelintir2 nya dari balik bra tipisku. Ini membuat rangsangan yang lebih hebat lagi buat aku. Aku menggeliat-geliat sambil mulutku terus menyambut permainan bibir dan lidahnya. Lidahnya menerobos mulutku dan bergulat dengan lidahku.

Tanganku pun aktif menerobos handuk yang dikenakannya dan me remas2 kon tolnya yang sudah mulai ngaceng itu. Membalas gerakanku itu, tangan kanannya mulai merayapi pahaku yang mulus. Dia menikmati kehalusan kulitku itu. Semakin mendekati pangkal pahaku, aku membuka pahaku lebih lebar, biar tangannya lebih leluasa bergerak.

Peralahan-lahan tangannya menyentuh gundukan no nokku yang masih tertutup CD bikini tipis. Jarinya menelikung ke balik CDku dan menyentuh bibir no nokku dan menggosok2 it ilku. Aku mengaduh tetapi segera dibungkam oleh permainan lidahnya. Badanku mulai
menggeletar menahan nafsu yang semakin meningkat.

Tanganku terus menggenggam kon tol yang besar dan panjang itu. kon tol segede inilah yang membuat aku menjadi ketagihan. “om, besar banget sih kon tolnya, dipakai in obat apa sih sampai besar begini”, kataku sambil mengocok lembut kon tolnya. “Kamu sukakan sama kon tolku, katanya suka ama yang gendut yang diumpetin”, bukan menjawab dia malah balik bertanya. “Suka banget om, kalau sudah masuk semua rasanya no nok Ines sesak deh kemasukan kon tol om, apalagi kalau udah om enjot, gesekan kon tol om ke no nok Ines terasa banget. Ines udah gak sabar nih om, udah pengen ngerasain kon tol om nggesek no nok Ines”, jawabku penuh napsu.

Kocokan lembut jari-jariku itu membuat kon tolnya semakin ngaceng mengeras. Dia mengerang-ngerang nikmat. Ia mulai menjilati dagu dan leherku dan sejalan dengan itu bibir mungilku tu menyentuh pentil nya. Lidahku bergerak lincah menjilatinya. Dia merasakan kenikmatan yang luar biasa. Tanganku makin cepat mengocok kon tolnya yang semakin berdenyut-denyut ngaceng.
“Ayo ke ranjang”, bisiknya, “Kita tuntaskan permainan kita.”

Aku bangkit berdiri, Dia memelukku. Diangkatnya tubuhku dan lidahnya yang terus menerabas leherku membuat nafasku terengah-engah nikmat. Toketku lembut menempel lekat di dadanya. Aku direbahkan di tempat tidur yang lebar dan empuk, Dia menarik pengikat bra dan CD ku. Aku biarkan dia melakukan semuanya sambil ber desah2 menahan napsuku yang makin menggila. Setelah tak ada selembar benangpun yang menempel di tubuhku, ia mundur dan memandangi tubuhku yang telentang bertelanjang bulat, bersih dan wangi sabun karena habis mandi. Ia memandangi rambutku yang kepirangan tergerai sampai kepundak, toketku yang padat dengan pentil yang sudah mengeras, perutku yang rata dengan lekukan pusernya, pahaku yang mulus dengan pinggul yang bundar digantungi oleh dua bongkah pantat yang bulat padat dan di sela paha itu terlihat gundukan hitam lebat jembutku. “Ngapain om hanya dilihatin saja,” protesku. “Aku kagum akan keindahan tubuhmu Nes”, jawabnya.

“Semuanya ini milik om malem ini”, kataku sambil merentangkan tanganku. Dia mendekatiku dan duduk dipinggir tempat tidur. Aku dipeluknya dengan erat. “om, Ines mau menjilati om, gantian ya”, kataku. Dia berbaring, kemudian mulutku mulai menjelajahi seluruh dada termasuk pentilnya dan perutnya, terus menurun ke bawah mendekati pusar dan pangkal pahanya. Dengan lincah aku lepaskan belitan handuk dipinggangnya. kon tolnya yang sudah tegang itu mencuat keluar dan berdiri tegak. Dengan mulut kutangkap kepala kon tolnya itu. Lidahku dengan lincah memutar-mutar kon tolnya dalam mulutku. Dia mengerang-ngerang nikmat menahan semua sensasi itu. Puas mempermainkan kon tolnya aku merebahkan diri di sampingnya. Dia mulai beraksi.

Disergapnya toket kananku sembari tangan kanannya meremas-remas toket kiriku. Bibirnya mengulum pentil toketku yang mengeras itu. Toketku juga mengeras diiringi deburan jantungku. Puas toket kanan mulutnya beralih ke toket kiri. Lalu perlahan tetapi pasti dia turun ke perutku. Aku menggelinjang-linjang menahan desakan birahi yang semakin menggila. Dia menjilati perutku yang rata dan dijulurkannya lidahnya ke dalam pusarku. “Auu..” aku mengerang, “Oh.. Oh..Oh..” jeritku semakin keras.

Mulutnya semakin mendekati pangkal pahaku. Perlahan-lahan pahaku membuka dengan sendirinya, menampakkan no nokku yang telah merekah dan basah. Jembut yang hitam lebat melingkupi no nok yang kemerah-merahan itu. Dia mendekatkan mulutnya ke no nokku dan dengan perlahan lidahnya menyuruk ke dalam no nokku yang telah basah membanjir itu.

Aku menjerit dan spontan duduk sambil menekan kepalanya sehingga lidahnya lebih dalam terbenam. Tubuhku menggeliat-geliat seperti cacing kepanasan. Pantatku menggeletar hebat sedang pahaku semakin lebar membuka. “Aaa.. Auu.. Ooo..”, jeritku keras. Dia terus mempermainkan it ilku dengan lidahnya. Aku menghentakkan pantatku ke atas dan memegang kepalanya erat-erat. Aku melolong keras.

Pada saat itu kurasakan banjir cairan no nok ku. Aku sudah nyampe yang pertama. Dia berhenti sejenak membiarkan aku menikmatinya. Sesudah itu mulailah dia menjelajahi kembali bagian tersensitif dari tubuhku. Kembali erangan suaraku terdengar tanda napsuku mulai menaik lagi. Tanganku menjulur mencari-cari batang kon tolnya. kon tolnya telah ngaceng sekeras beton. Aku meremasnya. Dia menjerit kecil, karena nafsunya pun sudah diubun-ubun butuh penyelesaian. Aku didorongnya sehingga rebah ke kasur empuk.

Perlahan-lahan dia naik ke atasku. Aku membuka pahaku lebar-lebar siap menerima masuknya kon tolnya. Kepalaku bergerak-gerak, mulutku terus menggumam. Mataku terpejam menunggu. Dia menurunkan pantatnya. kon tolnya berkilat-kilat dengan kepalanya yang memerah siap menjalankan tugasnya. Dia mengusap-usapkan kon tolnya di bibir no nokku. Aku semakin menggelinjang. “Cepat om. Ines sudah nggak tahan!” jeritku. Dia menurunkan pantatnya perlahan-lahan. Dan.. BLESS! kon tolnya menerobos no nokku diiringi jeritanku. Aku tidak perduli apakah tamu disebelah kamar mendengar jeritanku atau tidak.

Dia berhenti sebentar membiarkan aku menikmatinya. Lalu ditekannya lagi dengan keras sehingga kon tolnya yang panjang dan besar itu menerobos ke dalam dan terbenam sepenuhnya dalam liang no nokku. Aku menghentak-hentakkan pantatku ke atas agar kon tolnya masuk lebih dalam lagi. Aku terdiam sejenak merasakan sensasi yang luar biasa ini. Lalu perlahan-lahan dia mulai mengenjotkan kon tolnya. Pantatku kuputar-putar untuk memperbesar rasa nikmat.

Toketku tergoncang-goncang seirama dengan genjotannya di nonokku. Mataku terpejam dan bibirku terbuka, berdesis-desis menahankan rasa nikmat. Desisan itu berubah menjadi erangan dan kemudian akhirnya menjadi jeritan. Dia membungkam jeritanku dengan mulutnya. Lidahku bertemu lidahnya. Sementara di bawah sana kon tolnya leluasa bertarung dengan no nokku. “OH..”, erangku, “Lebih keras om, lebih keras lagi.. Lebih keras.. Oooaah!” Tanganku melingkar merangkulnya ketat. Kuku-kukuku membenam di punggungnya. Pahaku semakin lebar mengangkang. Terdengar bunyi kecipak lendir no nokku seirama dengan enjotan kon tolnya.

”Aku mau ngecret, Nes”, bisiknya di sela-sela nafasku memburu. “Ines juga om”, sahutku, “Di dalam aja om ngecretnya. Ines ingin om ngecret di dalam.” Dia mempercepat enjotan kon tolnya. Keringatnya mengalir dan menyatu dengan keringatku. Bibirnya ditekan ke bibirku. Kedua tangannya mencengkam kedua toketku. Diiringi geraman keras dia menghentakkan pantatnya dan kon tolnya terbenam sedalam-dalamnya.

Pejunya memancar deras. Aku pun melolong panjang dan menghentakkan pantatku ke atas menerima kon tolnya sedalam-dalamnya. Kedua pahaku naik dan membelit pantatnya. Aku
pun mencapai puncaknya. kon tolnya berdenyut-denyut memuntahkan pejunya ke dalam no nokku. Sekitar sepuluh menit kami diam membatu mereguk semua detik kenikmatan itu.

Lalu perlahan- lahan dia mengangkat tubuhnya. Dia memandangi wajahku yang berbinar karena napsu yang telah terpuaskan. Ia tersenyum dan membelai wajahku. “om hebat sekali”, kataku. “Kamu juga luar biasa Nes”, sahutnya, “Aku sungguh puas karena kamu gak kalah ama perempuan Madura sekalipun. Empotanmu kerasa banget deh. Kamu tidak menyesal kan ngen tot denganku?” “Tidak”, kataku, “Ines malah pengen dipuasin lagi.” “Jangan kawatir, stok pejuku masih banyak” jawabnya. Dia mencabut kon tolnya dan rebah di sampingku.

Kami beralih ke kamar mandi. Dia memandikanku di shower. Kedua tangannya menyabuniku seluruh tubuhku, toket, puser, jembut dan no nokku menjadi sasaran elusan tangannya yang dipenuhi busa sabun. Gesekan, rabaan dan remasan tangannya akhirnya merangsang napsuku kembali. Aku heran juga, mengapa napsuku cepat sekali naik, padahal dia baru selesai mengen toti ku. “om, Ines sudah napsu lagi, pengen ngerasain kon tol om keluar masuk di no nok Ines lagi”, kataku sambil meremas2 kon tolnya yang juga mulai mengeras. “Iya Nes, sambil ngeremas2 toketmu, aku juga napsu, main lagi yuk, tapi di kamar mandi ya”., jawabnya.

Luar biasa staminanya, dalam waktu singkat kon tolnya sudah ngaceng lagi, keras sekali kon tolnya ketika ku kocok2. Dia duduk di atas closet dengan kontolnya yang sudah ngaceng mengacung tegak ke atas. Aku mengangkangkan pahaku dan mendekatinya dari depan, siap-siap untuk dien tot. Aku sudah duduk merapat di pahanya. kon tolnya yang sudah ngaceng tanpa halangan langsung menerobos no nok ku, bersarang sedalam-dalamnya.

Aku disuruhnya segera menggoyang pantatku. Terasa nikmat sekali. Kedua toketku diremas2nya dengan penuh. Dia juga mengenjotkan kon tolnya kedepan kebelakang, walaupun dalam gerakan yang terbatas, tapi ini membuat aku mengerang keras dan sudah
terasa mau nyampe lagi. Hebat benar dia merangsang napsuku, baru sebentar goyang sudah mau nyampe saking nikmatnya.

Aku menjadi semakin liar dalam menggoyang pantatku. Aku sudah makin terangsang sehingga akhirnya badanku mengejang-ngejang diiringi erangan kenikmatan. “Auu.. om!” jerit ku. Untuk beberapa saat kami terdiam. Ia memelukku erat-erat. “Nes, aku belum ngecret kok kamu udah nyampe”, katanya. “Habis, nikmat banget sih rasanya kon tol om nyodok2 no nok Ines”, jawabku terengah. “Kita terusin ya Nes”, aku hanya mengangguk lemas.

Dia mengajakku berdiri dan menyuruhku membungkuk di wastafel dan membuka pahaku lebar2. Dia mendekat dari belakang. Tangannya menyapu lembut pantatku yang mulus tapi padat. Aku menggigit bibirku dan menahan napas, tak sabar menanti masuknya kon tolnya yang masih keras. Tangannya melingkari kedua pahaku lalu diarahkannya kon tolnya ke no nok ku. Perlahan-lahan kepala kon tolnya yang melebar dan berwarna merah mengkilap itu menerobos nonokku. Aku mendongak dan mendesis kenikmatan. Sejenak dia berhenti dan membiarkan aku menikmatinya, lalu mendadak dihentakkan pantatnya keras ke depan.

Sehingga terbenamlah seluruh kon tol nya di no nokku. “Aacchh..!!”, aku mengerang keras. Rambutku dijambaknya sehingga wajahku mendongak ke atas. Sambil terus menggenjot no nok ku, tangannya meremas2 kedua toketku yang berguncang2 karena enjotannya yang keras, seirama dengan keluar masuknya kon tolnya di no nokku. Terdengar bunyi kecipak cairan no nokku, aku pun terus mendesah dan melenguh. Mendengar itu semua, dia semakin bernafsu. Enjotan kon tolnya dipercepat, sehingga erangan dan lenguhan ku makin menjadi2. “Oohh..! Lebih keras om. Ayo, cepat. Cepat. Lebih keras lagii!” Keringatnya deras menetesi punggung dan dadaku. Wajahku pun telah basah oleh keringat. Rambut ku semakin keras disentak. Kepalaku semakin mendongak.

Dan akhirnya dengan satu sentakan keras, dia membenamkan kon tolnya sedalam-dalamnya. Aku menjerit karena kembali nyampe untuk yang kedua kalinya. Kedua tangannya terus meremas2 toketku dengan penuh nafsu. Ia pun makin keras menghentakkan kon tolnya keluar masuk no nokku sampai akhirnya pejunya menyemprot dengan derasnya di dalam no nokku. Rasanya tak
ada habis-habisnya. Dengan lemas aku rebah di wastafel dan dia menelungkup di atas punggungku. Beberapa saat kami diam di tempat dengan kon tolnya yang masih menancap di no nokku.

Kemudian dia membimbingku ke shower, menyalakan air hangat dan kami berpelukan mesra dibawah kucuran air hangat. Akhirnya terasa juga perut lapar yang sudah minta diisi. Kembali lagi enersiku terkuras ngelayani si om. Dia keluar lebih dulu, terdengar dia menelpon room service untuk memesan makan malem dan minumannya.

Kemudian dia kembali ke kamar mandi dan memelukku yang masih berada dibawah shower air hangat. “Nes, nikmat sekali ngen tot dengan kamu, kamu dah pengalaman banget ya ngeladenin lelaki”, katanya. “Biasa aja om, Ines juga nikmat sekali, masih ada ronde ketiga kan om?” harapku. “Pasti dong”, jawabnya sambil tersenyum. Terdengar bel pintu, dia menyarungkan handuk di pinggangnya dan keluar kamar mandi, ternyata room service.

Setelah itu dia kembali ke kamar mandi, shower dimatikan dan badanku dikeringkannya dengan handuk. “Nes, kamu pake daleman yang satunya ya?” “Iya om”, jawabku. Aku pun keluar dari kamar mandi bersama dengan dia, terbungkus handuk. Aku mengambil dalemanku yang kedua dan kembali ke kamar mandi. Kali ini aku memakai bra tipis model bertali dan g string mini yang juga bertali, keduanya tipis sehingga sangat terbayang bagian2 tubuhku yang ditutupinya. Karena g string ku lebih minim daripada CD sebelumnya, praktis jembutku yang lebat itu berhamburan ke mana2.

Aku keluar dari kamar mandi dan duduk di sofa disebelah nya. Dari jendela kamar terlihat lampu2 sudah menyala karena memang tidak terasa sudah gelap di luar sana. Matanya ber binar2 memandangi aku dengan CD yang lebih minim lagi. Kelihatan sekali dia berusaha menahan napsunya karena perut sudah keroncongan. Kami makan malam sambil berpelukan. Nyaman rasanya dalam keadaan yang hampir telanjang dipeluk olehnya. Aku menyandar di dadanya yang bidang. “om, Ines bahagia sekali dengan om, mau rasanya Ines jadi istrinya om, supaya bisa ngerasaain dien tot sampai lemas”, sambil mengelus2 pentil nya. Dia mengangkat daguku dan mencium bibirku dengan mesra sekali.

Selesai makan, kembali kamu berpelukan di tempat tidur walaupun seprei sudah kucel akibat pertempuran seru tadi siang, toh sebentar lagi kami akan membuat seprei itu lebih kucel lagi. Dia merangkulku dan mencium bibirku. Tangannya mulai mengelus toketku yang montok, desah nafas nikmat terdengar dari mulutku. Aku pun tidak tinggal diam, tanganku menerobos handuk dan menggenggam kon tolnya yang sudah ngaceng sekeras tank baja. “Besar banget kon tolnya om”, kataku. “Memangnya kamu enggak pernah ngelihat kon tol segede ini”, katanya sambil meringis2 kenikmatan karena aku mulai meremas2 kon tolnya. “Ngelihat yang gede sih sering oom, tapi yang segede dan segemuk ini sih Ines belum pernah lihat. no nok Ines sudah empot2an om, udah pengen dienjot”, kataku yang juga sudah mulai napsu.

Dia makin getol meremas2 toketku dari luar braku. Kayanya dia mau aku yang aktif lebih dahulu. aku segera melepas lilitan handuk dia sehingga kon tolnya yang besar panjang itu langsung tegak menantang. Mulut ku langsung menyergapnya, kon tolnya yang sudah tegang itu langsung kuemut. Cukup lama aku mengemut kon tolnya, sampai akhirnya dia sudah tidak dapat menahan napsunya lagi.

Segera bra dan cdku dilepas, sehingga aku sudah bertelanjang bulat. Dia menarik aku ke tempat tidur, kakinya diangkat dan digesek-gesekkan diatas paha ku, sementara tangannya kembali meremas toket ku yang pentilnya sudah menonjol keras. Perlahan dia turun menciumi leher ku dan memutar-mutarkan lidahnya di pentil toketku, sementara tangannya menjelajah ke pangkal paha ku, menyibak jembutku yang hitam lebat.

Dia mengusap bibir no nok ku sehingga aku menggelinjangkan pinggulku. Aku memejamkan mata menikmati sentuhan dan rangsangannya sambil meremas2 perlahan kon tolnya. Dia memainkan ujung jarinya menyapu bibir no nok ku yang sudah membasah. Pentil ku terus dijilatinya bersamaan dengan menggosok perlahan perlahan it il ku dengan ujung jari telunjuknya. Serta merta aku menggoyangkan pantat dan pinggul, menggeleparkan dan membuka lebar paha dan membusungkan dada, sementara tanganku menggenggam erat kon tolnya yang mengeras dan berdenyut-denyut. “Uuff oom, diapakan tubuhku ini,” aku mengerang menahan kenikmatan. Tubuhku menggelinjang keras sekali, paha ku bergetar hebat dan kadang menjepit tangannya dengan erat saat jarinya masih menyentuh it il ku. kon tolnya terus kucengkeram dengan keras.

ia juga terus meremas perlahan toket ku yang tambah mengeras dan membusung itu dengan tangan kirinya, sementara tangan kanannya terjepit diantara kedua paha ku. aku terus meremas kon tolnya, tangan satunya memeluknya erat , sementara paha dan kakiku menggelepar keras sekali hingga sprei putih itu berserakan tak karuan, aku sudah nyampe sebelum dien tot. Memang dia luar biasa kalau merangsang cewek. anpa berhenti it il ku terus dimainkan pelan. Pentil ku terlihat menonjol keras kecoklatan, aku sudah terangsang kembali.

Paha kubuka lebar-lebar. no nokku basah, demikian pula jembut hitam lebat di seputarnya. Dia segera menaiki aku, kon tolnya yang sudah menegang diarahkan ke no nok ku. Ujung kon tolnya menguak perlahan-lahan bibir no nok ku. aku mendesah nikmat ketika dia perlahan-lahan menyuruk masuk. kon tol yang besar itu menerobos no nok ku yang telah basah berlendir. Ketika separuh kon tolnya telah menerobos no nok ku, dia berhenti sejenak dan membiarkan aku menikmatinya.

Tanganku meremas-remas kain seprei. Dari mulutku keluar desah-desah nikmat.Mendadak dia menyodokkan kon tolnya dengan keras ke arah ku. kon tolnya yang besar dan panjang itu langsung menerobos no nok ku sehingga tertanam sepenuhnya. aku tersentak dan membelalakkan mata sambil mengerang hebat. “Aaoohh oom”, erang ku penuh kenikmatan.

aku menhentak2kan pantatku ke atas untuk menerima kon tolnya sepenuhnya. Pahaku yang membelit pinggangnya. Setelah berhenti sejenak dan memberi kesempatan kepada ku untuk menikmati sensasi ini, dia mulai bergerak. kon tolnya dienjotkan maju mundur. Mula-mula perlahan-lahan, lalu bergerak makin cepat. Tubuh ku bergetar-getar seirama dengan enjotan kon tolnya. Mulut ku terbuka dan mendesis-desis.

Dia segera melumat bibir ku dan aku membalasnya. Tubuhnya mulai berkeringat, menetes dan menyatu dengan keringat ku. aku membuka paha lebar-lebar sehingga dia dapat leluasa menggenjot no nok ku. Terdengar kecipak bunyi cairan no nok ku karena sodokan kon tolnya. “Ines mau nyampe om” erang ku. “Ayo, om.. Lebih keras! Auu!!” Dia mempercepat gerakannya dan dalam hitungan dua menit, aku menjerit sekeras-kerasnya sambil menghentak-hentakkan pantatku ke atas. Tubuhku menggeletar karena rasa nikmat yang luar biasa. Pahaku ketat membelit pinggangnya dan tanganku memeluknya dengan erat. Desah puas terdengar dari mulutku.

Langsung dia menyuruh aku menungging, dia rupanya ingin melakukan lagi doggie style seperti yang dilakukannya di kamar mandi beberapa saat yang lalu. Langsung saja diarahkannya kon tolnya ke arah no nok ku. Jembutku yang hitam lebat itu disibaknya tampaklah bibir no nokku yang berwarna merah muda dan basah berlendir. Aku menurunkan kepalaku hingga bertumpu ke bantal. Pantat kuangkat. Aku meremas ujung-ujung bantal dengan nafasnya berdesah tak teratur. Bulu-bulu halus tubuhku meremang, menantikan saat-saat sensasional ketika kon tolnya akan menerobos no nokku. Dia makin merapat. Dia mengelus-elus kedua belahan pantatku.

Perlahan-lahan dia mempermainkan jembut lebat disekitar no nokku yang sudah basah itu dan kemudian menggesek it ilku. Pantatku bergetar menahan rangsangan tangannya. Dia mengarahkan kon tolnya yang masih sangat keras itu ke arah no nok ku. Diselipkannya
kepala kon tolnya di antara bibir no nokku. Aku mendesah.

Kemudian perlahan tapi pasti dia mendorong kon tolnya ke depan. kon tolnya menerobos no nok ku. Aku menjerit kecil sambil mendongakkan kepalaku ke atas. Ketika aku tengah mengerang-erang dan menggelinjang-gelinjang, mendadak dia menyodokkan kon tolnya ke depan dengan cepat dan keras sehingga kon tolnya meluncur ke dalam no nokku. Aku tersentak dan menjerit keras. “Aduh om, enak!” jerit ku. Dia mempercepat enjotan kon tolnya
di no nokku. Semakin keras dan cepat enjotannya, semakin keras erangan dan jeritanku. “Aa..h.!” jerit ku nyampe. Aku terkapar di tempat tidur telungkup, sementara dia belum juga ngecret.

Kemudian aku ditelentangkan dan dia menaiki tubuhku, pahanya menempel erat dipahaku yang mengangkang. Kepala kon tolnya ditempelkan Ke it ilku. Sambil menciumi leher, pundak dan belakang telingaku, kepala kon tolnya bergerak-gerak mengelilingi bibir no
nokku yang sudah basah. Aku merem melek menikmati kon tolnya di bibir no nokku, akhirnya diselipkannya kon tolnya. “Aah”‘ jeritku keenakan. Aku merasa kenikmatan yang luar biasa dan sedikit demi sedikit dimasukkannya kon tolnya. Aku menggoyangkan pantatku sehingga kon tolnya hampir seluruhnya masuk. “om enjot dong kon tolnya, rasanya nikmat sekali”.

Perlahan dia mulai mengenjot kon tolnya keluar masuk no nokku. Aku menarik2 sprei tempat tidur saking enaknya, sementara paha ku kangkangin lebar-lebar, hingga akhirnya kakiku melingkar di pantatnya supaya kon tolnya masuk sedalam-dalam ke no nokku. Aku berteriak-teriak dan merapatkan jepitan kakiku di pantatnya, sambil menarik kuat-kuat sprei tempat tidur.

Dia membenamkan kon tolnya seluruhnya di dalam no nokku. “om, aku nyampe lagi.. Ahh.. Ahh.. Ahh,” jeritku. Beberapa saat kemudian, dia membuka sedikit jepitan kaki ku dipantatnya, paha ku dibukanya lebar2 dan akhirnya dengan cepat di enjotnya kon tolnya
keluar masuk no nokku. Nikmat sekali rasanya. setelah delapan sampai sembilan enjotan kon tolnya di no nokku dan akhirnya kurasakan ada sesuatu yang meledak dari dalam kon tolnya. Croot.. Croot.. Croot.. Croot.. “Nes, aku keluar”, erangnya.

Pejunya muncrat banyak sekali memenuhi no nokku. Tanganku mencekal pahaku dan menarik erat-erat ke arah kon tolnya, sehingga kon tolnya terbenam makin dalamnya di no nok ku. Aku bersimbah keringat, keringatnya yang bercampur dengan keringatku sendiri. Aku mencengkam seprei kuat-kuat, menahan rasa nikmat yang melanda sekujur tubuhnya. Dia membiarkan kon tolnya tetap menancap di no nokku dan mendaratkan bibirnya di bibirku. Kami berpagutan erat. “Oh! nikmatnya!” kataku. “om luar biasa ya, udah ronde ketiga, bisa bikin Ines 2 kali nyampe, dan ngecretnya tetap banyak”. Dia mencabut kon tolnya dari no nokku. Pejunya bercampur cairan no nok ku, menetes membasahi pahaku. Kami rebah di tempat tidur. Aku mencium pipinya, kami hanya
berbaring diam merasakan kenikmatan yang masih membekas. Akhirnya aku terlelap karena kelelahan
.
Ketika terbangun matahari dan mencorong masuk ke kemar, karena korden jendelanya dah dia buka. Kulihat dia sudah rapi, di call room service untuk pesan makan pagi. aku bergegas menuju ke kamar mandi untuk membersihkan sisa2 pertempuran dahsyat semalem. aku keluar mengenakan pakean yang dia belikan semalem. "kamu cantik Nes, sexy banget lagi". Ketika dia akan memelukku, ting tong, bel berbunyi (saved by the bell kata grup bgs arawahum). Sarapan dianter. Kami segera menyantap makanan pagi itu.

Selesai makan dia merangkul bahuku dan mencium pipiku. “Terima kasih Nes, terima kasih buat malam yang sangat nikmat. Laen kali kalo aku ke Jakarta kita maen lagi ya. Atau kalo kamu ke Surabaya call aku aja, kita bisa mengulangi malam yang nikmat ini. “Harusnya Ines yang berterima kasih ke om, karena om sudah memberikan kenikmatan yang sangat buat Ines, dan beliin Ines macem2 lagi". Pertemuan usai karena dia sudah harus ke airport untuk terbang kemabli ke Surabaya. Berawal di tokobuku dan berakhir terkapar diranjang, lemes tapi nikmaaat banget banget.