Google Translate

English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Rabu, 16 Januari 2013

xxx


Sore itu Sakura kembali pulang ke rumahnya setelah selesai menjalani rutinitasnya berlatih menjadi ninja pengobatan dengan Tsunade di lab Konoha. Ia berjalan dengan wajah tampak lesu tak bergairah. Yaah, akhir-akhir ini memang banyak sekali hal-hal yang membuatnya lelah, apalagi kedua orang tuanya hari ini sedang pergi keluar kota untuk beberapa hari, membuatnya merasa bosan karena harus di rumah tanpa ada seseorang untuk diajak ngobrol. Di tengah perjalanan, mata hijaunya tiba-tiba menangkap seseorang yang telah lama ia kenal tak jauh dari tempatnya. Gadis itu adalah Hyuga Hinata, sahabat Sakura sejak di akademi ninja selain Ino dan juga Tenten.

"Hei, Hinata!" Sakura berteriak memanggilnya.

"Eh, Sakura-chan." Hinata yang sedang berjalan sambil melamun tersentak kaget mendengar suara Sakura.

 "Sedang apa kau disini?" sapa Sakura sambil tersenyum mendekati Hinata.

"Hmm, a-aku... Tadinya mencari guru Kurenai, tapi rupanya dia sedang ada misi penting sekarang." Jawab Hinata dengan nada grogi seperti kebiasaannya.

"Urusan penting ya?"

"Ah, nggak juga. Mungkin aku bisa ke rumah guru Kurenai besok, cuman urusan tugas yang dia berikan padaku kemarin kok." Hinata tersenyum.

"Hmm, ngomong-ngomong hari ini kau ada acara nggak, Hinata?"

Gadis bermata lavender itu menatap Sakura sejenak lalu menggeleng pelan.

"Kebetulan sekali, Hinata. Kau mau kan temani aku hari ini? Orang tuaku lagi keluar kota dan aku lagi bete nih gak ada yang nemani ngobrol di rumah. Gimana?"

Hinata terdiam sejenak sebelum tersenyum dan mengangguk. "Kenapa tidak?  Kupikir itu ide yang bagus, Sakura-chan."

"Wah, bagus sekali. Thanks, Hinata-chan." kata Sakura dengan mimik muka senang.

Diperjalanan, beberapa kali Sakura diam-diam mencuri pandang ke arah Hinata. Yah, Hinata selalu mempesona Sakura sejak dulu. Selalu ada sesuatu hal yang selalu membuat Sakura tertarik padanya, disamping bentuk tubuhnya yang sintal alami itu. Sebenarnya, Sakura adalah gadis straight yang tertarik dengan lawan jenisnya, namun entah mengapa dia juga suka mengagumi sahabatnya itu secara sexual.

Setelah beberapa menit berjalan, mereka ahirnya sampai di depan rumah Sakura. Sakura mempersilakan Hinata untuk duduk, sementara dia menuju ke dapur menyiapkan minuman untuk mereka berdua. Tak berapa lama, Sakura keluar dengan membawa dua cangkir kopi di tangannya.

"Jadi bagaimana kencanmu dengan Naruto?" tanya Sakura sambil meletakkan kopi yang dibawanya di meja, lalu duduk di sebelah Hinata.

"Hmm, dia.." Hinata terdiam sesaat tak melanjutkan perkataannya.

"Beberapa hari yang lalu kalian pergi berkencan kan?" tanya Sakura.

"Memang benar sih. Tapi.. semuanya jadi kacau karena aku," Hinata berusaha tersenyum untuk menutupi kesedihannya.

"Loh, kok gitu?"

"I-itu..." Hinata terdiam sejenak, wajahnya tampak menyiratkan keragu-raguan untuk menjawab pertanyaan Sakura.

"Hei-hei, Hinata!" Sakura menggeleng pelan. "Aku adalah sahabatmu kan? Masa dengan sahabat sendiri kau gak mau cerita?" dia meneguk kopinya yang mulai mendingin sambil melirik gadis berambut indigo itu memainkan jarinya. Hal yang biasa dilakukan Hinata ketika sedang nervous.

"Sebenarnya... dia waktu itu minta... cium." bisik Hinata. Wajahnya memerah mengingat kejadian di kencan pertamanya itu.

"Terus... Kalian ciuman?" mimik muka Sakura menjadi serius mendengar apa yang dikatakan Hinata.

"Itulah masalahnya. Umm... aku belum pernah ciuman, karena itu... aku tak bisa. Lagi pula, aku masih belum berani."

Sakura tersenyum mendengar penjelasan Hinata. Ia tak menyangka Hinata masih begitu polos tentang masalah itu. Disaat itulah muncul ide mesum dibenaknya yang entah dari mana asalnya.

"Eh, Hinata, tampaknya kau perlu belajar banyak tentang ciuman. Mungkin kau perlu berlatih dengan seseorang yang... bisa membantumu." kata Sakura dengan nada suara yang menggiurkan.

"Hmm, y-yah... kupikir memang se-sebaiknya seperti itu. Tapi, dengan siapa?" Hinata menatap sahabatnya dengan gelisah karena dia mulai merasa arah pembicaraan ini menjurus ke sesuatu.

"Kau bisa mencobanya denganku, Hinata-chan." Sakura merapatkan duduknya, dia mendekatkan mukanya ke wajah Hinata yang diam-diam ia puja sejak dulu.

"S-sakura, apa yang kau... Hmmff!" Perkataan Hinata langsung lenyap ketika bibir lembut Sakura bertemu dengan bibirnya. Untuk sesaat gadis Hyuga itu diam tampa menggerakan mulutnya. Namun selanjutnya, dengan perlahan ia mulai membalas ciuman Sakura. Matanya terpejam menikmati ciuman pertamanya dengan gadis lain. Bibir Sakura terasa begitu lembut dan beraroma strawberry, membuat Hinata semakin tergoda untuk melanjutkan ciuman itu.

"Bagaimana tadi, Hinata-chan? Kau menyukainya?" tanya Sakura sesudah melepas pagutannya.

"Hmm, nikmat sekali, Sakura, tapi..." jawab Hinata dengan muka memerah, dia tak mampu membohongi dirinya bahwa tadi ia menikmati ciuman itu.

Sakura tertawa pelan melihat reaksinya. "Sekarang akan kuajarkan ciuman yang lebih hot lagi. Namanya french kiss. Aku yakin kau akan lebih menyukainya, Hinata. Ikuti saja gerakanku." Dia tersenyum nakal.

"Sa-sakura, aku... hmmmfffhh!" tanpa memberi Hinata penjelasan, Sakura langsung melumat bibir Hinata sambil memeluknya erat. Lidah Sakura langsung menyusup ke dalam mulut Hinata yang terbuka karena sempat kaget tadi. Hinata perlahan mulai menikmati apa yang diperbuat Sakura dan mulai mengikuti gerakan sang pengajar, dan mulai membelitkan lidahnya dengan lidah Sakura dan memainkanya, saling menghisap lidah dan bertukar air liur. Setelah sepuluh menit kemudian, baru mereka melepaskan pagutan dengan segaris liur tampak masih menghubungkan kedua dagu mereka.

"Wow, itu tadi..." Sakura terengah-engah mencari nafas. "… sangat hebat. Kau cepat belajar, Hinata-chan!" gumamnya.

Kedua mata mereka beradu dan disaat itulah Sakura melihat sesuatu di mata Hinata, sebentuk hasrat yang terpendam. Mengetahui bahwa Hinata saat ini menginginkan hal yang sama seperti dirinya, Sakura mulai memegang tangan Hinata dan menjilati jari telunjuknya sambil memandangnya. Gadis Hyuga itu terpejam sambil mendesah. Mata Hinata membuka dan disaat itulah dia melihat bibir Sakura sudah satu centimeter di depan bibirnya.

"Ohh... S-sakuraaa," desah Hinata disaat Sakura menyerangnya.

Ciuman mereka kembali terulang. Setelah menyerang bibir Hinata, gadis pink itu beralih ke leher Hinata yang indah menggoda. Saat Sakura memberi cupangan-cupangan di daerah sensitifnya, Hinata menjadi lupa diri. Gairahnya bangkit mengalahkan akal yang membendung hasratnya saat ini sementara Sakura semakin tersulut oleh gairahnya sendiri. Tak ada yang mengira hal ini bisa terjadi namun kini terjadi. Dengan masih berciuman, Sakura membimbing Hinata ke kamarnya dan menguncinya. Disana ia melucuti jaket Hinata berikut baju lain yang dikenakannya, disusul dengan menanggalkan bajunya sendiri hingga kini mereka polos telanjang bagaikan bayi yang baru terlahir ke dunia.

Sakura mendorong tubuh Hinata ke ranjang dan menindihnya. Payudara mereka menempel, perut mereka yang ramping menyatu dan selangkangan mereka saling menghimpit. Sejenak mereka kembali memulai ciuman basahnya. Saling mengeksplore lidah masing-masing. Setelah beberapa menit, Sakura melepas ciuman mereka karena merasa Hinata ingin mengatakan sesuatu.

"Sa-sakura, aku belum pernah melakukan hal ini dengan gadis lain sebelumnya." kata Hinata ragu-ragu, wajahnya masih merona akibat birahi yang berusaha ditahannya.

"Sst, tenang, Hinata. Santai saja dan nikmati apa yang akan kutunjukan padamu sekarang." Sakura meletakan jari telunjuknya di bibir gadis Hyuga itu dan tersenyum.

Hinata masih ingin memprotes, tapi Sakura segera mendiamkannya dengan sebuah ciuman. Ia melumatnya dengan rakus hingga gadis itu terlihat mulai tenang menikmati bibirnya. Sakura melepas bibirnya dan dia mula bergerak menggesekkan tubuhnya dengan tubuh Hinata, membuat kedua payudaranya saling bergesekan dengan payudara Hinata yang berukuran besar itu. Puting susu mereka menjadi saling beradu, saling terpilin, membuat keduanya merintih penuh kenikmatan.

Sambil terus bergerak, kedua selangkangan mereka saling mengait menjadi satu dan dengan itu Sakura memberikan kenikmatan utama pada Hinata dengan menggoyangkan pinggulnya sehingga vagina mereka yang menempel saling bergesekan, membuat kedua klitoris mereka juga ikut tergesek.

Tangan Hinata meremas bokong Sakura dan dengan reflek mengikuti gerakan Sakura dengan mulai menggerakkan pantat dan pinggulnya agar kontras dengan goyangan sahabatnya itu. Bunyi seperti air berkecipak  memenuhi ruangan kamar Sakura, bercampur dengan aroma khas kewanitaan yang muncul dari vagina mereka yang sudah dibanjiri cairan lengket bening, membuat desah nikmat mereka semakin liar. Gerakan mereka semakin cepat. Dan Hinata mulai merasakan sesuatu hendak keluar dari dalam liang surganya.

"Ahhhhh... ahhhhh... ngghhhhh... S-sakura, sepertinya ahhhhh... a-aku mau... Ahhhh....!" Hinata mencoba memperingatkan Sakura, namun gadis itu malah mempercepat gerakannya sambil mendesah keras.

"Nggh... Hinata, ahhhhh... aku juga ahhhhh...!" seru Sakura sambil terus mempercepat goyangannya dan memeluk erat tubuh Hinata dan...

"Aaaaahhhhhhhhhhh..!" teriakan mereka terdengar serentak memenuhi ruangan ketika bendungan mereka jebol. Tubuh mereka meledak disaat hampir bersamaan mencapai klimaks.

Untuk sesaat tubuh mereka lunglai dan mereka roboh di atas pembaringan, saling berpelukan dan saling cium.

"Hmm, aku belum selesai denganmu, Hinata." Sakura berbisik di telinga Hinata, membuat mata Hinata yang terpejam langsung terbuka karena terkejut.

Dirasakanya jilatan lidah Sakura perlahan kembali bergerak mencium bibirnya dan mengarah turun ke dagu dan terus turun ke leher dan berakhir di gundukan melonnya yang masih mengeras akibat birahi.

"Aahhhhhhh.." rintih Hinata saat dengan liarnya Sakura mengemut putingnya dan menghisapnya sambil tangan kanannya meremas dan memilin-milin puting susu di payudara yang satunya.

"Payudaramu benar-benar besar, Hinata. Terasa lembut dan kenyal. Aku selalu memimpikan memiliki payudara seindah dirimu. Hhmmm...!" Sakura meracau diantara aksinya mencumbui buah dada milik sahabatnya itu. Dia menghisap dan mencucup dengan gemas, tak menghiraukan desahan dan rintihan Hinata yang menghiba.

”Uh, geli, Sakura.” desis Hinata saat Sakura meremas dan memilin putingnya dengan keras, sementara kepala gadis itu meluncur turun menuju ke arah selangkangannya yang sudah sedikit terbuka, siap menerima aksi dari Sakura selanjutnya.

Lidah gadis berambut pink itu langsung mengulas-ulas bibir vagina Hinata, menggesek-gesek belahannya yang sempit dan menyeruput cairan lengket yang terus keluar dari dalam liangnya. Sakura juga memainkan klitoris Hinata yang mungil hingga membuat tubuh gadis berambut hitam itu melengkung kebelakang menahan nikmat.

"Shhhhhh... aaaahhhhhhh... S-sakura, apa yang kau- ahhhhhh... l-lidahmu... oughh! J-jangan berhenti. Terus, Sakura! Aahhh... aku menikmatinya!” rintih Hinata.

Sakura berhenti sejenak sambil tersenyum, tak percaya mendengar apa yang barusan dikatakan sahabatnya itu. Kenikmatan yang diberikan gadis pink itu ternyata telah cukup membuat Hinata mendesah liar tanpa disadarinya.

"Gadis nakal. Kau menyukai apa yang kulakukan sekarang kan? Jangan khawatir, aku akan bikin kamu lebih menyukainya lagi." kata Sakura sebelum kembali membenamkan kepalanya di selangkangan Hinata yang sudah basah, membuat Hinata kembali mendesah penuh kenikmatan.

”Auw, aaggghhhhhh...!” Hinata mengerang sambil kedua matanya terbelakak karena terkejut. Dibawah sana, lidah Sakura terasa tidak hanya menusuk, tapi juga berputar-putar di area G-spotnya hingga tak lama kemudian, dia menyadari bahwa mulut Sakura telah menyelimuti seluruh permukaan bukit nikmatnya.

"Sakura, jangan di... Arrgghhhhhh...!!!" Terlambat, dengan liar Sakura telah menghisap vaginanya berikut klitorisnya dengan keras.

Kombinasi rangsangan Sakura di putingnya serta permainan lidah dan mulut berbakat Sakura di gundukan vaginanya cukup untuk mengirim Hinata ke puncak orgasme keduanya. Tubuh gadis itu mengejang dan bola matanya terputar ke belakang. Jeritannya begitu keras dan kencang. Sepertinya orgasme ini lebih nikmat dari yang pertama. Sementara Sakura segera membuka mulutnya untuk menampung jus cinta Hinata yang muncrat banyak sekali dan membiarkannya mengalir memenuhi tenggorokannya.

Setelah menelan cairan itu, perlahan Sakura merangkak dan menindih tubuh Hinata sekali lagi. Dia memeluk sahabatnya itu untuk memberi ketenangan pada Hinata yang masih menggigil keenakan. Untuk beberapa lama mereka terbaring di ranjang dengan saling berpelukan dan berciuman.

"Aku selalu menyukaimu, Hinata. Sejak dulu aku sudah menginginkanmu." bisik Sakura sambil mengecup kening Hinata mesra.

Hinata mendekapnya dan melumat bibirnya kembali dalam ciuman basah yang liar. Sakura terpejam menikmatinya.

"Jadi, bagaimana dengan Naruto?" tanya Sakura sesaat setelah Hinata melepas bibirnya.

"Hmm, aku tidak tahu. Jangan tanya itu sekarang.!" jawab Hinata sambil memeluk tubuh mulus Sakura.

Banyak hal-hal yang sekarang memenuhi pikiran mereka, tentang kenapa hal ini bisa terjadi dan tentang apakah hal yang telah mereka lakukan tadi bisa mempengaruhi hubungan persahabatan mereka ke depannya. Tapi untuk sekarang, kelelahan membuat mereka tak punya pilihan lain selain tidur sambil berpelukan erat dibawah selimut.